Liputan6.com, Klaten - Setiap bulan Safar dalam penanggalan Islam, masyarakat di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, mengadakan tradisi Yaa Qowiyyu. Tradisi tersebut menjadi peninggalan Ki Ageng Gribig dan telah dilaksanakan sejak ratusan tahun lalu.
Biasanya, tradisi ini diawali dengan berziarah ke Makam Ki Ageng Gribig yang terletak di belakang Masjid Besar Jatinom Klaten (Masjid Gedhe Jatinom). Saat malam hari, yakni menjelang acara puncak, para sesepuh upacara berada di tanah lapang untuk melihat teja yang datang dari arah barat.
Teja yang dimaksud adalah seberkas sinar yang diyakini sebagai kue apem yang berwarna putih yang dikirim Tuhan dari Makkah. Para sesepuh tersebut mengatakan, datangnya teja merupakan suatu kepastian, artinya menjelang upacara puncak teja itu pasti datang.
Baca Juga
Advertisement
Puncak acara dimulai dengan salat Jumat bersama di Masjid Gedhe Jatinom. Selesai Jumatan, gunungan lanang (dikenal dengan nama Ki Kiyat) dan gunungan wadon (dikenal dengan nama Nyi Kiyat) yang telah disemayamkan semalam di dekat masjid pun diarak menuruni tangga masjid Gedhe Jatinom Klaten.
Gunungan tersebut diarak menuju panggung di lapangan Sendang Plampeyan. Kemudian, peraga Ki Ageng Gribig akan memimpin doa bersama.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Apem dalam Panjang Ilang
Selanjutnya, dia menyerahkan apem yang ditempatkan dalam panjang ilang, yakni keranjang terbuat dari janur, kepada bupati Klaten. Bupati mengawali upacara penyebaran dengan melempar apem dalam panjang ilang ke pengunjung.
Upacara penyebaran apem ini memakan waktu antara 1-2 jam. Dengan selesainya penyebaran apam ini, seluruh rangkaian prosesi upacara ritual Yaa Qowiyyu pun telah rampung.
Sementara itu, tahun ini, Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig (P3KAG) Jatinom, Klaten, juga mengadakan tradisi tahunan ini. Tradisi dan budaya penyebaran andum apem atau Yaa Qawiyyu ini diadakan pada Jumat Kliwon, 16 September 2022 atau 19 Safar 1956 Ehe.
Puncak acara andum apem Yaa Qawiyyu kali ini digelar di Lapangan Klampeyan Jatinom sesusai salat Jumat di Masjid Gedhe Jatinom. Tradisi yang sudah digelar secara turun-temurun selama bertahun-tahun ini juga bertujuan sebagai media media dalam merayakan dan mengenang tradisi yang diajarkan oleh Kyahi Ageng Gribig yaitu dakwah melalui budaya.
Budaya yang dimaksud yakni andum atau berbagi ampunan kepada sesama manusia. Berbagi ampunan tersebut disimbolkan secara fisik dengan pembagian apem kepada masyarakat.
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement