Liputan6.com, Jakarta - PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) emiten produsen air minum dalam kemasan (AMDK) berkomitmen mendukung program ketahanan energi pemerintah yaitu mempercepat pencapaian target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia sebesar 23 persen pada 2025 dan mencapai net zero carbon emission pada 2060.
Selain menjadi strategi ramah lingkungan di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), hal ini juga sesuai dengan komitmen aktif Sariguna Primatirta dalam pemanfaatan energi bersih dan berkelanjutan yang dapat menjaga kelestarian lingkungan sejalan dengan nilai sustainability pada aspek environmental, social dan governance (ESG) di seluruh unit bisnis.
Advertisement
"Saat ini, Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) telah memasuki tahun kelima. Dengan turut serta dalam penandatanganan deklarasi GNSSA ini, Perseroan menunjukkan komitmennya secara sungguh-sungguh melalui pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap yang terhubung dengan jaringan PLN melalui sistem on-grid di delapan pabrik Perseroan yang tersebar dari Jawa Barat hingga Jawa Timur,” ujar Corporate Secretary, Lukas Setio Wongso Wong, dikutip dari keterangan resmi, ditulis Jumat (16/9/2022).
Langkah perseroan dimulai dengan pemasangan PLTS Atap di pabrik terbesar di Pandaan, yang kemudian disusul oleh tujuh pabrik lainnya yaitu di Kediri, Mojokerto, Bojonegoro, Kudus, Cirebon, Gunung Sindur, dan Citeureup.
"Seluruh PLTS Atap tersebut diharapkan sudah dapat dioperasikan di akhir 2022. Tidak berhenti di situ saja, komitmen manajemen PT Sariguna Primatirta Tbk terhadap EBT masih berlanjut dengan rencana pembangunan PLTS Atap di tahun-tahun berikutnya,” tulis Perseroan.
Selain merupakan salah satu cara ideal dalam upaya untuk meningkatkan bauran EBT, mengingat karena letak geografis Indonesia yang sangat mendukung, bagi Perseroan pemanfaatan PLTS juga membantu peningkatan efisiensi energi yang bermuara pada penurunan biaya operasional.
Sementara itu, potensi bauran energi terbarukan Perseroan dari penggunaan PLTS tersebut mencapai 10 persen dari total pemakaian energi listrik yang ada setiap tahun.
Pemanfaatan PLTS tersebut juga berpotensi mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) hingga 4.022-ton CO2 per tahun.
Kinerja Semester I 2022
Sebelumnya, PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) mengumumkan kinerja untuk periode enam bulan pertama 2022.
Pada periode tersebut, perseroan membukukan laba bersih Rp 102,88 miliar. Laba bersih itu naik 12,12 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 91,76 miliar.
Raihan itu sejalan dengan penjualan bersih yang naik menjadi Rp 655,06 miliar dibanding Rp 529,32 miliar pada semester I 2021.
Sejalan dengan kenaikan penjualan, beban pokok penjualan turut naik menjadi Rp 392,41 miliar dari Rp 300,27 miliar pada semester I 2021. Sehingga laba bruto perseroan tercatat sebesar Rp 262,65 miliar, turun tipis dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 229,05 miliar.
Pada semester I 2022, perseroan mencatatkan beban penjualan sebesar Rp 72,23 miliar, beban umum dan administrasi Rp 37,23 miliar, beban keuangan Rp 3,2 miliar, rugi penjualan dan pelepasan aset tetap Rp 20,46 miliar, serta beban lain-lain Rp 162,8 juta. Pada periode yang sama, perseroan mencatatkan pendapatan sewa sebesar Rp 1,97 miliar dan selisih kurs Rp 82 juta.
Dari rincian tersebut, setelah dikurangi pajak, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 102,88 miliar, naik dibanding periode yang sama tahun laku sebesar Rp 91,76 miliar.
Dari sisi aset Sariguna Primatirta hingga Juni 2022 naik menjadi Rp 1,57 triliun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 1,35 triliun.
Liabilitas juga naik dari Rp 346,6 miliar per Desember 2021 menjadi Rp 474,03 miliar pada Juni 2022. Sementara ekuitas per Juni 2022 naik tipis menjadi Rp 1,09 teriliun dibanding akhir Desember 2021 sebesar Rp 1 triliun.
Advertisement
Sariguna Primatirta Bidik Penjualan Tumbuh 30 Persen pada 2022
PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) menargetkan pertumbuhan penjualan 30 persen hingga akhir 2022.
Direktur Penjualan dan Distribusi PT Sariguna Primatirta Tbk, Toto Sucartono mengatakan, perseroan sudah bisa mencapai target tersebut pada kuartal I 2022.
"Jadi pertumbuhan kita dicanangkan target itu 30 persen. Dan itu sudah dicapai dalam kuartal I itu 29,7 persen atau hampir 30 persen. PR kita tinggal kuartal II, III, dan IV,” kata dia dalam paparan publik Sariguna Primatirta, Selasa (31/5/2022).
PT Sariguna Primatirta Tbk mencatat penjualan naik 30 persen mencapai Rp 307,7 miliar pada kuartal I 2022. Pada periode sama tahun sebelumnya, perseroan membukukan penjualan Rp 237,19 miliar. Dari raihan itu, perseroan mencatat laba tahun berjalan Rp 45,76 miliar pada kuartal I 2022, tumbuh 9,37 persen dari periode kuartal I 2021 sebesar Rp 41,84 miliar.
Pada 2022, perseroan menargetkan pertumbuhan laba dua digit sejalan dengan prospek penjualan.
"Laba kita akan diikuti secara double digit, lah, pertumbuhannya,” imbuh Toto.
Pada 2022, perseroan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 220 miliar. Sebagian besar dari capex akan dialokasikan untuk membangun pabrik baru. Hingga saat ini, CLEO telah memiliki 27 pabrik pengolahan AMDK ditambah dengan tiga pabrik lainnya yang diproyeksikan selesai pada 2022.
Produk Perseroan
PT Sariguna Primatirta Tbk mempunyai dua produk yang ditawarkan kepada masyarakat yaitu botol dan non-botol.
Melihat pertumbuhan AMDK yang positif, produk non-botol CLEO masih menjadi kontributor utama bagi penjualan CLEO, yaitu sebesar 51 persen pada Kuartal I 2022. Sementara kontribusi penjualan pada segmen botol meningkat menjadi 48 persen pada kuartal I 2022 dibandingkan tahun lalu yaitu 41 persen.
Sebagai produsen air minum dalam kemasan (AMDK) pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat food safety management ISO 22000:2005, CLEO terus melakukan penambahan pabrik baru di luar wilayah Jawa, yaitu Sumatera dan Kalimantan.
Sedangkan, masing-masing pabrik tersebut diproyeksikan berkapasitas hingga 100 juta liter per tahun. Aksi korporasi tersebut sejalan dengan tingginya permintaan air kemasan dan sebagai antisipasi perseroan atas lonjakan permintaan tersebut.
Hingga saat ini, CLEO telah memiliki 27 pabrik pengolahan AMDK ditambah dengan tiga pabrik lainnya yang diproyeksikan akan selesai pada 2022.
Perseroan memiliki jaringan distribusi yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia, diantaranya Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Papua dengan total jaringan sebanyak 200 distributor internal dan 1.515 total distributor eksternal.
Advertisement