Bursa Saham Asia Tergelincir, Investor Cerna Kenaikan Suku Bunga The Fed

Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Jumat, 23 September 2022. Hal ini ikuti wall street yang tertekan.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 23 Sep 2022, 09:13 WIB
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik tergelincir pada Jumat (23/9/2022), seiring  investor terus mempertimbangkan sikap agresif bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 dibuka sedikit lebih tinggi tetapi berbalik arah melemah hingga jatuh 1,16 persen saat kembali diperdagangkan setelah libur pada Kamis. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,68 persen dan Kosdaq turun 0,74 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,18 persen.

Pasar Jepang ditutup pada Jumat karena libur. Di sisi lain di Asia, Singapura dan Malaysia akan melaporkan data indeks harga konsumen Agustus.

Wall street semalam jatuh untuk hari ketiga berturut-turut karena kekhawatiran resesi menyusul kenaikan suku bunga terbaru the Fed 75 basis poin.

Indeks S&P 500 turun 0,8 persen menjadi 3.757,99, sedangkan indeks Nasdaq Composite turun 1,4 persen menjadi 11.066,81. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 107,10 poin, atau 0,3 persen, menjadi 30.076,68.

Yen Jepang diperdagangkan pada 142,33 melawan greenback di pagi Asia, sehari setelah otoritas Jepang mengatakan mereka melakukan intervensi di pasar mata uang untuk pertama kalinya sejak 1998. Yen menguat ke level 140 sebelum kembali ke level 142.

"Dalam pandangan kami, Kementerian Keuangan (di Jepang) perlu meyakinkan Departemen Keuangan AS untuk bergabung dengan intervensi," tulis Joseph Capurso dari Commonwealth Bank of Australia dalam catatan Jumat, dikutip dari CNBC, Jumat (23/9/2022).

Dia menambahkan intervensi tunggal oleh Jepang gagal dalam beberapa minggu. Sementara itu, arena harga saham dan obligasi turun secara bersamaan, dana lindung nilai secara luas mengungguli dan ditempatkan dengan baik untuk menavigasi volatilitas pasar saat ini, menurut laporan baru oleh UBS. Hal ini karena volatilitas pasar terus berlanjut, bank Swiss berbagi jenis dana lindung nilai yang disukainya.

 


Penutupan Bursa Saham Asia pada 22 September 2022

Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Bursa saham Asia juga anjlok pada perdagangan Kamis, 22 September 2022 setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga acuan. Ditambah the Fed beri sinyal dongkrak suku bunga lebih agresif sehingga berdampak ke bursa saham AS yang turun tajam.

Di sisi lain, yen Jepang menguat terhadap dolar AS ke posisi 140 setelah pengumuman intervensi terhadap mata uang. Bank sentral Jepang juga pertahankan suku bunga acuan sesuai dengan harapan.

Di Hong Kong, indeks Hang Seng turun 1,61 persen ke posisi 18.147,95. Indeks Hang Seng teknologi melemah 1,7 persen. Indeks Shanghai susut 0,27 persen ke posisi 3.108,91. Indeks Shenzhen melemah 0,83 persen ke posisi 11.114,43.

Sementara itu, di Jepang, indeks Nikkei melemah 0,58 persen ke posisi 27.153,83. Indeks Topix susut 0,24 persen ke posisi 1.916,12. Indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,63 persen ke posisi 2.332,31. Indeks Kosdaq tergelincir 0,46 persen ke posisi 751,41. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang merosot 1,39 persen. Sedangkan bursa saham Australia libur.


Penutupan Wall Street pada 22 September 2022

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street membukukan koreksi dalam tiga hari berturut-turut pada perdagangan Kamis, 22 September. Tekanan terhadap wall street seiring meningkatnya kekhawatiran kenaikan suku bunga agresif oleh bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed)  akan mendorong ekonomi ke dalam resesi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 tergelincir 0,8 persen ke posisi 3.757,99. Indeks Nasdaq susut 1,4 persen menjadi 11.066,81. Indeks Dow Jones merosot 107,10 poin atau 0,3 persen ke posisi 30.076,68.

Pada perdagangan Kamis pekan ini, indeks acuan yang koreksi mendorong penurunan mingguan. Indeks Dow Jones turun sekitar 2,42 persen hingga kini. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 3 persen dan 3,3 persen.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi melonjak pada perdagangan Kamis pekan ini. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun dan dua tahun mencetak posisi tertinggi. Imbal hasil tersebut mencapai level tertingg masing-masing sejak Februari 2011 dan Oktober 2007.

 


Sentimen The Fed

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Pergerakan pada perdagangan Kamis pekan ini juga terjadi setelah bank sentral AS mempertahankan sikap agresifnya pada Rabu pekan ini, The Fed menerapkan kenaikan suku bunga acuan 75 basis poin dan prediksi membawa suku bunga 4,4 persen pada akhir 2022. Bank sentral lainnya di seluruh dunia juga mengikuti langkah the Fed menerapkan kenaikan suku bunga meski ada dampak potensial bagi ekonomi.

Saham teknologi dan semikonduktor yang berorientasi pada pertumbuhan cenderung tertekan pada Kamis pekan ini. Hal itu seiring kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sektor saham industri dan konsumsi mencatat kinerja buruk di sektor S&P 500. Sektor saham industri dan konsumsi masing-masing merosot 1,7 persen dan 2,2 persen.

“The Fed membuka jalan jalan bagi bank sentral di dunia lainnya untuk menaikkan suku bunga, dan itu akan menyebabkan resesi global, dan seberapa parah itu akan ditentukan pada berapa lama inflasi turun,” ujar Analis Oanda, Ed Moya seperti dikutip dari CNBC, Jumat, 23 September 2022.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya