Anak Usaha Adaro Energy Indonesia Raih IUPK hingga 2032

Sekretaris Perusahaan PT Adaro Energy Indonesia Tbk, Mahardika Putranto menjelaskan, pada 14 September 2022 PT Adaro Indonesia mendapatkan IUPK.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Sep 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi PT Adaro Energy Tbk (Foto: Dok PT Adaro Energy Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - Anak Usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Adaro Indonesia (AI) raih perpanjangan izin operasi menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK) hingga 2032. Adaro Indonesia merupakan entitas yang 88,47 persen sahamnya dimiliki oleh perseroan.

Sekretaris Perusahaan PT Adaro Energy Indonesia Tbk, Mahardika Putranto menjelaskan, pada 14 September 2022 PT Adaro Indonesia mendapatkan IUPK sebagai kelanjutan operasi kontrak atau perjanjian dari Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia atas nama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia tertanggal 13 September 2022.

“IUPK-KOP diberikan dengan jangka waktu sampai dengan tanggal 1 Oktober 2032 dan dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,” kata Mahardika dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (20/9/2022).

PT Adaro Indonesia adalah salah satu kontraktor pemerintah melalui Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) generasi pertama yang telah dirikan pada 1982. Perusahaan melakukan kegiatan eksplorasi penambangan batu bara di Kalimantan Selatan dan mulai berproduksi secara komersial pada 1992. Lokasi penambangan terletak di Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan.

AI merupakan aset batu bara terbesar milik perseroan, memproduksi 22,88 juta ton batu bara pada semester I 2022, atau naik 5 persen dari 21,73 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Volume penjualan baut bara Ai pada semester I 2022 naik 6 persen menjadi 25,27 juta ton dari 23,84 juta tpn pada semester I 2021.

 

 


Adaro Energy Perpanjang Buyback Saham hingga 16 Desember 2022

Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) berencana memperpanjang periode pembelian kembali (buyback) saham perseroan. Kali ini, perseroan memperpanjang periode buyback mulai 16 Juni 2022 sampai 16 Desember 2022.

Sekretaris Perusahaan PT Adaro Energy indonesia Tbk, Mahardika Putranto menerangkan, pembelian kembali saham perseroan pada periode perpanjangan kembali hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu paling lama tiga bulan setelah keterbukaan informasi yang disampaikan pada 16 September 2021.

“Tanggal keterbukaan informasi yakni pada 16 September 2022. Sehingga periode perpanjangan kembali yakni mulai 16 September 2022 sampai 16 Desember 2022,” tulis Mahardika, dikutip Sabtu (17/9/2022).

Perpanjangan periode pembelian kembali saham ini merupakan yang keempat kalinya dilakukan perseroan. Sebelumnya, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) membeli kembali saham yang dilakukan bertahap mulai 27 September-26 Desember 2021.

 


Perpanjangan Buyback

Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Perpanjangan pertama dilakukan pada 24 Desember 2021 sampai dengan 23 Maret 2022. Kedua, perpanjangan dilakukan sejak 22 Maret 2022 hingga 21 Juni 2022. Perseroan kembali memperpanjang periode pembelian kembali saham hingga 19 September, sebelum akhirnya kini diperpanjang hingga 16 Desember 2022.

“Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan pembelian kembali saham perseroan pada periode perpanjangan kembali tidak akan memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja dan pendapatan perseroan. Itu karena saldo laba dan arus kas perseroan yang tersedia saat ini sangat mencukupi untuk kebutuhan dana pelaksanaan pembelian kembali saham perseroan pada periode perpanjangan kembali,” jelas Mahardika.

Pembelian kembali saham perseroan pada periode perpanjangan kembali akan dilakukan dengan harga yang dianggap baik dan wajar oleh perseroan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.

PT Adaro Energy Tbk berencana buyback saham dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp 4 triliun. Sesuai POJK Nomor 2/2013 dan SEOJK Nomor 3/2020, jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20 persen dari modal disetor dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5 persen dari modal disetor perseroan.


Serap Belanja Modal Rp 2,3 Triliun pada Semester I 2022

Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) telah merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD 157 juta atau sekitar Rp 2,33 triliun (kurs Rp 14.847,90 per USD) hingga semester I 2022.

Chief Financial Official Adaro Energy Indonesia (ADRO) Lie Lukman mengatakan, sebagian besar belanja modal dialokasikan untuk peremajaan alat produksi.

“Realisasi sampai semester I 2022 itu USD 157 juta. Di mana rinciannya kebanyakan digunakan untuk peremajaan alat produksi dan penambahan alat produksi yang baru,” kata dia dalam konferensi pers usai Public Expose Live 2022, Senin (12/9/2022).

Dalam perhitungannya, peremajaan dan pengadaan alat baru tidak bisa dilakukan serta merta. Sehingga tahun depan perseroan juga akan mengalokasikan sebagian besar belanja modal untuk kebutuhan tersebut. Sayangnya, Lukman tak menyebutkan berapa total belanja modal yang disiapkan untuk tahun depan.

Sementara untuk tahun ini, perseroan menyiapkan belanja modal sekitar USD 300 juta—450 juta. Angka itu naik sekitar dua kali lipat dibandingkan realisasi belanja modal pada 2021 sebesar USD 193 juta. Selain untuk peremajaan alat produksi, belanja modal juga dialokasikan untuk ekspansi ke bisnis energi terbarukan.

“Untuk bertransformasi ke energi terbarukan, di mana kita juga mau masuk ke mineral, tentu kita membutuhkan capex yang cukup besar. Namun kami masih menghitung berapa dana capex yang diperlukan,” ungkap Lukman.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya