Liputan6.com, Jakarta - Masyakat Indonesia tengah berduka. Cendekiawan muslim yang juga Ketua Dewan Pers, Azyumardi Azra meninggal dunia, di Selangor, Malaysia, Minggu (18/9/2022).
Kedubes Indonesia di Malaysia mengungkapkan, informasi yang diperolehnya dari pihak rumah sakit, Azyumardi meninggal karena serangan jantung.
“Pihak Rumah Sakit Serdang telah menerbitkan penyebab kematian almarhum yaitu Acute Inferior Myocardial Infarction atau terdapat kelainan pada jantung," dalam siaran tertulis Kedubes RI Kuala Lumpur.
Baca Juga
Advertisement
Penyakit jantung adalah salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Menilik sejarah, penyakit jantung sudah terjadi setua peradaban manusia di dunia.
Salah satu kisah yang secara jelas menyebut penyakit jantung terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW. Kala itu, Rasulullah SAW menjenguk sahabatnya, Sa'ad bin Abi Waqash yang sakit.
Dalam hadis riwayat Abu Daud, disebutkan bahwa Nabi meletakkan tangannya di dada Sa'ad. Nabi mengatakan bahwa Sa'ad menderita penyakit jantung.
Dari Sa’ad bin Abi Waqash mengisahkan, "Pada suatu hari aku menderita sakit, kemudian Rasulullah SAW menjengukku. Beliau meletakkan tangannya di tengah dadaku, sampai-sampai jantungku merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian, beliau bersabda, 'Kamu menderita penyakit jantung. Temuilah al-Harits bin Kaladah dari Bani Tsaqif karena sesungguhnya dia adalah seorang tabib (dokter), dan hendaknya dia (al-Harits bin Kaladah) mengambil tujuh buah kurma ‘ajwah, kemudian ditumbuk beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.'” (HR Abu Daud).
Dari hadis ini tampak jelas, Nabi memberitahu ramuan herbal untuk penyakit jantung yang diderita oleh Sa'ad. Namun, yang melakukannya adalah tabib atau dokter.
Pengobatan Nabi Murni Sains
Mengutip Republika, dalam bukunya yang berjudul Islam & Teknologi, Ustaz Ahmad Sarwat menjelaskan, dalam hadis tersebut Rasulullah mengetahui ramuan obat apa yang sebaiknya diminum oleh penderta penyakit jantung.
Namun, Nabi Muhammad tetap meminta Sa’ad untuk menemui seorang dokter bernama al-Harits bin Kaladah. Hal ini karena Rasulullah hanya mengetahui ramuan obat secara umum. Sementara itu, al-Harits dianggap mengetahui lebih detail terkait komposisi, cara meracik, kombinasi, dan indikasinya.
Pengobatan ala Nabi SAW itu juga tidak seperti kisah Nabi Isa Alaihissalam dalam mengobati orang sakit. Sebab, Nabi Isa hanya dengan mengusap orang sakit, orang sakit itu langsung sembuh. Bahkan, yang mati pun bisa hidup lagi. Sebagaimana dikatakan dalam Alquran:
“Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah”. (QS Ali Imran: 49)
Ustaz Sarwat mengatakan, proses penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa itu memang semata-mata mukjizat kenabian.
Karena itu, boleh jadi Nabi Isa sama sekali tidak tahu teknis sesungguhnya dalam urusan pengobatan. Sementara itu, pengobatan ala Rasulullah ini, menurut dia, 100 persen murni ilmu pengetahuan, bukan mukjizat.
Tim Rembulan
Advertisement