Liputan6.com, Jakarta Demi mengakhiri pandemi COVID-19, kesadaran setiap individu untuk vaksinasi booster sangat dibutuhkan. Sebab, penyuntikan booster dapat memperkuat kembali antibodi untuk melawan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 sehingga memberikan perlindungan.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menegaskan, upaya terpenuhinya cakupan vaksinasi booster menindaklanjuti 6 Ringkasan Kebijakan untuk Mengakhiri Pandemi yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Advertisement
Dari 6 kebijakan WHO tersebut, satu di antaranya adalah vaksinasi. WHO menyatakan, setiap negara di dunia harus memvaksinasi 100 persen masyarakatnya, terutama kelompok prioritas mencakup tenaga kesehatan dan lansia. Kebutuhan vaksinasi pun harus memenuhi setidaknya 97 persen vaksin.
"Vaksinasi booster perlu untuk terus dikejar. Salah satu cara yang dilakukan Pemerintah adalah dengan menegakkan peraturan yang mengharuskan masyarakat untuk vaksin booster," terang Wiku menjawab pertanyaan Health Liputan6.com di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Kamis, 22 September 2022.
"Tujuannya, untuk dapat mengakses fasilitas publik. Namun, sekali lagi, kesadaran untuk vaksinasi booster kembali pada masing-masing individu sebagai tanggung jawab untuk melindungi diri sendiri dan orang lain."
Pada perkembangan terkini, data Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan per 22 September 2022 pukul 17.21 WIB mencatat, vaksinasi dosis 3 atau booster pertama di angka 26,85 persen (62,9 juta dosis suntik) dan dosis 4 atau booster kedua tenaga kesehatan di angka 39,29 persen (577.130 dosis suntik).
Sementara itu, cakupan vaksinasi COVID-19 dosis 1 di angka 87,11 persen (204,4 juta dosis suntik) dan dosis 2 di angka 72,88 persen (170,9 juta dosis suntik).
Dorong Warga Belum Booster
Wiku Adisasmito menekankan perlindungan dari vaksin booster sangat penting. Apalagi angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia masih terbilang tinggi walau indikator lain, seperti kasus konfirmasi dan kasus aktif menurun.
"Saya ingatkan untuk jangan menganggap remeh COVID-19, karena tingkat kematian mingguan di Indonesia masih di atas 100 jiwa. Kematian karena COVID-19 bukanlah sekadar angka tanpa makna," tegasnya.
Melihat angka kematian yang masih tinggi, pemerintah daerah diharapkan segera mengejar cakupan vaksinasi booster pertama bagi masyarakat. Pemerintah daerah juga diminta mendorong warganya yang belum dibooster untuk segera booster.
"Mohon kepada seluruh pemerintah daerah untuk memastikan ketersediaan vaksin booster dan segera mengidentifikasi serta mendorong warganya yang belum booster," ucap Wiku yang juga Koordinator Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19.
"Pada prinsipnya, pencegahan lebih penting dibandingkan pengobatan sehingga peran masyarakat untuk saling mengingatkan adalah cara yang paling efektif untuk kita lakukan bersama."
Advertisement
Poin Kebijakan Vaksinasi WHO
Dalam strategi Vaksinasi COVID-19 Global terbaru dari WHO ada sejumlah poin yang harus diperhatikan. Pertama, menetapkan tindakan penting yang harus dipertimbangkan oleh Negara-negara Anggota WHO untuk mencapai target vaksinasi COVID-19.
Kedua, vaksin COVID-19 harus ditujukan ke kelompok prioritas tinggi yang mana mereka belum mendapatkan akses vaksinasi dua dosis termasuk booster. Ketiga, WHO juga mengarahkan, Negara-negara disarankan untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan produk vaksin yang lebih baik.
Keempat, sebagaimana WHO policy brief: Reaching COVID-19 vaccination targets yang terbit 14 September 2022, WHO mendorong pemerataan distribusi dan ketersediaan awal produk vaksin untuk semua negara melalui perjanjian manufaktur.
Kelima, peluang mengembangkan pendekatan untuk vaksinasi orang dewasa. Keenam, memperkuat sistem informasi kesehatan untuk secara memadai memantau perkembangan keadaan darurat kesehatan potensial dan menginformasikan waktu dan target untuk keputusan kebijakan. Ketujuh, memastikan keberlanjutan upaya vaksinasi COVID-19 setelah tahun 2022.
Vaksinasi Masih Terus Berjalan
Pada konferensi berbeda, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril menekankan, vaksinasi termasuk salah satu cara mengendalikan pandemi COVID-19 di Tanah Air. Percepatan vaksinasi juga terus dilakukan Pemerintah walau kasus COVID-19 melandai.
Ini karena adanya vaksinasi, kekebalan atau imunitas masyarakat terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dapat terbentuk. Upaya ini memberikan perlindungan tatkala virus Corona masuk ke dalam tubuh, sehingga bila terinfeksi COVID-19, gejala yang ditimbulkan ringan.
"Kalau COVID-19 sudah melandai, vaksinasi diteruskan atau tidak? Sekarang, prinsipnya adalah vaksinasi itu upaya untuk mencegah infeksi pada penyakit-penyakit infeksi yang bisa dicegah dengan vaksinasi atau imunisasi, termasuk COVID-19," ujar Syahril saat Press Conference: Perkembangan Kasus COVID-19, Hepatitis Akut dan Cacar Monyet yang disiarkan dari Gedung Kemenkes RI Jakarta beberapa hari lalu.
"Tentu saja, untuk program Pemerintah saat ini adalah (pemberian) vaksin dosis pertama, vaksin dosis kedua, dan vaksin dosis ketiga atau booster pertama untuk masyarakat. Tapi memang booster kita naiknya tidak cepat seperti pada awal-awal bulan Maret 2022."
Advertisement