Liputan6.com, Banyumas - Munculnya Kekaisaran Mongol adalah salah satu periode sejarah penting yang tercatat di dunia. Kekaisaran kedua terbesar dalam sejarah manusia ini didirikan oleh Jenghis Khan si Khan Agung.
Sepeninggal Jengis Khan, kedudukan Great Khan, pemimpin tertinggi, dikuasai oleh Ogodei (memerintah antara 1229-1241), ptera ketiga Jenghis Khan, dan keturunannya. Sementara, wilayah-wilayah taklukkan Mongol dibagi kepada empat anak (Jochi, Jaghatai, Ogodei, dan Tolui) serta saudara Jenghis Khan.
Anak sulung Jenghis Khan, Jochi, mendapat wilayah yang paling jauh dari pusat kekuasaan. Wilayah ini dikenal sebagai Golden Horde dan pemimpin pertamanya adalah Batu, putera Jochi. Wilayah Golden Horde mencakup wilayah Rusia (Moskow, Kiev, dan lain-lain), dan beberapa negara Eropa Timur, seperti Polandia dan Hunggaria.
Golden Horde didirikan oleh Batu Khan, anak pertama Jochi. Dia didampingi oleh Berke Khan, adiknya. Berke sendiri merupakan salah satu cucu Jenghis Khan yang sering menyertai kakeknya dalam banyak pertempuran. Dan ia merupakan seorang Muslim. Kapan persisnya ia menganut Islam agak sulit untuk dipastikan.
Baca Juga
Advertisement
Salah satu sumber Muslim menyebutkan bahwa ia telah dididik secara Islam sejak masih kecil, sumber lain menyebutkan bahwa ia masuk Islam karena peranan seorang sufi dari Khawarizm bernama Saifuddin. Yang jelas, ia sudah menjadi seorang Muslim pada prosesi pengangkatan Mongke sebagai Great Khan pada tahun 1251.
Hewan-hewan yang dipotong untuk penyajian makanan dalam merayakan pengangkatan Mongke, atas perintah Berke, dipotong menurut aturan hukum Islam. Keislaman Berke dipandang oleh para sejarawan Muslim sebagai keislaman yang baik. Di bawah kesatuannya, instruksi-instruksi Islami biasa diberikan dan dijalankan.
Mengutip Hidayatullah.com, Prof Ataullah Bogdan Kopanski, salah satu pengajar pada International Islamic University Malaysia (IIUM), dalam salah satu kuliahnya berspekulasi bahwa nama Berke sendiri mungkin berasal dari bahasa Arab ‘barakah.’ Sumber-sumber Tatar memang menulis namanya sebagai ‘Barakat.’
Namun, dalam bahasa Mongolia sendiri kata ‘berke’ memiliki arti, yaitu ‘sulit’ (difficult). Terlepas dari perbedaan tersebut, keberadaan Berke mungkin bisa dianggap sebagai ‘berkah’ tersendiri bagi dunia Islam, karena di tengah himpitan kekuasaan Mongol, kaum Muslimin mendapati seorang pemimpinnya yang berpihak secara kuat pada mereka.
Ketika Batu wafat pada tahun 1255, anaknya yang sedang berada di Mongolia Sartaq, diterima dan diangkat sebagai khan Golden Horde oleh Mongke. Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa ia merupakan seorang penganut Kristen yang cukup kuat. Setelah menerima pengangkatan dari Mongke, Sartaq segera kembali ke Golden Horde.
Tapi ia meninggal dalam perjalanan, atau tak lama setelah tiba di kawasan Volga. Mongke kemudian menunjuk anak Sartaq yang bernama Ulaghchi (sumber lain menyebut Ulaghchi sebagai saudara Sartaq). Namun, yang terakhir ini juga meninggal dunia tak lama setelah itu. Kepemimpinan Golden Horde otomatis berpindah ke tangan Berke. Ini terjadi pada tahun 1257.
Kepemimpinan Berke Khan di Golden Horde menandai satu babak baru dalam sejarah Kekaisaran Mongol. Tak lama setelah menjadi Khan di Golden Horde, Berke mengunjungi Bukhara dan memperlakukan para ulama di sana dengan penghormatan yang tinggi. Ia juga memberikan hukuman pada komunitas Kristen di Samarkand karena sikap mereka yang buruk terhadap masyarakat Muslim.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penghancuran Baghdad Oleh Hulagu Khan
Sementara itu, Setelah kematian Mongke pada tahun 1259, kedudukan Great Khan berikutnya jatuh ke tangan adiknya, Kubilai. Namun, keadaan tidak sama lagi seperti sebelumnya. Kekaisaran Mongol mulai terpecah belah dalam perang saudara. Adik bungsu Kubilai, Ariq-Boga, menantang kedudukan kakaknya sebagai Great Khan.
Wilayah Turkistan yang dikendalikan oleh Alughu, cucu Jagathai, mulai memisahkan diri dari pusat kekuasaan. Ia juga memusuhi Berke dan mengusir para pejabat dan pendukungnya dari Samarkand dan Bukhara. Berke sendiri kemudian memimpin Golden Horde sebagai pemerintahan yang terpisah dari pusat kekaisaran Mongol.
