Liputan6.com, Jakarta Aktor Verrell Bramasta punya pengalaman pahit yang tak terlupakan saat masih duduk di bangku sekolah. Ternyata anak sulung Venna Melinda dengan Ivan Fadilla pernah menjadi korban bully atau perundungan.
Pria yang baru saja berulang tahun yang ke-26 mengatakan, ia selalu menjadi korban bully secara verbal maupun non verbal dari kakak kelasanya. Saat itu Verrell Bramasta hanya bisa pasrah menerima semua itu.
"Sepanjang SMP dan SMA, gue tuh di-bully parah banget sama kakak kelas gue, sama basically semua orang di sekolah gue. Semuanya (bully fisik dan verbal)," ucap Verrell Bramasta dikutip kanal YouTube Boy William, Minggu (17/9/2022).
Verrell menceritakan, awal dirinya dibully lantaran diminta ibunya ikut ajang pencarian bakat Idola Cilik. Agar Verrell Bramasta mendapat dukungan banyak orang, Venna Melinda memasang banyak poster Verrell di tembok-tembok sekolahan.
Baca Juga
Advertisement
"Bukan cuma (ditempel) di kelasku, tapi juga di kakak kelas. Semua poster 'Voting Verrell.' Saat kecil, aku itu chubby kid, very chubby, and very short. Jadi kayak, bahan bully-an bangetlah," ujar Verrell.
Idola Cilik
Sejak saat itu dirinya selalu saja menjadi bulan-bulanan teman dan juga kakak kelasanya. Ia pun kerap dipanggil bocah gendut karena poster yang dipasang oleh Venna Melinda di tembok sekolah.
"Gara-gara itu, semua orang, sampai kakak kelas, kayak kalau gue keluar kelas itu, 'Woy, Idola Cilik dasar. Bocah gendut.' Mereka corat-coret di posterku," jelasnya.
Advertisement
Makan di Toilet
Verrell kecil hanya bisa ketakutan setiap kali mendapat cemoohan dari teman dan juga kakak kelasanya. Saking takutnya bertemu orang lain karena enggan diejek, Verrell Bramasta sampai harus makan di toilet.
"I was a fat kid, kan. Gue suka jajan. I would eat in the toilet, sumpah. Kalau lagi makan siang, mereka semua ke bawah main bola, main basket, gue ke toilet, gue makan," jelasnya.
Membaik
Perlahan kehidupan Verrell Bramasta berubah seiring berjalannya waktu meski tak punya teman dekat saat dirinya beranjak dewasa. Ia bersyukur kini memiliki keluarga dan teman yang selalu mendukungnya.
"Growing up, I don't have any friends. All my friends left me. Jadi kayak, aku cuma mau diterima dan pengin punya my own squad and support system," tutupnya.
Advertisement