Industri Lokal Satukan Kekuatan Produksi Kompor Listrik

Pemerintah berencana melakukan konversi kompor gas ke kompor listrik atau induksi dalam waktu dekat.

oleh Arief Rahman H diperbarui 21 Sep 2022, 15:20 WIB
Pekerja melakukan bongkar muat tabung elpiji atau LPG 3 kilogram di agen gas kawasan Rawasari, Jakarta, Senin (19/9/2022). Menteri ESDM juga menyebut pemerintah akan mengurangi peredaran LPG 3 kilogram yang selama ini masuk dalam barang subsidi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah berencana melakukan konversi kompor gas ke kompor listrik atau induksi dalam waktu dekat. Ini dimulai dengan uji coba di beberapa daerah di Indonesia.

Upaya ini disebut sebagai respons terhadap tingginya subsidi pemerintah ke sektor energi khususnya LPG. Maka, migrasi diharapkan mampu meringankan beban tersebut secara bertahap.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian Taufik Bawazier menyadari beban subsidi tersebut. Dengan begitu, industri lokal dikatakan ikut terlibat dalam mendorong rencana tersebut dari sisi suplai.

Menurut data pemerintah, 80,4 juta masyarakat yang menggunakan daya 450 VA juga sebagai konsumen gas LPG 3 kilogram. Sementara, 8,4 juta pelanggan 900 VA juga menggunakan gas LPG 3 kilogram.

"Jadi kalau lihat dari harga keekonomian, 3 kg ini, mungkin Rp 20.000. Ini subsidi yang mungkin sekitar Rp 43.500-an subsidi untuk tabung 3 kg. Jadi disini tentunya kami secara industri mendukung program pemerintah ini," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Dirjen Ilmate Kemenperin, Rabu (21/9/2022).

"Dan ini juga sudah di follow up di sidang kabinet dan rapat menteri perekonomian, dan kami secara industri akan kumpulkan kekuatan nasionalnya sampai seberapa besar kekuatan itu bisa mensuplai dari kebutuhan ini," tambah dia.

Dia mengamini kalau program ini bisa membawa dampak baik kepada masyarakat. Meski ada hal yang perlu diperhatikan, seperti kekhawatiran adanya penggunaan kompor secara ganda.

Artinya, pemahaman masyarakat terkait migrasi kompor ini perlu diperkuat melalui sosialisasi yang masif oleh pemerintah. Sehingga, tidak menimbulkan masalah baru di lapangan.

"Di dalam proses pelaksanaan implementasinya ini tentunya karena tujuannya mengganti, jadi artinya tidak sampai double, jangan sampai orang menggunakan kompor induksi tapi juga menggunakan kompor LPG. Paling tidak namanya konversi, begitu dipasang oleh PLN, kemudian gas LPG-nya irit. Jadi ini juga behavioer masyarakat juga harus kita edukasi. Apa edukasi untuk sosialisasinya, karena merubah kebiasaan," bebernya.

 


Tekan Emisi Karbon

Kompor Listrik dan Kompor Induksi.

Lebih jauh, Taufik memandang kalau upaya migrasi kompor gas ke kompor listrik ini jadi salah satu bagian menenkan emisi karbon. Utamanya karena dinilai lebih ramah lingkungan ketimbang gas LPG.

Ditambah lagi, jika kedepannya pembangkit-pembangkit listrik di Indonesia sudah lebih banyak menggunakan energi baru terbarukan (EBT). Artinya, ada penekanan emisi karbon yang lebih besar lagi.

"Misalnya ornag menggunakan mobil listrik, ini juga behavior karen tujuan besarnya disampaikan untuk mengurangi beban subsidi juga kearah mungin nantinya carbon emission. jadi kalau renewable energy-nya sudah bisa masuk tentunya kompor induksi ini akna menjadi bagian daripada program pengurangan emisi," pungkasnya.

 

 


15,3 Juta Kompor Listrik Bakal Disuplai Industri Dalam Negeri

Kompor listrik induksi - Image by alondav from Pixabay

Sebanyak 15,3 juta kompor induksi atau kompor listrik rencananya akan disuplai oleh industri dalam negeri hingga 2025 mendatang. Produksi akan dikebut mulai 2023, tahun depan.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian Taufik Bawazier menyampaikan rincian kapasitas produksinya. Rata-rata produksinya sebesar 5 juta kompor listrik per tahun mulai 2023 mendatang.

Secara singkat, jumlah ini termasuk produksi awal, untuk uji coba di 2022 sebanyak 300 ribu kompor listrik. Kemudian meningkat ke 5 juta di 2023, 2024, dan 2025.

"Itu tahun 2022, kemampuan nasional kita bisa 300 ribu pcs, dan nanti ketika ada kepastian spek dan jenis daripada kompor induksinya itu berapa perusahaan aygn eksisting, yang ada memproduksi kompor listrik itu akan menambah line investasinya untuk khusus di kompor induksi, itu di 2023 5 juta, 2024 5 juta, 2025 5 juta," terang Taufik dalam Rapat Dengan Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Dirjen Ilmate Kemenperin, Rabu (21/9/2022).

Mengutip bahan paparannya, PT Adyawinsa Electrical and Power akan memproduksi sebanyak 300.000 kompor listrik di 2022. Dengan kapasitas produksi saat ini 10.000 kompor listrik perbulan yang bisa ditingkatkan menjadi 100.000 perbulan.

 


Produksi 2023

Kompor listrik induksi - Image by StockSnap from Pixabay

Kemudian, pada 2023, PT Adyawnsa Electrical and power akan memproduksi sebanyak 1,2 juta kompor listrik selama satu tahun. PT Hartono Istana Teknologi dan Sutrado masing-masing memproduksi sebanyak 1 juta kompor listrik per tahun.

Selanjutnya, PT Maspion Elektronik dan PT Selaras Citra Nusantara masingn-masing akan memproduksi 300 ribu kompor listrik per tahun. Diikuti dengan industri lainnya dengan perkiraan 1,2 juta kompor listrik per tahun.

Taufik menerangkan, secara teknis, dari sisi industri sudah siap memenuhi rencana tersebut. Kendati masih menunggu kepastian spesifikasi dan rincian yang nantinya ditetapkan oleh pemerintah.

"Kalau sisi daya ini ada 2 tungku, apakah 2 kali 1.200, atau 1.000- 1.200. kalau dari posturdari sisi pengguna tadi dismpaikan pak ketua, ini masih ada yang 450 VA, ada 900 VA itu tentunya juga harus di sesuaikan. dan tentunya kami juga sepihak bahwa jangans ampai konversi kompor induksi ini membebani masyarakat," terangnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya