Liputan6.com, Jakarta - Siapa sangka Verrell Bramasta memiliki cerita kelam saat duduk di bangku SMP dan SMA. Pesinetron kelahiran Jakarta, 11 September 1996 ini mengalami masa tak menyenangkan saat sekolah.
Sebab, anak sulung Venna Melinda dengan Ivan Fadilla pernah menjadi korban bully atau perundungan. Tak tanggung-tanggung, satu sekolah ikut meledek dan membully dirinya.
"Sepanjang SMP dan SMA, gue tuh di-bully parah banget sama kakak kelas gue, sama basically semua orang di sekolah gue," kata Verrell Bramasta dikutip dari kanal YouTube Boy William yang tayang 17 September 2022.
Pria yang digosipkan bakal menikah muda dengan Natasha Wilona ini tak menyangka bakal mengalami masa pahit di sekolah dalam rentang waktu lama. Akibat di-bully, Verrell Bramasta nyaris tak memiliki banyak teman dekat.
Baca Juga
Advertisement
Karena Venna Melinda
Ada peran Venna Melinda dalam proses di-bullynya Verrell Bramasta di sekolah. Rupanya, kala itu, pemeran Ditho di film ILY from 38.000 Ft ini sedang mengikuti kompetisi ajang pencarian bakat.
Agar Verrell Bramasta mendapat dukungan banyak orang, Venna Melinda memasang banyak poster Verrell Bramasta di tembok sekolah.
"Bukan cuma (ditempel) di kelasku, tapi juga di kakak kelas. Semua poster 'Voting Verrell.' Saat kecil, aku itu chubby kid, very chubby, and very short. Jadi kayak, bahan bully-an bangetlah," Verrell Bramasta mengisahkan.
Advertisement
Kakak Kelas Hingga Teman Seangkatan
Verrell Bramasta remaja tak bisa berbuat apa-apa. Ia menyadari dirinya kala itu menjadi pusat perhatian karena keikut sertaannya di ajang pencarian bakat.
Namun dukungan positif yang seharusnya mengalir deras dari teman-temannya di sekolah, sama sekali tak pernah terjadi.
"Gara-gara itu, semua orang, sampai kakak kelas, kayak kalau gue keluar kelas itu, 'Woy, Idola Cilik dasar. Bocah gendut.' Mereka corat-coret di posterku," jelasnya.
Ketakutan
Sejak poster minta dukungan yang ditempel Venna Melinda muncul di sekolah, Verrell Bramasta tak lagi bisa menikmati hari-harinya menjalani pendidikan dengan baik.
Hatinya selalu diliputi rasa takut. Hal itu diperparah dengan tak adanya teman berbagi dan meluapkan segala keluh kesah.
"I was a fat kid, kan. Gue suka jajan. I would eat in the toilet, sumpah. Kalau lagi makan siang, mereka semua ke bawah main bola, main basket, gue ke toilet, gue makan," jelasnya.
Advertisement