Airlangga Hartarto Ikut Zikir dan Sholawat di Acara Haul Kiai Ageng Gribig

Kirab budaya yang telah menjadi tradisi ini, beberapa tahun terakhir sempat ditiadakan dan diubah formatnya agar tak menjadi kerumunan masyarakat.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Sep 2022, 18:04 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto menghadiri zikir dan sholawat dalam acara Haul Kiai Ageng Gribig bersama masyarakat di Jatinom, Klaten, Jateng, Kamis (15/9/2022). (Ist)

Liputan6.com, Klaten Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto berkesempatan menghadiri acara zikir dan sholawat dalam acara Haul Kiai Ageng Gribig bersama masyarakat di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (15/9/2022).

Dalam kegiatan yang diwarnai dengan lantunan zikir dan sholawat oleh Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf serta tausyiah oleh KH. Agoes Ali Masyhuri tersebut, Airlangga menyampaikan kepada masyarakat bahwa kegiatan haul, dzikir, dan shalawat yang dilaksanakan mengandung nilai religiusitas dan dimensi kebudayaan yang tercermin dari penyampaian nilai-nilai keislaman dengan unsur keadaban kepada masyarakat, sehingga dapat mendorong terciptanya masyarakat yang ramah, santun, dan damai.

"Kegiatan malam ini merupakan bagian dari merawat tradisi kebudayaan yang turun-temurun dalam rangka mengenang dan meneruskan tradisi Kiai Ageng Gribig dengan penyampaian dakwahnya yang penuh kelembutan, ramah, tegas, serta efektif menyentuh hati masyarakat," ujar Airlangga.

Sebelum acara sholawat dan zikir, masyarakat Jatinom, Klaten, menggelar Kirab Budaya Gunung Apem. Menurut penuturan salah seorang sesepuh kegiatan, Kanjeng Raden Tumenggung Muhammad Darianto Rekso Hastonodipuro, kirab tersebut adalah media dalam merayakan dan mengenang tradisi yang diajarkan oleh Kyai Ageng Gribig yaitu dakwah melalui budaya.

Budaya yang dimaksud yakni andum atau berbagi ampunan kepada sesama manusia yang kemudian disimbolkan secara fisik dengan pembagian apem kepada masyarakat.

Tradisi andum apem sudah dimulai sejak 403 tahun lalu, namun untuk kegiatan kirab baru dilangsungkan sejak tahun 1985 seiring dengan bertambahnya jumlah peziarah di makam Kyahi Ageng Gribig. Puncak acara dari budaya andum apem ini yakni dengan membagikan 4 hingga 5 ton apem kepada seluruh masyarakat sebagai simbol kebajikan dalam memberikan sedekah kepada sesama.

Kirab budaya yang telah menjadi tradisi ini, beberapa tahun terakhir sempat ditiadakan dan diubah formatnya agar tak menjadi kerumunan masyarakat. Kini seiring melandainya kasus pandemi Covid-19, gelaran budaya di berbagai daerah bisa kembali dilaksanakan.

Mengenai tradisi pembagian Apem atau lebih dikenal dengan Saparan Apem Yaa Qowiyyu, Airlangga Hartarto mengatakan, hal itu merupakan inovasi strategi dakwah unik yang dilakukan Kiai Ageng Gribig, dengan membagikan apem kepada masyarakat sembari membaca wirit yaa qowiyyu. Tradisi ini mengandung nilai-nilai yang dapat menjadi pedoman garis perjuangan bagi masyarakat dalam mengemban amanah.

"Nilai yang diajarkan Kiai Ageng Gribig senantiasa menjadi nilai bagi kita karena apem sendiri mempunyai filosofi yakni A untuk akar sejarah yang kuat guna menjaga tradisi budaya dan warisan pahlawan bangsa, P untuk persatuan dan kesatuan guna menjaga dan menanamkan nilai toleransi, kerukunan, dan kebhinekaan, E untuk ekonomi kerakyatan sehingga pembangunan ekonomi harus ditujukan untuk kesejahteraan rakyat, dan M  untuk masyarakat maju, beragama, berakhlakul karimah, dan maju secara ilmu pengetahuan," tutur Airlangga.

 

 


Menjaga Kelestarian Budaya

Airlangga berharap, kegiatan Kirab Budaya Gunung Apem dan Haul Kiai Ageng Gribig dapat terlaksana setiap tahunnya guna menjaga kelestarian budaya kemasyarakatan serta sebagai bentuk takzim atau penghormatan kepada para leluhur yang telah berjasa dalam pengembangan agama dan budaya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya