Liputan6.com, Tehran - Korban jiwa berjatuhan di demo Iran. Rakyat Iran protes atas kematian Mahsa Amini. Ia meninggal setelah ditangkap polisi moral akibat pelanggaran hijab.
Berdasarkan laporan AP News, Jumat (23/9/2022), setidaknya ada 26 orang tewas yang terdiri atas pendemo dan polisi. Pemerintah belum merilis data resmi jumlah kematian.
Advertisement
Video-video beredar di Twitter yang menampilkan para perempuan ikut terluka. Pada salah satu video ada gadis muda yang kepalanya berdarah, serta wanita yang berteriak histeris sembari darah di wajahnya dibersihkan air.
Media pemerintah Iran menyebut demonstrasi pecah di ibu kota Tehran dan setidaknya 13 kota lainnya. Ratusan orang disebut terlibat pada demo-demo tersebut.
Penulis Harry Potter, JK Rowling, ikut memuji keberanian para wanita Iran dan mengecam tindakan polisi moral di Iran. Dalam beberapa tahun terakhir, Rowling memang vokal dalam membela hak perempuan. Ia menilai ironis bahwa penjaga moral ternyata brutal.
"Keberanian dari wanita-wanita ini dan brutalitas kotor dari yang katanya penjaga moralitas," ujar JK Rowling.
Pemerintah Iran Janji Tuntaskan Masalah
Presiden Iran Ebrahim Raisi berjanji akan menuntaskan kasus kematian Mahsa Amini. Janji itu ia berikan ketika berkunjung ke PBB. Raisi mengaku sudah menghubungi keluarga korban.
"Saya sudah menghubungi keluarganya pada kesempatan pertama dan saya memastikan pada mereka bahwa kita akan terus secara tegas menginvestigasi insiden itu," ujar Presiden Iran.
AS Jatuhkan Sanksi untuk Polisi Iran Terkait Kematian Mahsa Amini
Sebelumnya dilaporkan, Amerika Serikat pada Kamis (22/9) menjatuhkan sanksi pada polisi Iran dan menyebutnya telah melakukan pelecehan dan kekerasan terhadap wanita Iran.
Selain itu AS juga menyebut polisi Iran melanggar hak-hak pengunjuk rasa damai, kata Departemen Keuangan AS, seperti dikutip dari laman India Today, Jumat (23/9/2022).
Departemen Keuangan juga mengatakan, telah menjatuhkan sanksi pada kepala pasukan darat tentara Iran dan polisi serta menteri intelijen Iran.
AS meminta polisi moral bertanggung jawab atas kematian Mahsa Amini (22) yang meninggal dalam tahanan pekan lalu setelah ditangkap di Teheran karena mengenakan pakaian yang mereka anggap tidak pantas.
Situasi di Iran memanas karena kematian wanita muda bernama Mahsa Amini (22). Wanita itu meninggal setelah ditangkap polisi moral karena tidak benar dalam memakai hijab.
Kematian Mahsa Amini memantik demo besar-besaran di Iran. Viral pula video-video beredar di Twitter ketika wanita Iran berani membuka hijab mereka. Penulis Harry Potter, JK Rowling, bahkan ikut mendukung perjuangan para wanita Iran.
Dilaporkan VOA Indonesia, Kamis (22/9/2022), video warganet yang diposting di media sosial tampak menunjukkan protes-protes anti-pemerintah terbaru.
VOA tidak dapat memverifikasi secara independen protes-protes selama hampir sepekan itu karena dilarang melaporkan di dalam Iran.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan pemerintah tidak terkejut protes-protes berkobar di Iran terkait kematian Amini yang ditahan polisi moral negara itu pekan lalu.
Sullivan mengatakan, “Kami tidak terkejut melihat orang-orang dari semua lapisan masyarakat keluar di Iran untuk menentang keras hal itu dan mengatakan ini bukanlah masyarakat yang mereka inginkan. Ini tidak konsisten dengan kewajiban negara manapun di bawah Deklarasi HAM Universal PBB. Dan ini adalah sesuatu yang akan ditentang keras dan tegas oleh AS, sebagaimana yang saya lakukan sebelumnya dan kembali saya lakukan sekarang.”
Advertisement
Warga Iran di Luar Negeri Ikut Protes
Mengutip ABC Australia, Jumat (23/9), warga Iran menuduh polisi telah melakukan penyiksaan terhadap seorang perempuan saat di tahan. Oleh karena itulah mereka terus menggelar unjuk rasa agar polisi moral dibubarkan.
Mahsa Amini, 22 tahun, mengalami koma dan kemudian meninggal setelah ditahan di Tehran pekan lalu oleh polisi moral.
Kematian tersebut menimbulkan kecaman juga bagi warga Iran di luar negeri, setelah 'hashtag' di Twitter menjadi viral dalam bahasa Persia #MahsaAmini, yang diunggah hampir mencapai 2 juta orang.
Gelombang unjuk rasa paling besar terjadi di kawasan Kurdistan wilayah Iran, di mana penguasa sebelumnya banyak melakukan penindasan terhadap warga Kurdi yang merupakan minoritas di Iran.
"Protes hari Senin di Kota Divandarreh menewaskan paling sedikitnya dua orang, yakni Fouad Qadimi dan Mohsen Mohammadi, setelah dibawa ke rumah sakit Kosar di Sanandaj dan 15 orang lainnya mengalami cedera," kata Hengaw di Twitter. Tapi pihak berwenang saat itu belum bisa memberikan konfirmasi.
Hengaw juga mengunggah video di Twitter, yang menunjukkan pengunjuk rasa melempar baru ke arah pasukan keamanan di kota Divandarreh di kawasan Kurdi.
Kantor berita Reuters tidak bisa membuktikan apakah video tersebut asli atau tidak.
Sementara di ibu kota Tehran, kantor berita Iran Fars mengatakan mahasiswa berunjuk rasa mendesak adanya penyelidikan mengenai sebab kematian Mahsa dan dibubarkannya polisi moral yang menahan Mahsa.
Akuntabilitas
Sudah lama komunitas warga Iran di Australia ikut mengecam banyaknya kematian yang terjadi di tangan polisi moral negeri itu.
Asosiasi Perempuan Iran di negara bagian Victoria (IWA) mengatakan kematian Mahsa adalah hal yang tragis dan polisi dianggap telah mengambil masa depan perempuan berusia 22 tahun tersebut.
"Mahsa adalah satu korban lagi dari rejim yang tidak menghormati perempuan di Iran," kata juru bicara IWA, Nos Hosseini."Ini menimbulkan kemarahan kami karena perempuan Iran masih menjadi korban akibat aturan berpakaian yang ketat dan mereka tidak memiliki akses untuk mendapatkan kebebasan dasar seperti yang kami alami di sini [Australia]," katanya.
Amerika Serikat juga turut mengecam, dengan juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS berharap adanya "keterbukaan" atas apa yang terjadi pada Mahsa Amini.
"Kematian Mahsa Amini karena cedera yang dialami ketika ditahan polisi karena mengenakan hijab yang dianggap tidak sesuai, adalah tindakan yang sangat bertentangan dengan prinsip hak asasi," kata jubir Dewan Keamanan.
"Kami menyampaikan pernyataan berduka kepada keluarga Mahsa."
"Perempuan di Iran harus memiliki hak untuk mengenakan apa yang ingin mereka kenakan, bebas dari kekerasan dan pelecehan. Iran harus mengakhiri penggunaan kekerasan terhadap perempuuan yang melakukan tindakan kebebasan pribadinya," kata pejabat tadi.
"Harus ada akuntabilitas atas kematian Mahsa."
Advertisement