Liputan6.com, Jakarta Perkembangan situasi COVID-19 di Indonesia semakin membaik. Kasus terkonfirmasi positif dan kasus aktif nasional juga menurun, yang terlihat jelas dalam tiga bulan ini terutama sejak Agustus 2022.
Menilik kondisi baik tersebut, apakah Indonesia sudah sepenuhnya aman dari 'cengkeraman' virus Corona? Epidemiolog Dicky Budiman dari Griffrith University, Australia menegaskan, persoalan aman atau tidak itu masih belum ada 'hilal' yang pasti.
Advertisement
Sebab, dalam pengendalian COVID-19 saat ini banyak aspek yang membutuhkan kajian dan jawaban kepada publik. Contohnya, seputar seberapa besar imunitas terhadap COVID-19 bertahan atau bagaimana imunitas mampu menghadapi varian virus Corona baru yang sewaktu-waktu bisa muncul.
"Situasi Indonesia semakin membaik dalam kaitan mengendalikan COVID-19, iya itu betul, Tapi apakah kita sudah masuk dalam situasi atau kondisi yang aman, nah ini masih banyak indikator ataupun pertanyaan yang belum kita jawab secara confidence ya atau cukup percaya diri," jelas Dicky dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 20 September 2022.
"Di antaranya begini, pertama, apakah modal imunitas yang kita miliki saat ini akan mampu atau sudah mampu memberikan proteksi yang cukup berdaya atau berdurasi panjang. Maksudnya berdurasi panjang itu ya setahun lebih dan juga apakah mampu menghadapi potensi adanya atau ancaman subvarian atau varian baru."
Sejumlah pertanyaan 'menggelitik' di atas, menurut Dicky harus dijawab dengan data-data yang mumpuni. Tujuannya, agar masyarakat paham dan penting bahwa vaksinasi COVID-19 dapat memberikan perlindungan terhadap COVID-19 walau tidak 100 persen.
"Itu (pertanyaan) yang masih harus dijawab dengan data tentunya ya," lanjutnya.
Kasus Aktif Indonesia di Bawah Dunia
Berdasarkan 'Analisis Data COVID-19 Indonesia' yang diterbitkan Satgas Penanganan COVID-19, perkembangan persentase kasus aktif COVID-19 dan kesembuhan Indonesia per 11 September 2022 menunjukkan, data yang positif.
Bahwa persentase kasus aktif nasional di bawah dunia (selisih 1,89 persen). Kemudian persentase angka kesembuhan nasional di atas dunia (selisih 0,49 persen).
Lain halnya dengan persentase kasus kematian Indonesia yang masih berada di atas rata-rata angka kematian dunia (selisih 1,41 persen).
Secara rinci, jumlah kumulatif kematian akibat COVID-19 per 11 September 2022 sebanyak 157.770 (2,47 persen), masih di atas rata-rata dunia (1,06 persen), angka kesembuhan mencapai 6.200.776 (97,00 persen) berada di atas rata-rata kesembuhan dunia (96,51 persen), dan jumlah kasus aktif 33.946 (0,53 persen) berada di bawah rata-rata dunia (2,42 persen).
Perkembangan indikator pandemi, yakni kasus positif dan kasus aktif ini mengalami penurunan sebulan terakhir. Kasus positif turun 64,95 persen menjadi 1.939 kasus, dari 5.532 kasus pada 11 Agustus 2022. Sementara itu, kasus aktif turun 35,62 persen menjadi 33.946 kasus, dari 52.729 kasus pada 11 Agustus 2022.
Advertisement
Jumlah Orang yang Diperiksa Turun
'Analisis Data COVID-19 Indonesia' per 11 September 2022 juga menunjukkan, Indonesia telah mencapai standar jumlah pemeriksaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 1 orang diperiksa per 1.000 penduduk per minggu, sejak pekan kedua Januari 2021.
Seiring waktu, pada pekan kedua bulan September 2022 mengalami penurunan orang diperiksa yang kini menjadi 78,55 persen. Jumlah dan persentase orang yang diperiksa dengan PCR sebanyak 87.223 (41,12 persen) dan Antigen 124.873 (58,88 persen).
Rasio pemeriksaan di Indonesia mencapai 1 banding 1000 selama sepekan terakhir (4 - 11 September 2022). Lalu, angka positivity rate mingguan mengalami penurunan 0,95 persen dibandingkan pekan sebelumnya.
Satgas Penanganan COVID-19 memberikan catatan, testing perlu terus ditingkatkan sebagai standar utama pemeriksaan COVID-19. Pada keadaan kasus rendah seperti sekarang, penting menjaga jumlah pemeriksaan tetap tinggi.
Hal ini agar jika penularan virus Corona kembali meningkat, dapat segera terdeteksi dan cepat ditangani sebelum lonjakan kasus signifikan terjadi. Situasi COVID-19 ini juga perlu menjadi perhatian untuk menghindari lonjakan kasus yang lebih parah di masa depan dengan melaksanakan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak).
Vaksinasi Turunkan Tingkat Kematian
Cakupan vaksinasi tertinggi terdapat pada provinsi DKI Jakarta (134,73 persen), Bali (105,71 persen), dan Yogyakarta (102,02 persen), sebagaimana 'Analisis Data COVID-19 Indonesia' per 11 September 2022.
Walau begitu, masih terdapat provinsi dengan cakupan vaksinasi di bawah 50 persen, yaitu 1 provinsi pada dosis 1 dan 4 provinsi pada dosis 2. Sementara pada dosis 3, ada 28 provinsi dengan cakupan di bawah 30 persen.
Terkait vaksinasi COVID-19, Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan, modal imunitas yang diperoleh dari vaksin terbukti bermanfaat, yakni semakin menurunkan apapun penularan varian Corona. Penurunan juga terjadi di tingkat keparahan maupun kematian.
"Namun, menurun ini artinya masih ada sebagian dari masyarakat kita yang menjadi korban, walaupun semakin sedikit gitu. Ini yang harus kita jawab dengan pasti soal modal imunitas," terangnya.
"Karena ternyata yang sakit atau menderita infeksi COVID-19, tidak hanya sekadar atau berhenti ketika COVID-19-nya pulih. Tapi ada potensi long COVID serius. Bahkan cukup satu sangat serius, utamanya pada kelompok seperti lansia yang dampaknya bisa cukup fatal."
Menurut Dicky, Indonesia masih harus berupaya membangun modal imunitas dengan potensi-potensi proteksi yang memadai, bukan hanya bisa terlindung dari infeksinya, melainkan terlindung juga dari long COVID.
Advertisement