Nasib Pengungsi Afghanistan di Batam, Hidup Penuh Ketidakpastian, Demo Diusir Terus

Pemerintah Indonesia seolah menutup mata dengan keberadaan para pengungsi Afghanistan di Batam.

oleh Ajang Nurdin diperbarui 20 Sep 2022, 16:00 WIB
Ratusan imigran Afghanistan kembali menggelar aksi unjuk rasa menuntut pemerintah Indonesia agar memfasilitasi mereka mendapatkan suaka ke negara ketiga, Selasa (20/9/2022). (Liputan6.com/ Ajang Nurdin)

Liputan6.com, Batam - Ratusan imigran Afghanistan kembali menggelar aksi unjuk rasa menuntut pemerintah Indonesia agar memfasilitasi mereka mendapatkan suaka ke negara ketiga, Selasa (20/9/2022). Namun belum sempat orasi, aparat gabungan Pemkot Batam langsung membubarkan para imigran tersebut.

"Saudara-sudara imigran agar segera bubar, kalau tidak bubar akan dilakukan tindakan," kata petugas kepolisian melaui pengeras suara.

Kepala Satpol PP Kota Batam Reza Khadapi mengatan, aksi unjuk rasa yang dilakukan imigran Afghanistan tersebut selama ini tidak memiliki izin.

"Secara undang-undang imigran tidak boleh demo, kami bubarkan secara persuasif," kata Reza.

Aparat Pemkot Batam jengah, lantaran selama ini imigran selalu menggelar demo tanpa izin tanpa ada tindakan apapun.

Sementara itu, Ali Akbar kordinator aksi unjuk rasa mewakili para pengungsi Afghanistan mengaku bingung, kepada siapa dia menyampaikan pendapat karena aksinya selalu ditolak, tidak ada lagi harapan kepada siapa untuk mengadu untuk menyuaran nasibnya agar bisa keluar dari Indonesia.

Ali juga mengungkapkan, para pengungsi berasal dari Afghanistan telah satu tahun aksi damai turun ke jalan agar didengar pemangku kebijakan. Tapi belum ada respons sama sekali dari pemerintah Indonesia, maupun Pemkot Batam.

"Masalahnya negara kami tidak siap, jadi kami menjadi penduduk yang tidak pasti, sebagai pengungsi juga tidak ada kepastian, sampai kapan ketidakpastian ini?" katanya.

 


Depresi

Ali menceritakan, tidak jarang para pengungsi Afghanistan di Batam didera depresi berat dalam ketidakpastian, bahkan ada yang memilih bunuh diri. 

"Kami benar-benar putus asa. Anak-anak kami tidak ada pendidikan. Kami semua para pengungsi minta tolong sama bapak wali kota, tolong buka mata, buka hati, kami para pengungsi minta tolong. Dengarkan kami bukan malah dipukul dan disudutkan," ungkap Ali.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya