Liputan6.com, Jakarta - Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan, cakupan vaksinasi booster atau vaksinasi COVID-19 dosis ketiga di Indonesia baru mencapai 26,45 persen atau sekitar 62.080.191 orang. Menurut Juru Bicara Kemenkes M Syahril, jumlah cakupan vaksinasi booster tersebut terbilang masih sangat rendah.
Diketahui, target capaian vaksinasi booster menurun usai libur Lebaran 2022.
Advertisement
"Vaksinasi ketiga meningkat pada awal April, kemudian terjadi penurunan yang tentunya banyak penyebab sehingga capaian vaksinasi booster pertama ini masih landai,” kata Syahril dalam keterangan pers yang digelar secara daring pada Jumat (16/9).
Syahril mengatakan, saat ini Kemenkes tengah menyusun sejumlah strategi untuk meningkatkan cakupan vaksinasi booster COVID-19. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada masyarakat. Sebab ada kemungkinan imunitas masyarakat turun di tahun depan.
“Meskipun saat ini persentase kasus harian COVID-19 terus menurun, vaksinasi primer dan booster terus kita gencarkan. Jadi, kalau ada gelombang baru COVID-19 kita lebih siap karena kekebalan tubuh kita masih kuat,” ujar Syahril.
Syahril juga menyebutkan, saat ini Kementerian Kesehatan telah mendorong seluruh kepala daerah baik gubernur maupun bupati/wali kota untuk terus menjalankan vaksinasi COVID-19 bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya.
Menurutnya, akselerasi ini perlu dilakukan agar semakin banyak daerah yang cakupan vaksinasi ketiganya diatas 50 persen. Karena sejak dimulai pada 22 Januari 2022 lalu, baru ada 3 daerah yang cakupan vaksinasi ketiganya sudah diatas 50 persen.
3 Provinsi dengan Cakupan Vaksinasi Booster Tinggi
Ketiga daerah tersebut yakni Provinsi Bali, DKI Jakarta dan Kepulauan Riau. Bali menempati posisi tertinggi dengan persentase 69,8 persen, DKI Jakarta dengan 66,0 persen dan Kepulauan Riau 52,1 persen.
“Penyediaan sentra-sentra vaksinasi terutama di tempat-tempat publik, perlu kembali digalakkan untuk mendekatkan layanan vaksinasi kepada masyarakat. Saya kira ini bisa kembali menarik minat masyarakat,” ujar Syahril.
Ia menambahkan Kemenkes juga akan menerapkan strategi “jemput bola” guna mendekatkan layanan vaksinasi kepada sasaran terutama kelompok rentan yang kesulitan mengakses sentra vaksinasi.
“Jemput bola ini untuk memudahkan sasaran yang kesulitan mengakses layanan vaksinasi COVID-19. Caranya dengan mendatangi rumah-rumah, pasar maupun tempat publik lainnya. Jadi kita kejar, tidak menunggu mereka datang ke puskesmas atau pusat-pusat layanan vaksinasi, tapi kita jemput bola,” ujar Syahril.
Terakhir, Syahril mengimbau kepada masyarakat yang belum melakukan vaksinasi booster di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat guna meningkatkan kekebalan tubuh.
Vaksinasi booster terbukti mampu meningkatkan kekebalan tubuh seseorang hingga 4-6 kali lipat, sehingga mampu mencegah risiko terburuk dari infeksi COVID-19.
“Untuk yang belum booster saran saya terus dilanjutkan, karena itu memberikan proteksi yang baik untuk kita, sasaran yang dibooster terbukti secara ilmiah kadar antibodinya jauh lebih tinggi dibandingkan yang belum dibooster, ini penting untuk melindungi orang sekitar terutama orang tua kita,” pungkasnya.
Advertisement
Imbau Masyarakat Segera Booster
Terakhir, Syahril mengimbau kepada masyarakat yang belum melakukan vaksinasi booster di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat guna meningkatkan kekebalan tubuh.
Vaksinasi booster terbukti mampu meningkatkan kekebalan tubuh seseorang hingga 4-6 kali lipat, sehingga mampu mencegah risiko terburuk dari infeksi COVID-19.
“Untuk yang belum booster saran saya terus dilanjutkan, karena itu memberikan proteksi yang baik untuk kita, sasaran yang dibooster terbukti secara ilmiah kadar antibodinya jauh lebih tinggi dibandingkan yang belum dibooster, ini penting untuk melindungi orang sekitar terutama orang tua kita,” pungkasnya.
Bersiap Hadapi Kemungkinan Gelombang Baru
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan pada Agustus 2022, meski Indonesia telah mampu melewati ancaman subvarian BA.4 dan BA.5 dengan baik serta antibodi masyarakat telah mencapai lebih dari 90 persen, RI tetap perlu mewaspadai kemungkinan munculnya gelombang baru COVID-19.
Menurut Budi, ujian dalam menghadapi COVID-19 masih akan dihadapi Indonesia dalam 6 bulan ke depan.
"Nah, sekarang ujiannya 6 bulan lagi, sekitar bulan Januari, Februari, Maret 2023. Kalau kita benar-benar bisa melampaui itu sama seperti sekarang, Indonesia mungkin menjadi selected few negara yang bisa menangani pandemi ini 12 bulan berturut-turut," kata Budi dalam keterangan pers usai Rapat Terbatas Evaluasi PPKM di Kantor Presiden, Selasa, 23 Agustus 2022.
Guna mencapai target tersebut, Budi menyebut ada satu cara yang bisa dilakukan yakni dengan menjaga tingkat imunitas masyarakat tetap tinggi seperti saat ini.
Menghadapi tantangan tersebut, kata Budi, akan dilakukan vaksinasi pada akhir tahun 2022 , terutama bagi golongan yang memiliki imunitas rendah. Hal tersebut sesuai arahan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas pada hari ini.
"Jadi nanti rencana November kita akan sero survei lagi untuk melihat daerah-daerah mana yang imunitasnya sudah menurun, kemudian orang-orang mana yang berisiko tinggi. Nanti itu yang akan kita berikan vaksinasi," jelas Budi.
Dengan vaksinasi tersebut, diharapkan imunitas masyarakat Indonesia akan tetap tinggi jika nantinya ada varian baru COVID-19 pada triwulan pertama 2023.
"Insyaallah kalau nanti ada varian baru, ya mudah-mudahan tidak, kita kan tugasnya mempersiapkan. Kalau ada nanti varian baru di bulan Januari, Februari, Maret, imunitas populasi masyarakat Indonesia itu tetap tinggi," ujar Budi.
Advertisement