Gunakan Pemanis Buatan Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

Penyakit jantung bisa datang tanpa diundang apabila Anda rutin menggunakan pemanis buatan

oleh Melly Febrida diperbarui 20 Sep 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi kesehatan jantung jadi ancaman ketika seseorang hobi mengonsumsi pemanis buatan (sumber: pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Pemanis buatan yang seringnya disebut dengan pengganti gula sering dianggap sebagai cara menghindari dari risiko kesehatan yang berhubungan dengan pemanis tradisional.

Ini yang akhirnya orang lebih memilih menggunakan pemanis buatan tersebut ketimbang gula asli demi mengurangi kalori dan menurunkan berat badan.

Sayangnya, pemanis buatan ini dapat membahayakan kesehatan Anda. Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal The BMJ, telah menemukan bahwa pemanis buatan berpotensi menyebabkan penyakit jantung.

Penulis studi dan direktur penelitian di Institut Nasional Penelitian Kesehatan dan Medis Prancis, Mathilde Touvier, PhD menjelaskan bahwa pemanis buatan ada dalam ribuan produk makanan di seluruh dunia dan dikonsumsi oleh jutaan warga setiap hari.

"Hasil ini menunjukkan bahwa pemanis buatan mungkin bukan alternatif yang aman untuk gula tambahan," kata Touvier dikutip dari Health pada Selasa, 20 September 2022.

Studi ini menunjukkan fakta ternyata meski lembaga kesehatan merekomandasikan membatasi konsumsi gula dalam makanan, ini sama pentingnya untuk tidak mengganti gula dengan pemanis buatan.

"Ini karena mereka mungkin bukan alternatif sehat yang Anda pikirkan," kata Touvier.

Pemanis Buatan dan Risiko Kesehatan Jantung

Touvier dan rekan-rekannya menganalisis lebih dari 103.000 orang dewasa di Prancis yang terlibat dalam studi nutrisi berbasis web untuk menyelidiki hubungan antara asupan pemanis buatan dan risiko penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung.

Dia mengatakan bahwa hampir 80 persen peserta merupakan perempuan dan rata-rata berumur 42 tahun.

 


Apa Hubungan Pemanis Buatan dan Penyakit Jantung

Makanan Sehat untuk Penderita Jantung (Sumber: Pixabay)

Peserta menyelesaikan kuesioner yang merinci konsumsi makanan mereka selama 24 jam. Mereka juga memberikan informasi tentang kesehatan, gaya hidup dan faktor sosiodemografi --- termasuk aktivitas fisik, status merokok, dan informasi pribadi seperti pendidikan dan pekerjaan.

Para peneliti juga menugaskan peserta untuk menyelesaikan beberapa penilaian buku harian makanan pada awal penelitian dan setiap enam bulan sesudahnya.

Langkah ini, kata Touvier, memberi peneliti perkiraan berapa banyak pemanis buatan yang dikonsumsi bersama dengan asupan makanan lain seperti buah-buahan, sayuran, daging merah, dan produk susu.

Dari peneletian itu, peserta yang mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah yang lebih tinggi memiliki sembilan persen peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsinya sama sekali.

Ini termasuk individu yang lebih muda yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih tinggi, kurang aktif secara fisik dan lebih cenderung merokok.

"Kami mengamati bahwa total asupan pemanis buatan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular," kata Touvier.

 


Peneliti Tambahan

Kesehatan jantung (Sumber: Pixabay)

Peneliti juga mempelajari berbagai jenis pemanis buatan dan menemukan asupan aspartam dikaitkan dengan peningkatan 17 persen risiko kejadian serebrovaskular, sementara acesulfame potassium dan sucralose dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner.

Penulis penelitian dan pakar kesehatan lainnya mencatat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi atau membantah temuan saat ini.

Seorang ahli jantung di Texas Heart Institute, Alexander Postalian MD, yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan bahwa hubungan yang diamati antara pemanis buatan dan penyakit kardiovaskular masih belum jelas.

"Ada banyak teori tentang mengapa pemanis buatan dapat menyebabkan penyakit. Dari perubahan keseimbangan insulin dan glukosa hingga modifikasi mikrobiota usus," kata Postalian.

"Namun, kebenarannya adalah kita tidak tahu pasti," pungkasnya.

Infografis jantung kemkes

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya