Liputan6.com, Jakarta Pasar perangkat sandang (wearable device) menghadapi periode menantang pada kuartal kedua tahun 2022 (Q2 2022). Di periode itu, menurut laporan terkini Worldwide Quarterly Wearable Device, pengapalan global perangkat sandang mencapai 107,4 juta unit, turun 6,9% secara tahunan dibandingkan dengan kuartal kedua tahun 2021 (Q2 2021)
IDC menilai permintaan atas perangkat sandang telah melambat karena kenaikan inflasi, kekhawatiran seputar resesi, peningkatan pengeluaran untuk kategori nonteknologi lainnya, serta pertumbuhan hiper pasar perangkat ini dalam dua tahun terakhir.
Advertisement
Meskipun daftar lima perusahaan teratas tidak berubah (Apple, Samsung, Xiaomi, Huawei, dan Imagine Marketing), empat dari lima teratas itu mengalami penurunan dari tahun ke tahun selama Q2 2022.
Merek-merek perangkat yang lebih kecil, sementara itu, terus menargetkan harga pasar yang lebih rendah. Dampaknya, para petahana di dalam daftar lima besar pun mengalami tekanan ke bawah pada harga jual rata-rata perangkat mereka.
"Sangat disayangkan bahwa perusahaan-perusahaan seperti Apple, Samsung, dan Google berada di tengah-tengah peluncuran jam tangan pintar yang lebih premium pada saat selera untuk produk dengan harga tinggi tetap dipertanyakan," kata Jitesh Ubrani, Manajer Penelitian untuk IDC Mobility and Consumer Device Trackers.
Meskipun harga pada beberapa produk wearable device baru tetap sama dengan generasi sebelumnya, menurut Mitesh, kekuatan mata uang dolar Amerika Serikat masih membuat pembelian dalam mata uang lokal di seluruh dunia lebih tertantang.
Proyeksi 2022
Kenaikan harga dan permintaan yang melandai juga telah menyebabkan penurunan prospek untuk perangkat sandang secara keseluruhan. IDC kini memperkirakan pengapalan perangkat sandang untuk setahun penuh tahun 2022 akan tetap datar di angka 535,5 juta unit.
Namun, menurut IDC, pertumbuhan akan lebih baik pada tahun 2023 ketika permintaan untuk jam tangan dan hearable devices diperkirakan akan membaik karena pembeli baru di pasar negara berkembang dan pergantian di pasar yang lebih matang.
"Meskipun pasar perangkat sandang turun pada Q2 2022 dan kemungkinan besar akan mendatar selama tahun ini, pasar ini tentu saja masih diperhitungkan," tutur Ramon T. Llamas, Direktur Riset untuk Perangkat Seluler dan AR / VR di IDC.
"Pada akhirnya pasar perangkat sandang akan memperhitungkan pasang surut antara volume pemecah rekor yang kita lihat selama pandemi dan apa yang kita lihat hari ini. Namun secara keseluruhan, tren akan terus naik, tetapi dengan kecepatan lebih lambat karena konsumen mencari pengganti dan jumlah pengguna baru mulai menurun," kata Ramon.
Advertisement
Pasar Smartphone Indonesia Q2 2022 Turun 10 Persen
Perusahaan riset pasar IDC merilis laporan Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker terbarunya untuk periode Indonesia.
Menurut laporan itu, pasar smartphone Indonesia pada kuartal kedua 2022 (Q2 2022) turun 10 persen secara tahunan, jika dibandingkan dengan kuartal kedua 2021 (Q2 2021). Namun, pasar juga mengalami pertumbuhan kuartalan sebesar 6,9 persen, apabila dibandingkan dengan kuartal pertama 2022 (Q1 2022).
Secara keseluruhan, paruh pertama tahun 2022 ditutup 13,7 persen lebih rendah, apabila dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2021, tetapi masih 3,7 persen lebih tinggi daripada paruh pertama tahun 2019.
Company |
2Q22 Shipments |
2Q22 Market Share (%) |
2Q21 Shipments |
2Q21 Market Share (%) |
YoY Growth (%) |
1. OPPO |
2.0 |
20.6 |
2.0 |
19.1 |
-3.0 |
2. Samsung |
1.9 |
20.2 |
1.7 |
16.2 |
11.8 |
3. vivo |
1.7 |
17.8 |
1.8 |
16.6 |
-3.4 |
4. Xiaomi |
1.5 |
15.6 |
2.8 |
26.5 |
-47.1 |
5. realme |
1.2 |
12.1 |
1.2 |
11.1 |
-1.7 |
Others |
1.3 |
13.7 |
1.1 |
10.4 |
17.9 |
Total |
9.5 |
100.0 |
10.6 |
100.0 |
-10.0 |
Source: IDC Quarterly Mobile Phone Tracker, 2Q22 |
|||||
Note: All figures were rounded off. |
"Pada kuartal kedua 2022, pemerintah mencabut pembatasan COVID-19 yang memungkinkan orang untuk kembali ke kampung halaman mereka untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Karena biaya perjalanan meningkat, masyarakat menghabiskan lebih sedikit untuk elektronik/gadget dibandingkan tahun lalu," ujar Vanessa Aurelia, Associate Market Analyst di IDC Indonesia dikutip dari keterangan perusahaan.
Pergeseran pengeluaran konsumen
Pengeluaran konsumen, kata Vanessa, juga mengalami pergeseran ke area lain seperti makanan dan transportasi karena masyarakat kembali beraktivitas normal.
"Meningkatnya harga barang juga menambah tekanan pada pendapatan yang dapat dibelanjakan, memaksa orang untuk memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan primer," tutur Vanessa lebih lanjut.
Pasar diperkirakan akan tetap lemah pada paruh pertama 2022 karena faktor makroekonomi seperti inflasi, pergerakan nilai tukar, kenaikan suku bunga, dan kenaikan harga bahan bakar terus menggerus belanja konsumen.
Oleh sebab itu, IDC memperkirakan pengapalan smartphone di Indonesia secara keseluruhan akan menurun pada tahun 2022.
Advertisement