Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah menuju Madinah dilakukan pada September 622 Masehi. Beberapa riwayat menyebut Nabi tiba pada akhir September, meski yang lebih kuat Nabi baru tiba pada awal Oktober 622 M.
Dalam penanggalan hijriah, Nabi Muhammad SAW berangkat dari rumah 26 Safar SH atau 9 September 622 M dan tiba di Madinah pada Senin 22 Rabiul awal SH 1 atau 4 Oktober 622 M. Nabi singgah di beberapa tempat bersejarah, yakni Gua Tsur, Quba dan Masjid Jumat.
Baca Juga
Advertisement
Hijrah ini salah satunya dipicu oleh kekejaman kaum Quraisy kepada Rasulullah SAW dan pengikutnya. Bahkan, dalam perjalanan hijrah pun, Quraisy masih mencoba mencelakai Nabi.
Mereka mengerahkan antek hingga pembunuh bayaran untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Saking bernafsunya, mereka mengumumkan sayembara, siapapun yang dapat menghabisi nyawa Nabi akan mendapat hadiah 100 ekor unta merah berbiji mata hitam, jenis unta terbaik dan berharga paling mahal.
Salah satu yang mengikuti sayembara itu adalah Suraqah bin Malik. Dialah orang pertama kali berdiri dan menyanggupi sayembara pembunuhan Nabi tersebut.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kuda Suraqah Ambles ke Pasir
Ia tidak menyia-nyiakan waktu. Suraqah meloncat ke atas kudanya dan mengejar Nabi yang sudah dalam perjalanan ke Madinah.
Setelah mengikuti jejaknya, Suraqah sampai tepat di belakang Rasulullah. Dalam benak Suraqah, hadiah untalah yang terbayang. Dia kemudian menghunus pedang dan memacu kudanya untuk mendekati Nabi.
Bersama untanya Rasulullah tetap tampak tenang. Ketika sudah dekat, Suraqah langsung menyabetkan pedangnya ke arah Nabi. Namun, bersamaan dengan itu, mendadak kaki kudanya terperosok masuk ke pasir.
“Blessss..!”
Mengutip laman NU, dalam al-Aqthaf ad-Daniyyah fî Idlâhi Mawâ‘idh al-Ushfriyah dijelaskan, bumi saat itu tunduk kepada perintah Nabi. Tiba-tiba saja kaki kuda Suroqah ambles ke dalam tanah hingga lutut.
Pedang pun gagal menyentuh kulit Nabi. Suraqah hanya bisa mengeluh dan meminta pertolongan. Rasulullah, si korban percobaan pembunuhan itu, tanpa rasa sungkan menyelamatkannya.
Hingga akhirnya Nabi meneruskan perjalanan hijrahnya seperti biasa. Suraqah secara fisik memang selamat, tapi syahwat untuk mendapatkan hadiah sayembara yang melimpah ternyata menyesatan jalan pikirannya.
Selang beberapa saat, ia kembali membuntuti Rasulullah dan mengulangi perbuatan kejinya. Kuda berpacu dan, sekali lagi, pedang siap dihantamkan. Namun, kembali Blessss...!, Kali ini kaki kuda Suraqah terhisap bumi lebih dalam lagi, hingga mencapai perut.
Advertisement
Suraqah Tobat dan Masuk Islam
Lagi-lagi, Suraqah memohon ampun dan perlindungan Rasulullah. Ia bersumpah tak akan mengulangi tindakan jahatnya.
Mendengar hal itu, Rasulullah memaafkan dan mendoakannya. Suraqah turun dari tunggangannya dan duduk di depan unta Rasulullah.
Suraqah menangis. Dia yakin, Muhammad SAW dilindungi oleh sesuatu yang dia tidak tahu. Dia pun menyerah.
“Wahai Rasulullah, jelaskanlah padaku tentang Tuhanmu yang memiliki kekuatan yang sedemikian rupa. Apakah Dia terbuat dari emas? Atau dari perak?”, tanya Suraqah.
Nabi menunduk sembari diam cukup lama. Lantas Malaikat Jibril datang kepada Nabi dan membacakan surat al-Ikhlas ayat 1-4 dan as-Syura ayat 11.
“Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang Islam,” pinta Suraqah.
Rasulullah SAW memberitahukannya. Akhirnya, Suraqah bersyahadat dan masuk Islam. Namun, dalam riwayat, Suraqah kembali ke Makkah, tidak mengikuti Nabi berhijrah ke Madinah.
Tim Rembulan