Mbah Moen Mengungkap Sejarah Rebo Wekasan dan Amalan untuk Menangkal Bala

Ulama kharismatik asal Rembang KH Maemoen Zubair atau akrab disapa Mbah Moen mengatakan perihal rebo wekasan yang identik dengan bala dan bencana ini erat kaitannya dengan penciptaan bumi dan kekuatannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Sep 2022, 09:07 WIB
KH Maimun Zubair atau Mbah Moen. (Istimewa)

Liputan6.com, Cilacap - Rebo wekasan ialah hari Rabu terakhir pada bulan safar atau shafar. Oleh sebab itu pula ‘rebo wekasan’ juga disebut rebo pungkasan’. Pada tahun ini rebo wekasan jatuh pada tanggal 21 September 2022.

Ulama kharismatik asal Rembang KH Maemoen Zubair atau akrab disapa Mbah Moen mengatakan perihal rebo wekasan yang identic dengan bala dan bencana ini erat kaitannya dengan penciptaan bumi dan kekuatannya.

“Allah menciptakan bumi selama 2 hari, yaitu Ahad dan Senin. Menciptakan langit selama 2 hari, yaitu hari Kamis dan Jum’at,” terang Mbah Moen sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Jagad Nusantara, Rabu (21/09/22).

Sedangkan perihal penciptaan kekuatan bumi itu terjadi pada hari Selasa dan Rabu.

“Kemudian Allah (menciptakan) kekuatan bumi dalam 2 hari, yaitu hari Selasa dan Rabu,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, makanya lahir istilah ‘Rebo wekasan’ yang merupakan salah satu hari di mana bumi diberikan kekuatan oleh Allah SWT.

“Makanya  hari Rabu ada yang diberi nama Rebo wekasan,” ungkapnya

Kemudian Mbah Moen juga menerangkan jika Rebo wekasan itu tiba, maka dianjurkan berdoa.

Selain itu juga agar melaksanakan salat 4 rakaat. Hal ini menurutnya berdasarkan penuturan sebagian ulama ahli kasyaf menerangkan perihal datangnya bala, bencana dan cobaan pada hari itu.

“Sebagian ulama ahli kasyaf mengatakan bahwa pada hari Rebo wekasan itu tempat tumpuan bala dan cobaan. Makanya kalau rebo wekasan disuruh salat 4 rakaat. Membaca surat Al Kautsar 17 kali. Kemudian membaca surah Al Ikhlas 5 kali. Kemudian surah Al Falaq dan An Nas,” jelasnya

Tentunnya tujuan berdoa dan salat pada hari rebo wekasan itu dimaksudkan agar terhindar dari bala dan bencana yang datang pada hari itu.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Tata Cara Salat Lidaf’il Balaa

Melansir berbagai sumber berikut ini tata cara salat lidaf'il balaa. Akan tetapi, sebelum melaksanakan salat ini dianjurkan membaca lafal berikut ini:

اَسْتَغْفِرُالله الْعَظِيمْ اَلّذِيْ لَاإِلَهَ إلاَّ هُوَالْحَىُّ الْقَيُّومُ وَاَتُوبُ إِلَيْهِ تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِمٍ لآيَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا ولآنَفْعًاوَلآمَوْتًا ولآحَيَاتًا وَلآنُشُورًا 

“Saya memohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung yang tidak ada Tuhan selain Dia yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Saya mohon taubat selaku seorang hamba yang penuh kedzaliman, yang tidak memiliki terhadap dirinya sendiri baik madarat dan manfaatnya, mati dan hidupnya maupun bangkitnya nanti.”  

Adapun tata caranya adalah sebagai berikut

1. Niat sholat lidaf’il balaa

Adapun lafal niatnya adalah sebagai berikut:

اُصَلِّي سُنَّةً لِدَفْعِ الْبَلاَءِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

"Usholli sunnatal lidaf'il balaa rokatainii lillaahi ta'ala."

Artinya: "Saya salat sunnah untuk tolak bala dua rakaat karena Allah Ta'ala."

2. Pada rakaat pertama membaca Al Fatihah, kemudian membaca surat Al-Kautsar 17 kali

3. Pada rakaat kedua, setelah Al Fatihah dilanjutkan surat Al-Ikhlas 5 kali

4. Pada rakaat ketiga, setelah Al Fatihah kemudian surat Al-Falaq 1 kali

5. Pada rakaat keempat membaca Al Fatihah yang dilanjutkan surat An-Nas 1 kali


Doa Setelah Salat

Adapun do’a setelah salat lidaf’il balaa adalah sebagai berikut: 

 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمْ يَاشَدِيْدُالْقُوَّى وَيَاشَدِيْدَالْمِحَالِ اّللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُبِكَ بِكَلِمَتِكَ التَّّآمَّاتِ كُلِّهَا مِنَ الرِّيحِ الْاَحْمَرِ وَمِنَ الدَّاءِ الْاَكْبَرِ فِي النَّفْسِ وَالدَّمِّ وَاللَّحْمِ وَالْعُظْمِ وَالْْجُلُوْدِ وَالْعُرُوقِ سُبْحَانَكَ إِذَاقَضَيْتَ اَمْرًا أَنْ يقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونَ, اَللهُ اَكْبَرْاَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ برحمتك يآارحم الرّا حمين 

 “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan kalimat-Mu yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang dan urat. Maha Suci Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah” maka “jadilah ia”.

 

Penulis: Khazim Mahrur

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya