Liputan6.com, Jakarta - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam memperkirakan smelter feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara beroperasi pada kuartal I tahun depan. Target pengoperasian smelter ini menyusul ketersedian daya yang baru tersalur sebagian, dan diharapkan sepenuhnya tersalur pada awal 2023.
Direktur Operasi dan Produksi I Aneka Tambang Dewa Wirantaya mengatakan, saat ini perkembangan pembangunan masih sesuai dengan rencana. Baik dari sisi refraktori maupun skema penyediaan daya.
Advertisement
“Di akhir tahun ini ada sebagian power sudah bisa terdeliver ke FeNi (feronikel) Haltim. Diharapkan di kuartal I 2023 kelengkapan power 100 MW bisa selesai,” kata Dewa dalam Pubex Live 2022, Jumat (16/9/2022).
PLN turut andil dalam penyediaan daya untuk proyek ini. Ditandai dengan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) antara kedua pihak. PLN akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel milik Antam di Halmahera Timur, Maluku Utara. PLN memasok kebutuhan listrik ke Antam sebesar 75 megawatt itu selama 30 tahun ke depan.
Untuk menjamin keandalan pasokan, PLN menyiapkan kapasitas lebih besar yaitu 111 MW untuk mengantisipasi kebutuhan smelter Antam ke depannya.
Saat ini, Antam tengah mempercepat refraktori monolitik untuk pembangunannya. Diharapkan, pada November nanti material berupa bata refraktori sudah bisa terkirim, sehingga bisa segera berproduksi.
“Mudah-mudahan masih tetap sesuai dengan skenario. Di akhir kuartal I 2023 kami sudah bisa start untuk melakukan commissioning smelter FeNi Haltim. Baik dari refractory dan penyediaan power masih berjalan,” tandasnya.
Antam Berharap Kantongi Kerja Sama CATL dan LG pada Akhir 2022
Sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam berharap segera kantongi perjanjian kerja sama dengan dua mitra dalam proyek baterai kendaraan listrik. Dua mitra tersebut yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL), cucu usaha CATL, dan LG Energy Solution (LGES).
Ketiganya berencana membentuk perusahaan patungan atau Joint Venture (JV) dengan CBL dan LG untuk mengelola nikel kepada Indonesia Battery Corporation (IBC)sebagai bahan baku baterai. “Kerja sama dengan LG memang kita harapkan tahun ini.
"Namun, kalau untuk bulan ini, JV agreement kita belum bisa sampai karena ada beberapa hal yang harus kita selesaikan dengan pihak parner. Saat ini JV agreement dalam tahap finalisasi dengan CBL,” kata Direktur Pengembangan Usaha Antam Dolok R Silaban dalam Public Expose Live 2022, Jumat (16/9/2022).
IBC mengumumkan perjanjian kerangka kerja (framework agreement) tentang pengembangan proyek baterai EV terintegrasi antara IBC dengan Antam dan CBL pada April lalu.
Advertisement
Perjanjian
Bersamaan dengan itu, Antam dan IBC juga menandatangani perjanjian serupa dengan LG Energy Solution. Total nilai estimasi investasi dari kedua perjanjian tersebut adalah sebesar USD 15 miliar atau setara Rp 215 triliun.
“Kita berperan dari hulu untuk memberikan supply nikel ore. Diperkirakan mereka akan gunakan 16–18 juta ton nikel ore yang akan disupply dari Tanjung Buli, Halmahera Timur. Direncanakan akan dilaksanakan grobreking dalam waktu yang rifka lama lagi, disesuaikan dengan jadwal persetujuan pembentukan JV,” ujar Dolok.
Sementara, Dolok mengatakan LG beserta konsorsiumnya akan menyerap 16 juta ton nikel ore per tahun. Sehingga total kapasitas serapan nikel ore nantinya akan berada di angka 32-34 juta ton per tahun.
Nantinya, baik CBL maupun LG akan melakukan hilirisasi sampai dengan battery recycle.
"Antam membuat sebuah skema, kita akan divestasi nantinya kurang lebih 49 persen nickel ore resources-nya kepada pihak partner. Jadi Antam tetap sebagai 51 persen. Ini peran yang sangat penting untuk kita tetap bisa mengontrol operasi dari penggunaan nikel ore kita di Halmahera Timur, Maluku Utara,” kata Dolok.
Kinerja Semester I 2022
Sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) membukukan kinerja keuangan positif sepanjang semester I 2022. Hal ini ditunjukkan dari pertumbuhan penjualan dan laba selama enam bulan pertama 2022.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Aneka Tambang Tbk meraih laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 1,52 triliun pada semester I 2022. Laba perseroan tumbuh 31,49 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 1,16 triliun.
Pertumbuhan laba tersebut didukung kenaikan penjualan sebesar 8,67 persen pada semester I 2022. PT Aneka Tambang Tbk mengantongi penjualan Rp 18,77 triliun jika dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 17,27 triliun.
Beban pokok penjualan tercatat Rp 14,74 triliun pada semester I 2022. Beban pokok penjualan naik 4,51 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 14,10 triliun. Laba kotor bertambah 27,16 persen menjadi Rp 4,02 triliun pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,16 triliun.
Perseroan mencatat beban usaha naik 56,26 persen dari Rp 1,64 triliun pada semester I 2021 menjadi Rp 2,56 triliun pada semester I 2022. Dengan demikian laba usaha perseroan turun 4,09 persen menjadi Rp 1,46 triliun pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,52 triliun.
Advertisement
Aset
Perseroan membukukan kenaikan keuntungan entitas asosiasi sebesar Rp 555,31 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 241,78 miliar. Perseroan mencatat laba selisih kurs naik menjadi Rp 261,74 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 135,25 miliar.
Dengan melihat kondisi itu, PT Aneka Tambang Tbk membukukan laba bersih per saham dasar dan dilusi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 63,50 pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 48,29.
Total ekuitas tercatat Rp 21,47 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 20,83 triliun. Total liabilitas turun menjadi Rp 10,78 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 12,07 triliun.
Aneka Tambang membukukan aset Rp 32,25 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 32,91 triliun. Kas dan setara kas perseroan tercatat Rp 3,23 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 5,08 triliun.