Saham Meta Anjlok 14 Persen pada 12-16 September 2022, Dekati Level Terendah saat Pandemi COVID-19

Meta telah kehilangan 61 persen nilainya selama 12 bulan terakhir, sejauh ini penurunan terbesar di antara saham Big Tech.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 18 Sep 2022, 17:34 WIB
Ilustrasi logo Facebook sebagai salah satu platform layanan Meta. (Sumber foto: Pexels.com).

Liputan6.com, Jakarta - Harga saham induk usaha Facebook belum semurah ini sejak awal pandemi COVID-19. Setelah terjun 14 persen pada minggu ini menjadi ditutup pada USD 146,29 atau sekitar Rp 2,19 juta (asumsi kurs Rp 14.999 per dolar AS), saham induk Facebook Meta berada pada titik terendah sejak Maret 2020, dan periode pada Jumat, mereka bahkan tenggelam lebih rendah.

Mengutip CNBC, Meta telah kehilangan 61 persen nilainya selama 12 bulan terakhir, sejauh ini penurunan terbesar di antara saham Big Tech dan lebih dari dua kali lipat penurunan di Nasdaq Composite.

Dalam penurunan selama lima hari berturut-turut, Meta sekarang diperdagangkan hanya 28 sen di atas harga penutupannya pada 16 Maret 2020, ketika hari-hari awal COVID-19 membuat saham AS terguncang.

Jika Meta turun di bawah USD 146,01 atau sekitar Rp 2,19 juta, itu akan menjadi yang terendah sejak Januari 2019. Saat itulah Facebook menghadapi dampak Skandal Cambridge Analytica yang menguji kepercayaan konsumen terhadap perusahaan media sosial dan menyebabkan serangkaian dengar pendapat kongres yang memanas.

Namun, Facebook berhasil memperluas pengguna aktifnya di AS pada kuartal itu, meskipun hanya di bawah 1 persen.

Sejak resmi berganti nama menjadi Meta Oktober lalu, berita mengenai CEO Mark Zuckerberg dan perusahaannya hampir semuanya buruk.

Pembaruan privasi iOS Apple mempersulit perusahaan untuk menargetkan iklan dan meningkatnya popularitas saingan media sosial TikTok telah menarik pengguna dan pengiklan menjauh dari aplikasi.

Sementara itu, perlambatan ekonomi telah menyebabkan banyak perusahaan menarik kembali pengeluaran pemasaran online mereka.

Pada Juli, Meta memperkirakan penurunan penjualan untuk periode kedua berturut-turut karena melaporkan pendapatan kuartal II yang meleset dari garis atas dan bawah.


Bos Facebook Bilang Meta dan Apple Bersaing Ketat Bangun Metaverse

CEO Facebook Mark Zuckerberg di Ajang F8 pada 2019. Kredit: Facebook

Sebelumnya, bos Facebook Mark Zuckerberg percaya, Apple dan Meta tengah dalam kompetisi filosofis yang sangat dalam untuk membangun metaverse. Kedua raksasa tersebut, menurut Zuckerberg, siap bersaing dalam penjualan hardware untuk augmented reality dan virtual reality.

Zuckerberg menyebutkan, Meta akan memposisikan diri sebagai alternatif yang lebih terbuka dan murah dibanding Apple. Apple sendiri diperkirakan akan mengumumkan headset AR pertamanya akhir tahun ini.

"Ini adalah kompetisi filosofi dan ide, di mana mereka percaya, dengan melakukan sendiri dan mengintegrasikannya secara erat, mereka membangun pengalaman konsumen yang lebih baik," kata Mark Zuckerberg tentang persaingan dengan Apple.

Ia melanjutkan, Facebook percaya bahwa ada banyak hal yang perlu dilakukan dalam spesialisasi di berbagai perusahaan. "Hal ini memungkinkan ekosistem yang jauh lebih besar agar bisa eksis," kata Zuck.

Perlu diketahui, sejak mengubah nama perusahaan Facebook menjadi Meta, suami Priscilla Chan ini mendorong konsep interoperabilitas untuk metaverse. Interoperabilitas metaverse mengarah pada fase komputasi berikutnya setelah smartphone.

Sekadar informasi, belum lama ini Meta mendirikan Metaverse Open Standards Group dengan Microsoft, Epic Games, dan lainnya. Idenya adalah untuk memacu pembuatan protokol terbuka yang akan memungkinkan orang bergerak melalui dunia 3D dan virtual.

Menurut komentarnya di pertemuan internal yang dilihat The Verge, CEO Meta ini mengatakan pada karyawan pada awal bulan ini, mereka tengah bersaing dengan Apple untuk menentukan "ke arah mana internet harus masuk di dunia metaverse."


Apple Tak Ikut dalam Group Metaverse Meta dan Microsoft

Kantor Apple di Beijing - ilustrasi (ist.)

Apple absen keluar dari kelompok Metaverse Open Standard Group ini. Menurut Zuckerberg, pendekatan Apple dalam membangun hadware dan software yang dikontrolnya dengan ketat telah bekerja baik untuk iPhone, namun belum begitu jelas untuk ekosistem lain, apakah terbuka atau tertutup.

Sementara, CEO Apple Tim Cook menegaskan niat Apple tentang minat perusahaan pada AR. Meski begitu, Apple belum memberikan informasi atau bocoran, kapan hardware-nya akan diumumkan.

Meta berencana merilis headset serupa pada akhir tahun 2022 ini. Headset VR tersebut diberi kode nama Cambria. Selain itu, Facebook juga akan menyiapkan kacamata AR pertamanya.

Jika VR dan AR benar-benar melejit seperti yang diharapkan Mark Zuckerberg, ia ingin memposisikan Meta sebagai Android yang merupakan pesaing iOS sebagai milik Apple.

Apple dan Meta tidak pernah benar-benar saling berhadapan. Meta diketahui kehilangan miliaran dolar per tahun dalam pendapatan iklan di iOS karena Apple menghadirkan fitur pencegahan pelacakan iklan.

Pernyataan Zuckerberg di atas memperlihatkan bahwa ia mencoba menemukan jalan untuk keluar dari Apple. Pasalnya, kini kedua raksasa teknologi ini akan jadi pesaing untuk satu sama lain di tahun-tahun yang akan datang.


Yakini 1 Miliar Orang Bakal Huni Metaverse

Ilustrasi metaverse. (Pexels.com/ThisIsEngineering)

Masih tentang metaverse, sebelumnya Meta Facebook percaya, satu miliar orang akan berpartisipasi dalam metaverse dalam satu dekade ke depan atau pada 2030. Padahal sampai sejauh ini, konsep metaverse Meta masih terasa samar-samar bagi banyak pihak.

Mengutip Digital Trends, Selasa (28/6/2022), CEO Meta Mark Zuckerberg dalam program siaran CNBC Mad Money bersama presenter Jim Cramer mengatakan, pembelian konten digital di metaverse bakal menghasilan ratusan miliar dolar untuk Meta pada 2030.

Zuckerberg menilai, pembelian tersebut bakal membalikkan defisit dari Reality Lab milik Meta. Sekadar informasi, Meta menggulirkan investasi miliaran dolar AS untuk Reality Lab.

Investasi tersebut dipakai untuk meneliti dan mengembangkan hardware dan software VR dan AR yang mendukung metaverse.

Saat ini, metaverse memang terdengar masih asing, mengingat hanya sebagian kecil dari populasi pengguna Facebook yang memiliki hardware VR dan AR, meski beberapa perangkat dirilis oleh produsen besar.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya