Liputan6.com, Jakarta - Tidak semua pabrikan otomotif di Indonesia siap dengan model mobil listrik. Sebagai jawaban akan kebutuhan kendaraan ramah lingkungan, sebagian pabrikan memilih menyuguhkan model hybrid.
Wuling Motors sebagai pabrikan yang sudah memiliki produk mobil listrik melalui Wuling Air ev ternyata masih memiliki hasrat untuk menghadirkan mobil hybrid.
Advertisement
Menurut Product Planning Wuling Motors Danang Wiratmoko, ketertarikan terhadap model hybrid selalu ada selama di situ ada potensi yang bisa dipelajari dan ada kebutuhan market.
"Kami selalu ada visilibity study ke arah situ (model hybrid). Mungkin enggak cuma hybrid saja, kendaraan bensin pun masih ada inovasi-inovasi yang bisa dihadirkan," terangnya di Jakarta, Rabu (21/9/2022) malam.
Terkait pengujian model hybrid, Danang menyebut pihaknya belum melakukannya. "Sejauh ini belum ada, kami masih fokus pada produk existing," akunya.
Sekadar informasi, SAIC-GM-Wuling di China telah merilis SUV hybrid bernama Asta. Hybrid electric vehicle (HEV) itu memiliki perawakan lebih kecil dari Wuling Almaz yang beredar di Indonesia.
Jika Wuling Indonesia mau, bisa saja model ini dipasarkan untuk pasar domestik seperti halnya Confero yang juga diniagakan di Tiongkok.
Terkait kehadiran model baru, Brand & Marketing Director Wuling Motors Dian Asmahani turut angkat bicara. Menurutnya, Wuling masih memiliki peluang untuk bermain di segmen lain yang belum mereka jajaki.
"Saat ini yang kami masuki ada market low mpv, medium mpv, medium suv, dan Air ev (mobil listrik), termasuk Formo untuk segmen komersial. Di luar market ini memang masih ada segmen lain yang belum kita sentuh," kata Dian.
"Untuk yang ini kami juga masih studi tapi kapan kita akan masuk dan fokus ke arah sana itu pasti nunggu studi selesai kemudian nunggu juga perkembangan tren konsumen seperti apa," tambahnya.
Studi Produk Baru Butuh Waktu Lama
Menimpali pernyataan Dian, Danang menyebut untuk menghadirkan produk untuk bermain di segmen baru bukan lah hal mudah.
"Untuk masuk segmen baru ini sebenarnya susah, butuh berapa tahun untuk studi sebuah produk," ujarnya.
Dirinya mencontohkan Confero sebagai model perdana Wuling di Indonesia.
"Produk ini tidak kita mulai dari nol karena menggunakan platform dari China tapi studi di sini makan waktu bisa dua-tiga tahun. Setelah Confero launching, setahun kemudian kita baru bisa hadirkan Cortez, setahun kemudian baru Almaz," jelas Danang.
"Jadi (proses pengembangannya) bervariasi tergantung background dari studi itu seperti apa, apakah market membutuhkan itu secara urgent, apakah segmen itu growing-nya signifikan sehingga harus ditanggapi segera oleh Wuling," pungkasnya.
Advertisement