Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun lebih dari 2 persen pada hari Kamis karena ekspektasi permintaan yang lebih lemah dan dolar AS yang kuat menjelang kenaikan suku bunga yang berpotensi besar melebihi kekhawatiran pasokan.
Badan Energi Internasional mengatakan minggu ini pertumbuhan permintaan minyak akan terhenti pada kuartal keempat. Dolar AS bertahan di dekat puncak baru-baru ini, didukung oleh ekspektasi Federal Reserve AS akan terus memperketat kebijakan.
Advertisement
Dikutip dari CNBC, Jumat (16/9/2022), harga minyak mentah Brent mengakhiri hari di USD 90,84, dengan kerugian 3,46 persen. Minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup USD 3,38, atau 3,8 persen, lebih rendah pada USD 85,10 per barel.
“Ada banyak kekuatan yang mendikte aksi harga di pasar minyak saat ini, dengan ketidakpastian ekonomi di sana,” kata Craig Erlam dari broker OANDA. "Dolar yang lebih kuat berpotensi menjadi angin sakal lainnya," lanjutnya.
Minyak mentah telah turun secara substansial setelah lonjakan mendekati level tertinggi sepanjang masa pada Maret setelah invasi Rusia ke Ukraina menambah kekhawatiran pasokan, tertekan oleh prospek resesi dan permintaan yang lebih lemah.
Bentrokan baru antara Armenia dan Azerbaijan, produsen minyak, terkait dengan perselisihan yang telah berlangsung selama beberapa dekade antara negara-negara bekas Soviet meningkatkan risiko lain terhadap pasokan, meskipun seorang pejabat senior Armenia mengatakan pada hari Rabu bahwa gencatan senjata telah disepakati.
Tekanan
"Sementara menantang rintangan USD 100 saat ini bukanlah suatu kepastian yang mati, tampaknya dasar di sekitar USD 90 telah ditemukan pada basis Brent, sebagian besar berkat kekhawatiran pasokan terkait perang," kata Tamas Varga dari broker minyak PVM.
Minyak berada di bawah tekanan dari dolar AS yang kuat, yang membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, menjelang pertemuan Federal Reserve minggu depan yang dapat menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin.
Persediaan minyak mentah AS naik lebih dari yang diharapkan 2,4 juta barel, data menunjukkan pada hari Rabu - meskipun sekali lagi didorong oleh rilis yang sedang berlangsung dari Strategic Petroleum Reserve, bagian dari program yang dijadwalkan berakhir bulan depan.
Advertisement
Harga Minyak Dunia Turun, PKS Minta Pemerintah Batalkan Kenaikan BBM
Ketua Fraksi PKS DPR RI Mulyanto, minta Pemerintah segera membatalkan kenaikan harga BBM bersubsidi karena menurutnya harga minyak dunia turun hingga USD 80 per barel.
Angka ini, kata Mulyanto, jauh di bawah besaran asumsi makro harga ICP yang ditetapkan dalam APBN Perubahan tahun 2022 yaitu sebesar USD 100 per barel.
"Dengan penurunan harga minyak dunia ini maka alasan Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi jadi tidak relevan dan sulit dinalar logika masyarakat," kata Mulyanto dalam keterangannya, Kamis (8/9/2022).
Karena itu, lanjut Mulyanto, Pemerintah harus segera meninjau ulang kebijakan kenaikan BBM bersubsidi tersebut.
Menurutnya, tidak pantas Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi ketika patokan harga pokok produksi (HPP) terus turun.
"Logika kenaikan harga BBM bersubsidi karena melambungnya harga minyak dunia, makin tidak mendapat pembenaran," ujarnya.
Anggota Komisi VIII menjelaskan, sejak Juni 2022 sampai hari ini, data harga minyak dunia di oilprice.com terus merosot mendekati angka USD 80 per barel. Itu sebabnya Amerika, Malaysia dan beberapa negara lain kabarnya menurunkan harga BBM-nya. Bahkan di Indonesia sendiri, menyusul Pertamina, Shell dan VIVO, kemarin BP menurunkan harga jual BBM-nya.
"Jadi aneh kalau BBM bersubsidi kita malah naik, di tengah penurunan harga-harga BBM. Logikanya kurang masuk," tandas Mulyanto.