Sementara itu, Hulagu, adik Kubilai lainnya, yang sejak tahun 1256 menguasai Persia, sibuk dengan upayanya meluaskan kekuasaan hingga ke Iraq dan wilayah Muslim lainnya.
Pada tahun 1258, Hulagu berhasil menguasai Baghdad, menghabisi penduduknya, dan menamatkan riwayat khalifah dunia Islam yang saat itu dipegang oleh al-Musta’sim. Kejadian itu merupakan suatu tragedi yang besar bagi dunia Islam.
Ratusan ribu penduduk, bahkan ada yang menyebutnya jutaan, dibunuh. Masjid, perpustakaan dan bangunan-bangunan penting lainnya dihancurkan.
Namun, itu belum mencukupi bagi Hulagu. Ia berambisi menguasai Suriah yang ketika itu dikendalikan oleh Bani Ayyub dan juga Mesir yang dipimpin oleh Dinasti Mamluk.
Beberapa sejarawan berpendepat kekejaman Hulagu terhadap Muslim itu terkait dengan Perang Salib yang juga berlangsung. Hulagu banyak dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya.
Dia beribu Kristen, salah satu istrinya beragama Kristen, dan jenderal utamanya, Kitbuga, juga penganut Kristen Nestorian, walaupun ia sendiri tidak menganut agama tersebut. Hal ini menjelaskan sikapnya yang sangat tidak ramah terhadap dunia Islam.
Segera setelah menguasai Iraq, Hulagu dan pasukannya merebut wilayah Suriah tanpa menghadapi perlawanan berarti. Ia sudah bersiap menyerang Mesir saat mendengar wafatnya Great Khan (Mongke). Ia memutuskan untuk kembali ke pusat kekaisaran Mongol untuk ikut dalam pemilihan Great Khan dan menugaskan jenderalnya untuk menghadapi pasukan Mamluk.
Advertisement
Pembalasan di Pertempuran Ain Jalut dan Kertek
Tanpa kehadiran Hulagu, pasukan Mamluk berhasil mengalahkan pasukan Mongol di Ain Jalut, dan membebaskan wilayah Suriah. Walaupun perang ini sangat penting dalam menghentikan laju pasukan Mongol, ancaman terhadap dunia Islam belum sepenuhnya berakhir, karena Hulagu setiap saat bisa menghimpun kekuatannya, dan melanjutkan ambisinya menguasai Suriah dan Mesir.
Hulagu memang benar-benar kembali untuk mewujudkan impiannya. Tapi kali ini ia mendapat halangan yang lebih serius. Ia mendapat tantangan dari sepupunya sendiri, Berke Khan.
Sejarawan-sejarawan Persia yang menulis sejarah Mongol menyebutkan kemarahan dan penentangan Berke terhadap Hulagu karena kehancuran yang ditimpakan Hulagu terhadap ibu kota Islam, Baghdad. Sejak tahun 1261 terjadi hubungan diplomasi antara Mamluk Mesir di bawah kepemimpinan Baybars dan Mongol Kipchak yang dipimpin Berke.
Mereka mencapai kesepakatan untuk menghadapi Il-Khanate atau Mongol Persia yang dipimpin Hulagu. Persekutuan ini memaksa Hulagu mengalihkan perhatiannya dari Suriah dan Mesir dan berperang menghadapi pasukan Berke. Ini terjadi pada akhir tahun 1262.
Pada awalnya pasukan Hulagu berhasil mendesak pasukan sepupunya itu dan mengejarnya ke utara hingga mencapai Sungai Terek dan menyeberanginya. Tapi di tempat itu mereka dikejutkan oleh serangan mendadak yang dilakukan oleh Nogai, anggota keluarga dan salah satu pimpinan pasukan Berke.
Serangan ini memaksa Hulagu dan pasukannya menyeberangi kembali Sungai Terek yang saat itu sedang membeku oleh musim dingin. Namun kali ini banyak pasukan Hulagu yang terjerembab ke dalam sungai dan tenggelam karena lapisan es sungai itu pecah oleh hentakan tapak-tapak kuda mereka.
Hulagu mengalami kekalahan pada pertempuran tersebut dan terpaksa kembali ke wilayah kekuasaannya.
Perseteruan antara Golden Horde dan Il-Khanate terus berlangsung ke masa-masa berikutnya, bahkan setelah tiadanya Berke dan Hulagu, tanpa ada pemenang di antara kedua belah pihak. Kendati demikian, upaya Berke ini berhasil menghentikan secara permanen keinginan Hulagu untuk menguasai Suriah dan Mesir, sehingga wilayah-wilayah Muslim itu bebas dari ancaman Mongol.
Jika dikatakan oleh para tabib zaman dahulu bahwa obat dari suatu racun biasanya terletak dekat atau pada sumber yang sama dengan racun tersebut, obat penetral bagi musibah yang ditimpakan oleh bangsa Mongol terhadap dunia Islam ternyata juga terdapat di dalam puak Mongol sendiri.
Berke telah menetralisir bencana yang hendak memporak-porandakan negeri-negeri Islam lebih jauh. Baghdad memang terlanjur jatuh, tapi Haramain dan Jazirah Arab, al-Quds dan Suriah, Mesir dan negeri-negeri Muslim di Afrika Utara dan Andalusia, selamat dari terkaman Mongol. (Sumber: Hidayatullah.com dan sumber lainnya)
Tim Rembulan