Nonton Video Porno Bareng Pasangan, Beri Dampak Positif atau Justru Negatif?

Menonton video porno bersama pasangan dapat memberikan dampak positif dan negatif dalam hubungan seksual.

oleh Diviya Agatha diperbarui 16 Sep 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi Pasangan Menonton Film Credit: unsplash.com/Alex

Liputan6.com, Jakarta Menonton video porno untuk dijadikan referensi bercinta menjadi aktivitas yang tidak direkomendasikan oleh beberapa pihak. Hal tersebut lantaran menonton video porno dapat memberikan gambaran tidak realistis terhadap seks.

Namun, bagaimana jika menonton video porno dilakukan bersama pasangan? Bisakah aktivitas satu ini justru memberikan dampak positif dalam hubungan seks?

Dokter spesialis kedokteran jiwa, Wijaya Taufik Tiji mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal seks dengan pasangan.

"Pertama, disepakati bersama. Kedua, menyenangkan. Jadi dua-duanya itu senang, dua-duanya itu nyaman. Ketiga tentunya enggak menimbulkan penyakit. Nah kalau menimbulkan penyakit, itu bukan seks yang menyehatkan," ujar Taufik dalam webinar Let's Talk Pleasure ditulis Jumat, (16/9/2022).

"Nah terkait dengan porno, kalau memang disepakati bersama, barangkali ini bisa jadi suatu media untuk fantasi seksual yang baru. Tetapi sepakati dulu, karena memang kadang-kadang ada orang yang tidak senang ketika pasangannya itu nonton porno," tambahnya.

Taufik mengungkapkan ada orang yang akan merasa dirinya diselingkuhi jika tahu bahwa pasangannya menonton video porno. Bahkan terkadang timbul juga kebiasaan membanding-bandingkan diri sendiri dengan pemeran yang ada dalam video porno.

"Ada yang merasa 'Masa saya kalah ganteng sama artis pada film porno tadi' atau yang cewek mungkin ngerasa 'Kurang seksi apa sih saya? Terus kenapa saya disandingkan dengan artis film porno?' begitu. Jadi sepakati dulu, kalau dua-duanya memang menyepakati sebagai alat bantu untuk fantasi seksual, silahkan," kata Taufik.


Hati-Hati Terhadap Adiksi

Ilustrasi Video Porno. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Lebih lanjut Taufik mengungkapkan bahwa saat telah memutuskan untuk menonton video porno bersama pasangan, maka hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah soal adiksi. Seperti diketahui, menonton video porno memang dapat menumbuhkan adiksi tertentu.

"Hati-hati, kalau dulu kita kenal adiksi atau kecanduan itu selalu terkait dengan zat seperti narkoba. Nah sekarang adiksi ini sudah beralih, tidak hanya pada obat-obatan. Tapi juga pada perilaku hubungan," ujar Taufik.

"Sering-sering kita mencari konten porno, hati-hati akhirnya kita akan adiksi terhadap konten porno tadi. Jadi itu juga harus dipilah dengan baik," tambahnya.

Sehingga kesimpulan terkait dampak baik maupun buruk menonton video porno bersama pasangan dikembalikan pada masing-masing individu itu sendiri. Menurut Taufik, video porno sebaiknya hanya dijadikan sarana untuk membangun fantasi seksual.

"Disepakati dulu, kemudian hanya ditujukan untuk fantasi seksual. Kalau memang itu disepakati. Kalau tidak disepakati tentu kita tidak akan merekomendasi," kata Taufik.


Dampak Trauma Masa Kecil pada Seks

Ilustrasi Mengalami Trauma Credit: pexels.com/Juan

Masalah terkait hubungan seks sendiri tak hanya dapat disebabkan oleh masalah kesepakatan, kesenangan, dan kenyamanan. Melainkan dapat ditimbulkan akibat adanya trauma masa kecil. 

Berkaitan dengan hal tersebut, dokter spesialis kedokteran jiwa, Gina Anindyajati mengungkapkan bahwa dampak dari trauma masa kecil seringkali baru diketahui ketika Anda telah menemukan berbagai kesulitan dalam aktivitas seksual itu sendiri.

"Konsepnya adverse childhood event, salah satu yang dibahas memang neglect (penolakan di masa kecil). Namun, adverse childhood event yang bisa terjadi lagi adalah terkait dengan kekerasan. Apakah itu kekerasan verbal, kekerasan fisik, sampai dengan kekerasan seksual," ujar Gina.

"Dari praktik saya satu dua tahun terakhir ini, cukup lumayan jumlahnya, 20 sampai 30 persen dari pasien-pasien yang datang ternyata memiliki pengalaman dilecehkan pada saat kecil," tambahnya.

Gina menjelaskan, pengalaman dilecehkan saat kecil kemudian biasanya direpresi atau ditekan. Sehingga kemudian seseorang tidak mengingat bahwa mereka pernah mengalami kejadian itu.

"Tapi kemudian ketika berpasangan, disentuh oleh pasangannya itu enggak nyaman, rasanya risih, terus kemudian jijik. Habis itu merasa kalau 'Apa ini cuma karena lagi enggak kepengen saja?', tanpa tahu sebenarnya kenapa," kata Gina.


Masalah Seks dalam Hubungan

Ilustrasi suami istri bertengkar (dok.pexels)

Gina mengungkapkan rasa tidak nyaman yang muncul saat hendak berhubungan seksual atau saat disentuh pasangan bisa menimbulkan dampak lainnya di kemudian hari.

"Kalau sudah berpasangan, hubungan seks itu bagian dari menjaga kelangsungan hubungan. Lama-lama itu (rasa tidak nyaman) bisa menyulitkan. Nah, kasus-kasus seperti ini kemudian akan datang mencari pertolongan karena enggak bisa begini terus," ujar Gina.

"Belum lagi kalau mau punya anak dan sebagainya. Pertanyaannya sama, bisa enggak ini kemudian diperbaiki supaya hubungan seksnya itu jadi lebih menyenangkan? Sebetulnya mengoreksi pengalaman itu di masa dewasa mungkin saja (bisa membantu memperbaiki)," tambahnya.

Akan tetapi menurut Gina, hal ini akan membutuhkan waktu dan usaha. Terlebih upaya tersebut menjadi upaya banyak pihak, termasuk individu dan pasangan yang berkaitan.

"Proses perbaikannya melalui psikoterapi itu akan butuh jalan yang panjang. Jadi enggak bisa berharap bahwa ini (dampak trauma masa kecil pada kepuasan seksual) akan membaik secara instan," kata Gina.

Infografis Vaksin Covid-19 Berdampak pada Kesuburan Pria dan Perempuan? (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya