Liputan6.com, Jakarta - Bos SpaceX sekaligus salah satu orang terkaya di dunia, Elon Musk, kembali menawarkan internet satelit Starlink, untuk merespon situasi panas di Iran.
Seperti diketahui, pemadaman internet nyaris total terjadi di Iran menyusul demonstrasi besar-besaran terkait meninggalnya Mahsa Amini, yang meninggal setelah ditangkap polisi moral.
Advertisement
Hal ini disampaikan oleh Elon Musk melalui akun Twitter-nya pada Rabu pekan ini, dikutip Jumat (23/9/2022), saat ia mendapatkan pertanyaan dari pengguna Twitter bernama Erfan Kasraie.
Mengutip New York Post, Kasraie adalah seorang jurnalis berbasis di Jerman dan menulis untuk layanan bahasa Farsi media Deutsche Welle. Ia mengunggah cuitan balasan soal ketersediaan Starlink di tujuh benua, termasuk Antartika.
"Saya yakin Anda tidak akan menjawabnya, Tuan Musk, tetapi apakah secara teknis mungkin untuk memberikan Starlink kepada orang-orang Iran?" tanya Kasrai. "Ini bisa menjadi game changer untuk masa depan," imbuhnya.
Musk pun menjawab: "Starlink akan meminta pengecualian sanksi Iran dalam hal ini."
Ini bukan pertama kalinya Musk menawarkan internet Starlink di tengah ketegangan sebuah negara, yang berdampak pada terganggunya jaringan internet setempat.
Dalam perang antara Rusia dan Ukraina, Musk juga mengirimkan bantuan satelit Starlink untuk mendukung berlangsungnya internet di Ukraina, yang jaringannya terganggu karena serangan Rusia.
Bulan Maret 2022 lalu, Wakil Perdana Menteri Ukraina Mikhailo Fedorov mengunggah foto di akun Twitter-nya, memperlihatkan SpaceX mengirimkan kendaraan ke Ukraina.
Kendaraan yang dimaksud berupa truk berisi penuh terminal yang mendukung satelit internet Starlink.
Sekadar informasi, untuk bisa menggunakan internet dari Starlink, pengguna harus memiliki terminal pengguna. Terminal yang dimaksud adalah transceiver yang dijual langsung oleh SpaceX pada tiap pelanggannya.
Iran Batasi Internet Usai Protes Kematian Mahsa Amini
Situasi di Iran sendiri memanas usai Mahsa Amini wanita berusia 22 tahun, meninggal dunia, setelah dirinya ditangkap oleh polisi moral, karena dianggap tidak menggunakan hijab dengan benar.
Dilansir AP News, pejabat Iran sebelumnya mengatakan tindakan itu dilakukan sebagai langkah keamanan.
NetBlocks, kelompok pemantau akses internet di London, juga sempat mengabarkan adanya gangguan yang luas terhadap dua platform milik Meta yaitu Instagram dan WhatsApp.
Meta dalam pernyataannya menyebut, perusahaan sudah mengetahui bahwa warga Iran tidak bisa mengakses platformnya karena larangan mengakses internet.
"Kami berharap hak mereka untuk online akan segera dipulihkan," kata perusahaan asal Amerika Serikat itu.
Pada hari Rabu, Menteri Telekomunikasi Iran Isa Zarepour, seperti dikutip dari media pemerintah mengatakan, pembatasan tertentu mungkin diberlakukan "karena masalah keamanan." Namun, ia tidak menjelaskan lebih lanjut soal ini.
Advertisement
Serangan Siber Targetkan Lembaga Negara
Iran dilaporkan sudah memblokir Facebook, Telegram, Twitter, dan YouTube, meskipun pejabat tinggi setempat menggunakan akun publik di platform-platform ini.
Sementara, beberapa warga menjebol pembatasan dengan menggunakan jaringan virtual private network alias VPN dan proxy.
Di sisi lain, beberapa situs resmi, termasuk situs Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, kepresidenan dan Bank Sentral, dihapus paling tidak untuk sementara, karena adanya klaim peretas yang melakukan serangan siber.
Peretas yang terkait dengan gerakan Anonymous mengklaim menargetkan beberapa lembaga negara Iran, termasuk TV pemerintah.
Menurut kantor berita IRNA, Juru Bicara Bank Sentral Mostafa Qamarivafa membantah bank telah diretas. Ia menyebut situs web mereka tak bisa diakses karena serangan ke server yang menampungnya. Namun situs ini sudah pulih.
Polisi Klaim karena Serangan Jantung
Meninggalnya Amini sendiri memicu protes besar di seluruh negeri. Polisi mengklaim ia meninggal karena serangan jantung dan menyebut tidak diperlakukan dengan buruk.
Meski begitu, keluarga meragukan klaim polisi dan menyebut Amini tidak memiliki masalah jantung sebelumnya. Mereka juga mengatakan telah dicegah untuk melihat jenazahnya.
Kondisi di Republik Islam Iran sendiri dikabarkan masih mencekam. Rakyat masih terus berdemo usai kematian wanita muda bernama Mahsa Amini. Ia meninggal setelah ditangkap polisi moral karena perkara pemakaian hijab yang benar.
Dilansir AP News, seperti mengutip Global Liputan6.com, Jumat (23/9/2022), angka kematian disebut mencapai 26 orang. Jumlah itu berdasarkan laporan saluran TV milik pemerintah Iran.
"Sayangnya, 26 orang dan petugas kepolisian yang hadir di TKP kehilangan nyawa," ujar seorang pembawa berita. Belum ada statistik kematian resmi dari pemerintah. Namun, AP News menyebut korban tewas sudah mencapai 11 orang pada Kamis (22/9).
(Dio/Ysl)
Advertisement