Kasus Kekerasan terhadap Pramugari, Penumpang Pesawat Dipenjara dan Bayar Denda Rp135 Juta

Kasus kekerasan itu berawal dari seorang penumpang pesawat menolak permintaan pramugari untuk memakai masker.

oleh Henry diperbarui 23 Sep 2022, 09:01 WIB
Ilustrasi pramugari (dok. Pixabay.com/Dadan Eka Permana)

Liputan6.com, Jakarta - Kekerasan terhadap pramugari kembali terjadi di Amerika Serikat (AS). Pelakunya adalah seorang wanita bernama Kelly Pichardo. Tak hanya melakukan tindak kekerasan pada seorang pramugari, ia juga bertengkar dengan penumpamg lain.

Akibat perbuatannya, Pichardo harus membayar sejumlah denda pada maskapai American Airlines.  Mengutip New York Times, Rabu, 21 September 2022, Pichardo, yang berasal dari Bronx, New York, AS, dijatuhi hukuman empat bulan penjara federal.

Ia terbukti meludahi seorang penumpang, kemudian mendorong seorang pramugari pada penerbangan American Airlines, Februari 2021, yang mencatat rekor jumlah insiden perilaku nakal dan kekerasan di pesawat. Pichardo dijatuhi hukuman pada 29 Agustus 2022 di Pengadilan Distrik AS di Arizona.

Hakim Dominic W. Lanza juga memerintahkannya untuk membayar denda senilai 9.123 dolar AS atau sekitar Rp135 juta. Setelah dibebaskan dari penjara, wanita berusia 32 tahun ini akan ditempatkan pada pembebasan yang diawasi selama 36 bulan, menurut dokumen pengadilan.

"Ada garis batas antara perilaku tidak sopan di pesawat dan aktivitas kriminal. Terdakwa jelas melewatinya," ujar Gary Restaino, pengacara AS untuk distrik Arizona, dalam sebuah pernyatan.  Pichardo, yang memiliki seorang putri berusia 12 tahun dan tinggal bersama ibunya telah mengaku bersalah pada Mei lalu atas satu tuduhan "campur tangan" dengan awak pesawat.

"Pichardo sangat malu dengan tindakannya di pesawat hari itu," kata pengacaranya, Ana Botello. Peristiwa itu berawal dari kewajiban memakai masker sebagai bentuk pencegahan penyebaran Covid-19.

Ia menolak memakai masker dengan berbagai alasan dan berbicara dengan nada tinggi. Sikapnya itu menyebabkan ketegangan di dalam pesawat. Tak hanya menolak, ia bahkan dengan kasar mendorong, memukul, dan meneriaki pramugari, serta penumpang pesawat lain.

Pichardo terbang di kelas satu dari Dallas ke Los Angeles bersama seorang temannya, menurut jaksa dan dokumen pengadilan yang menjelaskan kasus tersebut.


Memberi Efek Jera

Foto American Airlines diambil pada 28 Januari 2013 di O'Hare Airport in Chicago, Illinois (SCOTT OLSON / AFP)

Pichardo semakin geram kala penumpang lain mencoba merekam kejadian tersebut dengan kamera ponsel mereka. Seorang awak kabin datang meredakan situasi, dan Pichardo justru menerjangnya, mendorong dadanya dengan keras.

Penerbangan pun akhirnya dialihkan ke Phoenix, di mana Pichardo dan temannya langsung diamankan polisi. Temannya diidentifikasi bernama Leeza Rodriguez, yang mengaku bersalah bulan lalu karena mengganggu pramugari. Ia baru akan menjalani hukumannya pada November mendatang.

Sementara, Presiden Asosiasi Pramugari-CWA, Sara Nelson, mengungkap bahwa hukuman yang dijatuhkan pada terdakwa atas insiden penyerangan bertujuan memberi efek jera. "Pramugari adalah responden pertama penerbangan, bukan target penumpang yang mengamuk. Serangan adalah kejahatan federal dalam perjalanan udara," terang Nelson.

Pada Januari tahun lalu, insiden tidak mengenakkan juga dialami seorang pramugari di AS. Seorang pria dijatuhi hukuman penjara selama enam bulan karena melakukan pelecehan seksual terhadap pramugari. Insiden itu terjadi dalam perjalanan dari Cancun ke Bandara Internasional Miami dengan penerbangan American Airlines 1723 pada Januari 2021.

Dikutip dari CNN, dokumen pengadilan mencatat pelaku bernama Enio Socorro Zayar diajukan ke Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Selatan Florida. Zayas didakwa pada Jumat, 6 Agustus 2021.


Pelecehan Seksual

Ilustrasi meminta bantuan pramugari. (dok. lukasbieri/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Dalam surat pernyataan untuk mendukung pengaduan pidana tersebut dijelaskan bahwa pramugari meyakini Zayar sedang tertidur saat ia meletakkan kudapan di pangkuan pria itu. Namun ketika ia berbalik, pramugari itu merasakan ada tangan yang mencengkram pahanya, lalu meraba bokongnya, sebelum menggosokkannya ke kanan dan kiri dengan kuat.

Seorang penumpang pesawat menguatkan kesaksian itu, berdasarkan surat pernyataan tersebut. Zayas kemudian dinyatakan bersalah pada Oktober 2021 atas aksi pelecehan seksual yang dilakukannya. Kasus ini menambah daftar panjang para penumpang bermasalah selama penerbangan di masa pandemi.

Tahun lalu merupakan yang terburuk dalam hal catatan penumpang pesawat berperilaku buruk di dalam penerbangan. Hampir 6.000 kasus tentang penumpang yang tak bisa diatur dilaporkan pada 2021, berdasarkan data Administrasi Penerbangan Federal (FAA).

Asosiasi Pramugari-CWA, yang mewakili sekitar 50 ribu awak kabin dari selusin maskapai penerbangan, sebelumnya telah meminta database terpusat dari penumpang maskapai yang dilarang terbang. Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) telah menerima sekitar 4.385 laporan penumpang nakal tahun 2021.

Hampir tiga perempat kasus terkait dengan penumpang yang menolak mematuhi mandat memakai masker di atas pesawat. Awal 2021, FAA mengeluarkan kebijakan nol toleransi untuk insiden ini.


Daftar Penumpang Dilarang Terbang

Pasangan suami istri dipaksa turun oleh petugas maskapai Delta Airlines (AFP)

Pada akhir 2021, seorang pramugrai Delta juga diserang sehingga penerbangan sengaja dialihkan.  Melansir Fox News, pada Kamis malam, 9 Desember 2021 seorang marshal udara memaksa penerbangan Delta menuju Los Angeles dialihkan ke Oklahoma City untuk sementara.

Hal itu dilakukan karena penumpang itu menjadi agresif dan menyerang seorang pramugari setelah pesawat meninggalkan Washington, D.C. Pesawat berangkat ke Los Angeles setelah satu jam di darat.

Tidak jelas apa yang mendorong penumpang menyerang pramugari. Cedera pramugari dan marshal udara tidak serius, KCAL-TV di Los Angeles melaporkan.

Sebelumnya, maskapai Delta Air memasukkan 1.600 penumpang dalam daftar orang yang dilarang terbang bersama maskapai itu. Sebagian besar dipicu perilaku buruk mereka saat terbang di masa pandemi.

Namun, hal itu dianggap kurang efektif karena penumpang tersebut bisa saja naik maskapai lain yang tidak mengetahui pelanggaran yang dilakukannya. Oleh karena itu, maskapai yang berbasis di Atlanta, Amerika Serikat (AS) telah meminta maskapai penerbangan lain untuk membagikan daftar penumpang dilarang terbang, seperti dilansir dari laman Traveller.com.

"Daftar penumpang yang dilarang tidak berfungsi dengan baik jika mereka dapat terbang dengan maskapai lain," ucap Kristen Manion Taylor, Wakil Presiden Senior Delta.

Infografis Pemicu Tiket Pesawat Mahal & Taktik Turunkan Harga (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya