BSI Incar Dana Rp 5 Triliun dari Rights Issue, Buat Apa Saja?

Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi menuturkan, pihaknya berencana menggunakan dana sekitar Rp 5 triliun dari rights issue untuk ekspansi bisnis.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 21 Sep 2022, 12:18 WIB
Pekerja beraktivitas di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau disebut BSI akan melakukan penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue

Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi menuturkan, pihaknya berencana menggunakan dana sekitar Rp 5 triliun dari aksi korporasi tersebut untuk ekspansi bisnis.

"Terkait penggunaan dana rights issue itu rencananya mungkin sekitar Rp 5 triliun, dana itu akan kami gunakan HMETD. Jadi bagi pemegang saham seperti Mandiri, BNI, BRI  punya hak untuk membeli dahulu, misal tidak membeli bisa ditawarkan ke publik,” kata Hery dalam  Komisi VI DPR RI RDP dengan Kementerian BUMN RI, ditulis Rabu (21/9/2022).

Hery mengatakan, penggunaan dana rights issue ini akan digunakan untuk melakukan ekspansi bisnis Perseroan. 

“Nantinya, Rp 5 triliun ini akan digunakan untuk ekspansi bisnis, karena pertumbuhan pembiayaan kita cukup tinggi targetnya. Kemudian, untuk naikin CAR kita 17 sekian, CAR ke 22  persen, belum mampu ke 25 persen. Tapi, nanti next aksi korporasi akan kejar ke situ,” ujar dia. 

Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) akan menambah modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 16 Agustus 2022 PT Bank Syariah Indonesia Tbk menerbitkan maksimal 6 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 500 per saham.

Perseroan akan memakai dana hasil rights issue untuk penyaluran pembiayaan dalam mendukung pertumbuhan bisnis perseroan. PT Bank Syariah Indonesia Tbk mengharapkan proses rights issue selesai pada kuartal IV 2022.

 


Minta Persetujuan Pemegang Saham pada 23 September 2022

Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Adapun bagi pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD-nya, persentase kepemilikannya atas perseroan akan terdilusi hingga sebanyak-banyaknya 12,73 persen.

Untuk melaksanakan aksi korporasi ini, Bank Syariah Indonesia akan meminta persetujuan pemegang saham pada 23 September 2022.

Dengan pelaksanaan rights issue tersebut, perseroan akan memiliki kecukupan modal yang baik dengan CAR lebih dari 20 persen dan penambahan profitability yang optimal bagi pemegang saham dengan proyeksi dan return on equity (ROE) lebih dari 20 persen.

Aset Perseroan saat ini berada di peringkat tujuh secara nasional sekaligus menjadi bank syariah terbesar di Indonesia.

Seluruh indikator keuangan Perseroan memiliki kinerja yang cukup optimal. Perseroan memiliki visi untuk menjadi top 10 Global Sharia Bank dengan aspirasi aset Rp500 triliun pada 2025 dengan Return On Equity (ROE)  lebih dari 18 persen.

Untuk mencapai aspirasi visi tersebut, Perseroan melakukan ekspansi pertumbuhan baik secara organik maupun anorganik. Perseroan memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR)  lebih dari 15 persen hingga 2025.


Bank Syariah Indonesia Siap Jadi Energi Baru untuk Indonesia

Pekerja menghitung uang di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) memperingati ulang tahun pertama dalam rangka hasil merger tiga bank syariah milik himbara pada 1 Februari 2022. Untuk peringatan hari jadi tersebut, BSI pun menggelar sejumlah rangkaian acara.

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) Hery Gunardi menuturkan, sebagai bank syariah terbesar di Tanah Air hasil merger tiga bank syariah milik Himbara, BSI siap menjadi “Energi Baru untuk Indonesia”.

Hal ini dibuktikan dengan upaya memberikan kinerja positif untuk seluruh pemangku kepentingan serta menjadi mitra perbankan syariah yang handal, tangguh dan unik sehingga mampu bersaing di dalam negeri dan kancah global.

"Pada 1 Februari ini, BSI memperingati milad pertama. Menjadi “Energi Baru untuk Indonesia” BSI optimis dapat memberikan warna baru untuk kemajuan perekonomian syariah dan kemajuan ekosistem halal di Indonesia,” ujar dia dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (2/2/2022).


Harapan

Aktivitas pekerja di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Ia menambahkan,  sesuai dengan harapan pemerintah yang telah disampaikan Presiden Joko Widodo dalam salah satu pidatonya mengenai ekonomi syariah, menyampaikan harapan besar yakni menjadikan BSI sebagai raksasa besar kebangkitan ekonomi syariah dan Indonesia sebagai pusat dan gravitasi ekonomi syariah dunia pada 2024.

Sebagai gambaran, rangkaian milad BSI dimulai sejak 2 Februari 2022 yang diawali dengan Tasyakuran Milad dan pemberian santunan bagi 1.111 anak yatim di seluruh Indonesia dan Wakaf Serentak untuk pembangunan Masjid BSI di Bakauheni Lampung. BSI juga akan meresmikan Masjid BSI di Kawasan Wisata Gunung Bromo.

Pada puncak acara, emiten berkode BRIS ini akan menggelar BSI Nation Fundraising Concert. Nantinya dana donasi yang terkumpul dari konser ini akan disalurkan Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat untuk bantuan sosial dan kemanusiaan, pendidikan dan program lain.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya