Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bercerita awal mula dirinya membeli klub bola dan menjabat sebagai Presiden Inter Milan. Dalam obrolan bersama Helmi Yahya, Erick Thohir bercerita hal tersebut berawal karena ia adalah salah satu fans Inter Milan.
Certa berawal saat Erick Thohir roadshow media ke New York, Amerika Serikat (AS). Saat ia tiba di Indonesia, ia ditawari membeli salah satu klub sepak bola asal Eropa. Namun ia tidak terlalu memikirkan tawaran tersebut. Selain masalah harga, Erick Thohir lebih tertarik pada klub bola Italia.
Advertisement
“Beberapa bulan saya pulang ke Indonesia, saya dikontak lagi, ditanya apakah tertarik membeli klub bola Eropa? Saya bilang, saya itung-itung dulu harganya. Lalu, saya bilang kalau Inggris saya belum siap, saya tertariknya Italia,” kata Erick seperti dikutip dari Instagram @erickthohir, Kamis (23/9/2022).
Gayung bersambut, tawaran tersebut ternyata memang klub dari Eropa. Bahkan klub yang ditawarkan tersebut merupakan top 3 di Eropa. Ia pun kemudiann membuka proposal tersebut.
“Ini saya masih pake biru item liat tuh, saya sampai enggak percaya. Saya terus terang engga terlalu ladenin. karena saya tahu menempatkan diri lah” kata Erick.
Ternyata tawaran klub sepak bola tersebut sesuai dengan keinginan Erick. Sebab Erick ditawari membeli Inter Milan. Namun, Erick Thohir tak buru-buru mengambil kesempatan itu.
Ia mulai yakin membeli saham Inter Milan saat umrah dan melihat seseorang menggunakan baju Inter Milan dengan nomor 10.
“Tiba-tiba sebelah kanan depan saya itu pakai baju Inter Milan dengan nomor 10-Sneijder. Saya kemudian datang ke Kantor Inter Milan, dan langsung masuk menemui Moratti. Moratti bertanya mengapa saya tidak melihat Trophy Room. Saya bilang, buat Trophy itu ada di sini,” kata Erik sambil senyum.
Berawal dari Fans Inter Milan
Erick Thohir melanjutkan, awal mula dirinya menjadi fans I Nerazzurri atau Si Biru Hitam yakni saat klub sepak bola asal Italia tersebut membangun Trio Jerman. Ketiga pemain yang dimaksud ialah Lothar Matthaus, Andreas Brehme, dan Jurgen Klinsmann.
Saat itu, Presiden Inter Milan masih dijabat oleh Massimo Moratti. “Saya fans Inter Milan, ketika mereka membangun yang namanya Trio Jerman. Lalu, Inter Milan membawa Ronaldo Luis Nazario de Lima,” ujar Erick.
Erick menilai, olahraga merupakan sebuah konten yang mahal. Di sisi lain, ia juga mengambil kesempatan untuk mencetak sejarah pada tim olahraga dengan sejarah dan nama besar.
Seperti Philadelphia 76ers, tim bola basket Amerika yang tergabung dalam National Basketball Association.
Ada juga D.C. United, klub sepak bola profesional asal Amerika Serikat yang berkompetisi di Major League Soccer dan berbasis di Washington, DC.
“Kenapa beli 76ers? Kenapa beli D.C. United? Karena konten olahraga itu konten termahal, dan itu tidak bisa ditonton tidak live. Kan waktu saya mengambil alih D.C. United itu, klub yang punya history besar,” lanjutnya.
Erick juga sempat diajak makan bersama Presiden Inter Milan Massimo Moratti kala itu. Saat jamuan makan, Erick mengatakan dirinya sempat bercerita tentang keluarganya kepada Moratti. Erick mengaku senang dan bangga kala itu.
“Malamnya saya diundang makan di rumah pribadi Moratti. Ditanya siapa keluarga saya, ya saya ceritain, bapak saya orang miskin. Emang bener kok. Saya pengusaha,” kata dia.
Advertisement
Ternyata Erick Thohir Sempat Kekurangan Duit saat Beli Inter Milan, Begini Ceritanya
Sebelum ditunjuk menjadi Menteri BUMN, Erick Thohir bekerja sebagai pengusaha di berbagai bidang. Pria berusia 52 tahun ini pernah berbisnis media hingga menjabat Direktur Utama. Selain itu, Erick juga aktif di organisasi olahraga.
Selain itu, Erick merupakan Eks Presiden Inter Milan, ia pernah membeli klub sepak bola profesional asal Italia yang saat ini bermain di Serie A Liga Italia.
Saat itu Erick ditunjuk menjadi presiden Inter Milan pada tahun 2013 menggantikan Masimmo Moratti. Kemudian pada 2016, Erick menjual mayoritas sahamnya di Inter Milan. Erick pun akhirnya digantikan Steven Zhang sebagai Presiden Inter Milan pada 2018 hingga sekarang.
Belasan tahun bergelut di dunia bisnis, membuat Erick dikenal sebagai salah satu pengusaha sukses di Indonesia.
Ada hal menarik sebelum Erick memutuskan membeli klub sepak bola asal Italia tersebut. Erick mengaku dirinya pernah mengalami kekurangan uang. Hal itu disampaikan melalui akun Instagram pribadinya @erickthohir, Minggu (11/9/2022).
"Sedikit sharing mengenai perjalanan hidup merintis usaha ke teman-teman @bpphipmi. Teringat masa ketika masih berada di titik seperti mereka. Bekerja keras meraih mimpi berbisnis di bidang olahraga dan media. Alhamdulillah dengan niat dan ikhtiar, semua ada jalan," tulis Erick.
Erick bercerita, jika ada keinginan maka harus diiringi dengan kemauan yang keras, serta yakin bahwa kita mampu mencapai cita-cita yang diinginkan dan terus berusaha untuk mewujudkannya.
"Kadang-kadang kita semua terjebak oleh paradigma kita. Ketika posisi kita hari ini kedepannya itu belum tentu sesuai dengan yang kita mau. Memang itu challenge Kita sebagai manusia bagaimana kita bisa break through," ujarnya.
Berasal dari Keluarga Pengusaha
Diketahui Erick adalah putra dari Teddy Thohir, seorang pengusaha yang ikut membesarkan Astra International. Ayahnya berdarah Lampung, sedangkan ibunya berdarah Tionghoa dan Sunda. Saudaranya, Garibaldi Thohir atau yang akrab disapa Boy Thohir adalah seorang bankir investasi.
Dulu Erick mengnyam pendidikan di perguruan tinggi di Universitas Glendale, Amerika Serikat. Pendidikan master ia peroleh di program Master untuk Bisnis Administrasi di Universitas Nasional California. Ia lulus dan meraih gelar MBA pada tahun 1993.
Sepulangnya ke Tanah Air, Erick Setelah lulus, keluarga berharap dirinya bisa turut serta dalam mengelola bisnis keluarga. Namun, Erick justru tertarik dengan usaha dibidang media dan olahraga.
"Kalau saya mau bermanja-manja waktu kakak saya pulang dari lulusan di luar negeri, kami diskusi ini lebih baik fokus di satu atau dua atau tiga usaha waktu itu makanya diputuskan pertambangan peninggalan usaha kerja sama motor. Lalu ada usaha-usaha lain pokoknya kita konsolidasikan. Saya pulang diharapkan membantu tapi saya punya mimpi lain saya buka usaha sendiri lagi yang akhirnya fokus di media dan olahraga," katanya.
Keluarganya pun kecewa dengan pilihan Erick saat itu. Namun, Erick optimis bahwa dirinya mampu menjalankan usahanya, meskipun dalam prosesnya mengalami lika-liku.
"Itu orang tua dan kakak saya kecewa, tapi saya bisa buktikan. Bagaimana transaksinya bisa sampai inter Milan, nggak cukup uangnya. Tapi bagaimana kita bisa meyakinkan bank waktu itu bank Eropa Bank internasional dengan track record saya, dan ada sebagian aset saya saya taruh semua sebagai modal. Kurang? Kita ajak teman-teman dan kerja keras tapi apa poinnya kita kerja keras semua itu yang harus kita punya kalau kita mau maju," pungkasnya.
Baca Juga
Advertisement