CELIOS Luncurkan Studi Terkait Dampak Aplikasi Multi-Aset terhadap Pertumbuhan Investor Ritel

Studi ini secara keseluruhan juga menggambarkan bagaimana perilaku investor ritel yang ada di Indonesia terutama 2 hingga 3 tahun belakang.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 20 Sep 2022, 14:33 WIB
CELIOS luncurkan studi dampak aplikasi multi-aset terhadap pertumbuhan investor ritel, Selasa (20/9/2022). (Foto: Liputan6.com/Gagas Y.P)

Liputan6.com, Jakarta - Center of Economic and Law Studies (CELIOS) meluncurkan sebuah studi berjudul ‘Dampak Aplikasi Multi-Aset terhadap Pertumbuhan Investor Ritel’. Studi ini didukung oleh Pluang sebagai salah satu platform aplikasi investasi multi aset di Indonesia. 

Direktur CELIOS, Bhima Yudhistira mengungkapkan dalam studi ini menunjukkan pengaruh dari kemunculan aplikasi multi-aset turut membantu tingkatkan kualitas pertumbuhan investor ritel dengan perencanaan dan pengawasan investasi yang lebih baik. 

"Pertumbuhan investor ritel yang cukup signifikan terjadi karena perubahan perilaku masyarakat selama masa pandemi, peran media sosial, dan adaptasi teknologi. Aplikasi multi-aset turut membantu meningkatkan kualitas pertumbuhan investor ritel,” ujar Bhima dalam konferensi pers, Selasa (20/9/2022). 

Keberadaan aplikasi multi-aset juga berdampak terhadap percepatan laju inklusi keuangan terutama bagi kelompok masyarakat berusia muda karena kemudahan untuk mengakses aplikasi dapat meningkatkan edukasi terhadap aset yang beragam.

"Kehadiran aplikasi multi-aset yang memiliki legalitas yang jelas dapat meningkatkan kepercayaan investor ritel dalam melakukan aktivitas investasi,” tutur Bhima.

Studi ini secara keseluruhan juga menggambarkan bagaimana perilaku investor ritel yang ada di Indonesia terutama 2 hingga 3 tahun belakang, profil nya seperti apa, aset apa yang mereka coba untuk belajar invest pertama kali, berapa rata-rata uang yang mereka punya, dan berapa uang yang disisihkan untuk investasi.

"Kita tidak hanya melihat angka nominal investor retail yang meningkat tapi kualitas, bagaimana kualitas investor ritel bisa berkelanjutan, menyadari risiko ketika mereka membelikan pembelian, berapa waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan,” ujar Bhima. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Peningkatan Investor Ritel tak Hanya di Indonesia

Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bhima memaparkan meledaknya jumlah investor ritel tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara secara global. 

"Di India misalnya terjadi 45 persen kenaikan investor ritel, di AS 25 persen pertumbuhan. Jadi saat ini bisa disebut era booming retail investor,” tutur Bhima. 

Menurut studi, ada beberapa hal yang memicu peningkatan jumlah investor ritel di Indonesia.Pertama, masa pandemi membuat masyarakat memiliki lebih banyak waktu luang. 

Kedua, ada pengeluaran yang sebelumnya digunakan untuk rekreasi, mereka menyisihkan sebagian pengeluaran tadi karena ada pembatasan, mereka gunakan untuk investasi. 

Ketiga, ada kontribusi tingkat suku bunga, beberapa tahun terakhir relatif rendah dibandingkan menabung, suku bunga tabungan relatif kecil sekali saat ini, apalagi dipotong admin kurang menarik, ini mendorong investor ritel dari simpanan perbankan, dialihkan ke berbagai instrumen investasi. 

"Maka dari itu, saat ini ada aplikasi seperti supermarketnya investasi yang di dalamnya terdapat banyak pilihan aset. Pendorongnya, platform multi-aset ini, mereka terintegrasi dengan platform pembayaran, ada promosi kode referal, modal awal rendah, dan biaya transaksi murah,” pungkas Bhima. 


Politikus Kanada Dikecam Gara-Gara Sebut Investasi Kripto Bisa Terhindar dari Inflasi

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Sebelumnya, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengecam pemimpin baru Partai Konservatif Kanada, Pierre Poilievre, karena memberi tahu orang-orang mereka dapat menghindari inflasi dengan berinvestasi dalam cryptocurrency. 

Trudeau mengklaim saran kripto saingan Konservatifnya bukanlah cara kepemimpinan yang bertanggung jawab. Trudeau berbicara tentang cryptocurrency dalam pidatonya Senin, 12 September 2022 sebelum pertemuan kaukus penuh pertama dari retret Kabinet tiga hari di Vancouver untuk anggota parlemen Liberal Kanada.

Setelah memberi selamat kepada anggota parlemen Konservatif, Pierre Poilievre karena memenangkan kepemimpinan partainya pada Sabtu, Trudeau mengkritik politik saingan barunya, menyebutnya tidak bertanggung jawab. Perdana menteri Kanada juga menyerang saran Poilievre tentang cryptocurrency.

Mengacu pada saran Poilievre kepada orang Kanada berinvestasi dalam bitcoin dapat memungkinkan mereka untuk “memilih keluar” dari inflasi.

"Memberi tahu orang-orang bahwa mereka dapat memilih keluar dari inflasi dengan menginvestasikan tabungan mereka dalam cryptocurrency yang mudah berubah bukanlah kepemimpinan yang bertanggung jawab,” ujar Trudeau dikutip dari Bitcoin.com, Senin (19/9/2022). 

Perdana menteri Kanada itu juga mengklaim siapa pun yang mengikuti saran itu akan melihat tabungan hidup mereka hancur.

 


Komentar Bank Sentral Kanada

Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Mengikuti pernyataan Poilievre pada Maret tentang kripto dan inflasi, wakil gubernur senior Bank of Canada, Carolyn Rogers, mengatakan kepada komite keuangan Commons tidak melihat cryptocurrency sebagai cara bagi orang Kanada untuk memilih keluar dari inflasi atau sebagai sumber stabil nilai.

Pemimpin Konservatif itu telah menjadi pendukung bitcoin yang vokal. Dia sebelumnya mengkonfirmasi dia memiliki kepentingan keuangan pribadi dalam cryptocurrency. Politisi telah mempromosikan kripto sebagai lindung nilai terhadap inflasi selama kampanyenya.

Poilievre juga telah mengusulkan untuk melarang Bank of Canada mengembangkan mata uang digital bank sentralnya sendiri (CBDC), yang menyatakan orang Kanada harus bebas menggunakan mata uang alternatif untuk pembayaran. 

Dalam tweet yang berbeda pada April, ia mengkritik bank sentral Kanada karena memperingatkan tentang "deflasi" tetapi kemudian mencetak USD 400 miliar untuk dipinjam Trudeau, menyebabkan inflasi terburuk dalam 30 tahun.

Pada Maret, Poilievre berjanji untuk “melepaskan” potensi cryptocurrency dan menjadikan Kanada ibu kota blockchain dunia. 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya