100 Persen Produksi Lokal, Scarf Batik Lasem Jadi Suvenir untuk Para Istri Menteri Pariwisata G20

Dengan menjadi suvenir untuk Para Istri Menteri Pariwisata G20, batik Lasem diharapkan bisa mendunia.

oleh Henry diperbarui 19 Sep 2022, 19:28 WIB
Menparekraf Sandiaga Uno di Weekly Press Briefing, 19 September 2022. (Liputan6.com/Henry)

Liputan6.com, Jakarta - Batik Lasem sudah memiliki tempat tersendiri di mata para pecinta batik. Motifnya mencerminnkan akulturasi Jawa, Tiongkok, Champa dan Belanda. Selain itu, kondisi geografis kecamatan di timur Rembang itu menjadi nilai jual tersendiri.

Keunikan itu jadi salah satu faktor yang membuat Batik Lasem dipilih menjadi suvenir dalam bentuk scarf yang akan diberikan pada para istri Menteri Pariwisata peserta KTT G20. Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, ada 50 buah scarf dari batik Lasem yang akan dibagikan pada para istri Menteri Pariwisata.

"Buat saya ini suatu kabar baik karena kita mau memberikan informasi juga kalau Batik Lasem ini termasuk batik tulis yang pembuatannya sangat sulit dan perlu waktu lama. Makanya kita kasih saran supaya kalau beli batik tulis jangan pakai menawar harga, langsung beli aja," kata Nur Asia Uno, istri dari Sandiaga Uno di acara The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar secara hybrid, Senin (19/9/2022).

"Jadi harapan saya, supaya batik Lasem ini bisa lebih familiar. Saya sangat mendukung scarf batik Lasem ini diberikan pada para istri para menteri pariwisata G20. Mudah-mudahan mereka suka dan bisa ikut mempromosikan batik Lasem supaya bisa mendunia," lanjutnya.

Bahan utama pembuatan scarf tersebut adalah rayon yang diproduksi oleh Asia Pacifc Rayon. Ide pembuatan scarf ini berasal dari penelitian yang dilakukan beberapa perguruan tinggi di Indonesia dan bekerja sama dengan Asia Pacirif Rayon, salah satunya adalah Universitas Maranatha di Bandung, Jawa Barat.

Sebelumnya, batik Lasem lebih banyak digunakan sebagai kain. Tapi belakangan ini lebih berkembang setelah dijadikan produk lain seperti scarf, baju dan aksesori pakaian lainnya. Direktur Asia Pacific Rayon; Basrie Kamba menambahkan, ada sejumlah keunggulan yang membuat batik Lasem pantas dikedepankan agar lebih dikenal dan mendunia.


Batik Tulis

Batik Lasem kini diangkat dengan siluet yang kekinian oleh desainer muda Indonesia (Foto: Vinsensia Dianawanti)

"Selain bahannya sustainable alias terbarukan dan dibuat perajin yang sudah memproduksi batik ini selama tujuh generasi, batik Lasem ini bisa kita banggakan karena produksi dan bahan-bahannya 100 persen buatan lokal. Bahannya rayon bukan katun karena kalau katun harus diimpor," terang Basrie.

Ada dua motif utama yang jadi andalan batik Lasem yaitu motif Sekar Jagat dan Pioni. "Motif Sekar Jagat ini melambangkan keberagaman yang bisa berarti Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu," ungkap Seriwati Ginting selaku Wakil Dekan FSRD Universitas Maranatha.

"Kalau motif Pioni ini berdasarkan salah satu jenis bunga yang banyak ditemui di daerah Lasem. Bunga ini sangat wangi sehingga pemakainya diharapkan punya kepribadian yang baik dan disukai banyak orang," lanjutnya.

Seriwati menambahkan, dengan terpilihnya batik Lasem sebagai suvenir untuk para menteri pariwisata, diharapkan para perajinnya mendapatkan perhatian yang lebih baik lagi karena selama ini daerah mereka termasuk sulit untuk diakses. "Kita berharap para perajin batik Lasem bisa mendapatkan bantuan dan pembinaan lebih baik lagi, karena kita berharap mereka tetap membuat batik tulis yang sekarang ini sudah jarang dijumpai," pungkasnya.


Sejarah Batik Lasem

100 Persen Produksi Lokal, Scarf Batik Lasem Jadi Suvenir untuk Para Istri Menteri Pariwisata G20. (Liputan6.com/Henry)

Batik Lasem yang berasal dari Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah ini punya ciri khas perpaduan motif batik Jawa dan corak Tiongkok, hasil dari akulturasi budaya sejak akhir abad ke-14 Masehi ketika armada di bawah pimpinan Laksamana Cheng Ho sempat bersinggah di nusantara.

Batik Lasem menikmati puncak popularitas sekitar 1970. Pada masa itu, batik Lasem termasuk enam besar di Indonesia, disandingkan dengan batik Surakarta, Yogyakarta, Pekalongan, Banyumas, dan Cirebon. Bahkan, saat itu batik Lasem sudah menjangkau pasar internasional.

Namun, popularitas tersebut tergerus zaman seiring berubahnya selera konsumen. Penetapan Hari Batik pada 2009 sempat kembali mendongkrak batik Lasem, namun geliat tersebut tidak bertahan lama.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Rembang pun berupaya untuk menjaga denyut batik Lasem dengan memfasilitasi dan mendorong kegiatan industri. Batik tulis Lasem pun diangkat sebagai salah satu kurikulum sekolah oleh Pemerintah Kabupaten Rembang. Salah satu tantangan untuk merambah pasar yang lebih luas adalah bagaimana menerapkan corak khas batik Lasem ke produk yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dan memenuhi permintaan konsumen.


Bangkit Lagi

Pengrajin batik Lasem yang tampil di Indonesia Pavilion di sela pertemuan tahunan IMF- Bank Dunia. (dok. istimewa/Dinny Mutiah)

Wawasan tersebut mendasari sinergi antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemkab Rembang, dengan PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melalui mitra tanggung jawab sosial perusahaan Business and Export Development Organization (BEDO), dan pemangku kepentingan lainnya. Perajin batik Lasem dihubungkan dengan desainer untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan. Tidak hanya itu, mereka juga diberikan keterampilan wirausaha dan kemampuan pemasaran.

"Pengembangan batik Lasem menjadi aneka ragam pakaian siap pakai merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan batik Lasem ke khalayak yang lebih luas," ujar Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Tengah, Ibu Siti Atikoh, Kamis (21/4/2022), dilansir dari kanal Regional Liputan6.com.  Lebih lagi, pengrajin batik Lasem yang ikut pelatihan juga dibuatkan suatu merek yang menaungi mereka, "Batik Lasemku".

Hal ini diperkenalkan pada perhelatan Rembang Fashion Parade pada 2 November 2021 di mana 14 UMKM batik dan sembilan desainer menampilkan hasil desain baju Batik Lasem yang diolah menjadi beragam busana siap pakai. Dengan menjadikan pelaku ekonomi kreatif sebagai penggerak, hal ini diharapkan mampu turut mendorong perekonomian daerah serta melestarikan motif batik tersebut.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo turut menyampaikannya dalam pembukaan Rembang Fashion Parade. Ia berharap Batik Lasem di Rembang kembali bangkit sehingga dapat memicu perekonomian Kabupaten Rembang dan sekitarnya.

Infografis motif-motif batik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya