Armenia Umumkan Gencatan Senjata, Apa Respons Azerbaijan

Armenia dan Azerbaijan telah menyetujui gencatan senjata, demikian klaim seorang pejabat keamanan Armenia pada Rabu (14/9) malam.

Oleh DW.com diperbarui 16 Sep 2022, 14:33 WIB
Rakyat Azerbaijan mengibarkan bendera nasional dan Turki di Baku, Azerbaijan, Selasa (10/11/2020). Armenia dan Azerbaijan mengumumkan perjanjian damai untuk menghentikan pertempuran atas wilayah Nagorno-Karabakh di Azerbaijan berdasarkan pakta yang ditandatangani dengan Rusia. (AP Photo)

, Yerevan - Pemerintah Armenia mengumumkan gencatan senjata setelah dua hari aksi saling tembak di dekat wilayah sengketa Nagorno-Karabakh. Namun Kementerian Pertahanan Azerbaijan belum mengonfirmasi perkembangan tersebut.

Armenia dan Azerbaijan telah menyetujui gencatan senjata, demikian klaim seorang pejabat keamanan Armenia pada Rabu (14/9) malam.

"Dengan partisipasi masyarakat internasional, gencatan senjata telah tercapai," kata Armen Grigoryan, Sekretaris Dewan Keamanan Armenia, dalam sambutan yang disiarkan televisi dari ibukota Yerevan, demikian dikutip dari laman DW Indonesia, (16/9/2022).

Grigoryan menambahkan, gencatan senjata mulai berlaku pada hari Rabu (14/09) pukul 8 malam waktu setempat. Pengumuman itu dirilis setelah kesepakatan gencatan senjata sebelumnya, yang ditengahi oleh Rusia pada Selasa (13/09) telah gagal.

Armenia telah meminta bantuan dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia terkait aksi baku tembak militer kedua negara bertetangga itu. Namun, lantaran Moskow disibukkan dengan perangnya di Ukraina, CSTO hanya setuju untuk mengirim misi pencari fakta ke wilayah tersebut, yang tiba pada hari Kamis (15/09).

Azerbaijan belum berkomentarKementerian Pertahanan Azerbaijan sejauh ini belum mengonfirmasi kesepakatan gencatan senjata tersebut.

Kedua negara saling menyalahkan atas provokasi awal, yang menyebabkan aksi saling tembak selama dua hari, dan menewaskan lebih dari 150 tentara dari kedua belah pihak.

Sebelumnya pada hari Rabu (14/09), Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan, pasukan Azerbaijan telah menguasai 10 kilometer persegi wilayah Armenia selama bentrokan.

Terlepas dari gencatan senjata, ribuan demonstran turun ke jalan-jalan di ibu kota Armenia, Yerevan, untuk menuntut pengunduran diri Pashinyan pada Rabu (14/09) malam.


Perbatasan Armenia dan Azerbaijan Sempat Memanas

Tentara Armenia menembakkan meriam ke arah Azerbaijan di Republik Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, Selasa (29/9/2020). Pasukan Armenia dan Azerbaijan saling serang saat memperebutkan Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri. (Sipan Gyulumyan/Armenian Defense Ministry Press Service/PAN Photo via AP)

Senin 12 September 2022 malam, pertempuran antara pasukan Armenia dan Azerbaijan kembali berkobar. Kedua belah pihak melaporkan sengitnya penembakan artileri.

Sekitar tengah malam, pasukan Azerbaijan menembaki pasukan Armenia di tiga lokasi di sepanjang perbatasan. Azerbaijan mengatakan pihaknya melepaskan tembakan sebagai respons atas aktivitas penumpukan ranjau darat dan senjata milik Armenia di dekat perbatasan.

Tembakan ini pun dibalas oleh tentara Armenia.

Pertempuran itu terjadi di dekat wilayah Nagorno-Karabakh, sebuah daerah di Azerbaijan di mana pada tahun 1991 separatis etnis Armenia mendeklarasikan republik terpisah yang kemudian dikenal sebagai Artsakh.

Pada konferensi pers Selasa 13 September 2022 pagi waktu setempat, seperti dikutip dari DW Indonesia, juru bicara pertahanan Armenia, Aram Torosyan, mengatakan situasi tetap "sangat tegang" dan pertempuran masih berlanjut.


Armenia dan Azerbaijan Saling Menyalahkan

Rekaman YouTube Kementerian Pertahanan Armenia pada Selasa, 13 September 2022, menunjukkan prajurit Azerbaijan melintasi perbatasan Armenia-Azerbaijan dan mendekati posisi Armenia. (Kementerian Pertahanan Armenia melalui AP)

Masing-masing negara mengaku telah melancarkan respons yang proporsional terhadap apa yang mereka anggap sebagai provokasi dari pihak lain.

"Pada pukul 00:05 pagi (waktu setempat) hari Selasa, Azerbaijan meluncurkan penembakan intensif, dengan artileri dan senjata api kaliber besar, terhadap posisi militer Armenia ke arah kota Goris, Sotk, dan Jermuk," menurut Kementerian Pertahanan Armenia.

Namun, pihak Azerbaijan menuduh pasukan Armenia telah melakukan "tindakan subversif skala besar" yang dilakukan pada Senin malam di dekat distrik perbatasan Dashkesan, Kelbajar dan Lachin dengan menempatkan ranjau darat dan memobilisasi senjata. 


Korban di Kedua Belah Pihak

Demonstran berdebat saat mereka masuk ke Gedung Parlemen memprotes kesepakatan untuk menghentikan pertempuran di wilayah Nagorno-Karabakh, Yerevan, Armenia, Selasa (10/11/2020). PM Armenia Nikol Pashinian menyerukan diakhirinya pertempuran dengan Azerbaijan. (AP Photo/Dmitri Lovetsky)

Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pasukannya menghadapi "penembakan intens senjata berbagai kaliber, termasuk mortir, oleh unit tentara Armenia."

"Tindakan balasan yang diambil oleh militer Azerbaijan dalam menanggapi provokasi oleh militer Armenia adalah lokal dan ditujukan terhadap objek militer yang sah yang menjadi sasaran tembak," menurut Kementerian Pertahanan Azerbaijan.

Kedua belah pihak mengakui adanya korban di pihak militer tetapi tidak mengonfirmasi jumlahnya. 

Konflik Berkepanjangan Atas Nagorno-Karabakh

Daerah kantong etnis Armenia di Nagorno-Karabakh adalah tempat yang kerap menjadi konflik bersenjata antara Azerbaijan dan Armenia dalam beberapa dekade terakhir.

Wilayah itu dikuasai oleh separatis Armenia selama hampir 30 tahun sampai Azerbaijan kembali mendapat kendali atas sebagian besar wilayah itu, setelah perang enam minggu pada tahun 2020 dan adanya perjanjian gencatan senjata yang dimediasi oleh Rusia.

Pekan lalu, Armenia menuduh Azerbaijan membunuh salah satu tentaranya dalam baku tembak di perbatasan, sementara Azerbaijan juga menuduh Armenia telah menembaki pasukannya dalam beberapa bulan terakhir. 

Benarkah perang dunia ketiga akan meledak? (triyas/liputan6,com)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya