Upcycling Fashion Jadi Cara Kreatif Jaga Bumi dari Limbah Fesyen

Limbah tekstil diperkirakan menyumbang 92 ton dalam setahun yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

oleh Balqis Eghnia diperbarui 22 Sep 2022, 16:04 WIB
Ilustrasi Mendapatkan Baju Baru Credit: pexels.com/Arina

Liputan6.com, Jakarta - Pakaian menjadi kebutuhan pokok masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Semakin ke sini permintaan pasar meningkat dengan bertambahnya minat masyarakat terhadap fashion dan tren fashion yang berputar begitu cepat.

Sayangnya, hal tersebut bukan hanya memberikan pengaruh baik terhadap industri tekstil, melainkan juga menyebabkan tingginya limbah fashion yang berasal dari produksi pakaian.

Berdasarkan data secara global, limbah tekstil diperkirakan menyumbang 92 ton dalam setahun yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Bahkan menurut laporan International Union for Conservation of Nature pada tahun 2017, tekstil akan menjadi sumber polusi mikroplastik laut terbesar di dunia.

Lantas bagaimana cara Anda berpartisipasi terhadap kelestarian lingkungan?

Dalam memenuhi kebutuhan gaya hidup berpakaian, Anda juga dapat berpartisipasi menjaga bumi dalam industri tekstil. Zerowaste.id sebagai komunitas yang menjalani gaya hidup dengan meminimalisasi produksi sampah ini memberikan tips cara bentuk penerapan fashion berkelanjutan, berupa reduce, reuse, repair, dan recycle.

Reduce: Jika lemari Anda sudah terlalu penuh dan banyak pakaian yang banyak tidak terpakai lagi, Anda dapat mengurangi dengan berdonasi atau menjualnya sebagai preloved.

Reuse: Masih tidak rela melepas pakaian kesayangan Anda karena memiliki cerita dibaliknya? Anda dapat menggunakan kembali atau mengalihkan fungsi pakaian tersebut.

Repair: Baju yang belum terlihat usang, namun telah rusak seperti bolong atau sobek, sebaiknya Anda perbaiki dengan menjahitnya. Sehingga pakaian tersebut bisa Anda gunakan kembali.

Recycle: Sedangkan untuk baju yang sudah tidak bisa digunakan lagi karena sudah usang, Anda dapat menyalurkan ke wadah yang dapat menampung limbah tekstil sehingga dapat di daur ulang


Mengapa Limbah Fashion Meningkat?

Ilustrasi pakaian bekas. (dok. Pixabay/Novi Thedora)

Indonesia merupakan produsen dan konsumen pakaian terbesar. Badan Pusat Statistik (BPS) mengkonfirmasi pada tahun 2019 produksi industri pakaian bertumbuh secara signifikan sebesar 15,29 persen.

Jika melihat sisi baiknya hal ini memberikan dampak positif karena dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Namun, di sisi lain banyak produsen yang masih belum bijak memproduksi pakaian dengan dampak limbah yang buruk. Misalnya, produsen tekstil yang menggunakan pewarna dengan membuang limbahnya ke sungai.

Ada juga dari konsumen yang merupakan konsumen konsumtif. Di mana membeli pakaian bukan berdasarkan kebutuhan, melainkan mengikuti tren. Sehingga semua ini berujung menjadi limbah fashion.

Demi menjaga bumi ini Anda juga dapat berpatisipasi dalam memilah pakaian. Cara mengatasi limbah fashion dengan melakukan upcycling fashion.

Upcycling fashion merupakan mendaur ulang item fashion menjadi sesuatu yang baru. Saat ini banyak produsen yang menjalankan bisnisnya dengan cara upcycling dan banyak juga komunitas yang mendalaminya menjadi sebuah karya baru.


Perbedaan Upcycling dan Recycle

Para pengungsi perempuan yang terlibat dalam proyek daur ulang kain-kain sisa. (dok. Uniqlo Indonesia)

Sebelum bicara upcycling lebih jauh, mungkin Anda akan bertanya apakah upcycling dan recycle itu berbeda? Jawabannya, iya. Dalam makna singkat keduanya sama memiliki arti daur ulang. Namun, dalam hasilnya berbeda.

Recycle merupakan membuat kembali produk yang serupa atau mengubah menjadi baru dengan proses pengolahan menggunakan produk yang tidak terpakai. Caranya dengan resizing, penggabungan dua bahan, peleburan, atau menyesuaikan jenis produknya.

Contoh produsen yang menggunakan mekanisme recycle peleburan, di mana mendaur ulang pakaian lama menjadi serat-serat kain. Selanjutnya, dari hasil serat tersebut dijadikan menjadi pakaian kembali.

Namun, recycle pakaian masih belum semudah dan sebanyak orang mendaur ulang plastik. Hal ini disebabkan mendaur ulang pakaian lama kondisinya tidak sekuat semula dan belum dapat diolah atau didaur ulang berkali-kali. Oleh karena itu, dalam tahapan recycle memerlukan tambahan zat kimia supaya proses daur ulang mendapatkan hasil yang maksimal.

Proses daur ulang metode upcycling fashion lebih sederhana dari recycle. Dalam pembuatannya dibutuhkan kreativitas untuk mengalihfungsikan produk yang tidak terpakai menjadi komponen produk baru.

Adapun yang perlu Anda ketahui perbedaan keduanya, recycle membutuhkan bahan kimia untuk membuat bahan baru. Sedangkan upcycling tidak memerlukan bahan berbahaya sehingga tidak merusak lingkungan.


Upcycling Fashion Ala Diana Rikarsari Menjadi Karya Go International

Desainer Diana Rikasari berhasil membawa koleksi upcyclingnya ke New York (instagram/bydianarikasari)

Produk fashion dalam bentuk item apapun dapat mejadi bahan dasar Anda untuk upcycling fashion. Contohnya, kaos yang sudah rusak dapat dikaryakan menjadi rok atau sepatu yang sudah tidak terpakai dapat disulap menjadi tas. Tujuannya selain menjadi produk baru, juga untuk melakukan gerakan bebas sampah fashion.

Dalam industri fashion, mulai dari sisa-sisa kain yang tidak terpakai sudah dapat dinilai mencemari lingkungan. Hal ini dapat menjadi pemicu menjadi polusi udara, air, dan lahan dalam pembuangan sampah, bahkan dapat menambah kandungan gas emisi di udara. Oleh karena itu, upcycling fashion dapat menjadi solusi kreatif dalam menjaga bumi.

Upcycling fashion di Indonesia belum lama menjadi tren di dunia fashion. Salah satu yang menjadi perbincangan banyak peminat fashion ketika fashion figure asal Indonesia, Diana Rikarsari, melakukan upcycling fashion menjadi sebuah karya yang unik.

Berawal saat pandemi menerjang seluruh dunia, Diana Rikarsari yang juga seorang desainer ini mulai menekuni belajar menjahit. Ketika itu, dia kesulitan mendapatkan peralatan menjahit. Lalu, tanpa kehabisan ide, Diana mulai menjahit dengan menggunakan material yang ada di rumah. Sejak saat itu, dirinya merasa lebih tertantang untuk membuat karya baru dengan upcycling fashion.


Diana Rikarsari berkolaborasi dengan Urban Outfitters untuk membuat 60 koleksi upcycled fashion

Desainer Diana Rikasari berhasil membawa koleksi upcyclingnya ke New York (instagram/bydianarikasari)

Menurut Diana yang kini tinggal di Switzerland, menciptakan upcycling fashion adalah salah satu cara terbaik untuk mendesain secara sustainable. Biasanya material yang ia gunakan untuk upcycling dengan mendatangi thrift shop, secondhand shop, atau sekadar menanyakan fashion item yang sudah tidak terpakai lagi kepada teman-temannya.

Wanita yang juga penulis buku ini dengan karya upcycling fashion ala Diana Rikarsari bukan saja menjadi perbincangan di Indonesia. Dirinya pernah diajak berkolaborasi dengan Urban Outfitters untuk membuat 60 koleksi upcycled fashion yang dijual di toko Urban Outfitters Herald Square di New York dan diwebsite Urban Outfitters.

Semua koleksi tersebut dipromosikan dalam rangka memperingati Hari Bumi pada 22 April 2022 lalu. Karya Diana Rikarsari ini dibuat limited editon yang dibuat dari material bedsheets, denim garment, vintae t-shirt, dan banyak lagi.

Ibu anak dua ini juga pernah melakukan pameran di Indonesia, tepatnya di Ashta District 8 yang digelar pada 25 Maret – 10 April 2022. Diana Rikarsari yang memiliki gaya quirky dan colourful ini sukses merubah hobi menjadi prestasi.

Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya