Selamat Hari Bahasa Isyarat Internasional 2022, Kenali Fakta dan Sejarahnya Yuk!

Hari Bahasa Isyarat Internasional diperingati pada tanggal 23 September setiap tahun. Hari ini menandai pentingnya bahasa isyarat, serta aksesibilitas informasi dan komunikasi.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 23 Sep 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi bahasa isyarat. Photo by Sincerely Media on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Hari Bahasa Isyarat Internasional diperingati pada tanggal 23 September setiap tahun. Hari ini menandai pentingnya bahasa isyarat, serta aksesibilitas informasi dan komunikasi.

 

Penetapan tanggal ini bermula dari didirikannya Federasi Tuna Rungu Sedunia (The World Federation of Deaf) pada 23 September 1951. Majelis Umum PBB lalu menandai hari ini untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya bahasa isyarat dan memperkuat status bahasa isyarat.

Tema Hari Bahasa Isyarat tahun 2022 adalah “Bahasa Isyarat Menyatukan Kita (Sign Languages Unite us)”. 

Arti penting dari perayaan Hari Bahasa Isyarat dalam skala besar adalah untuk menyadarkan masyarakat umum tentang pentingnya bahasa isyarat, dan aksesibilitas informasi dan komunikasi bagi penyandang disabilitas. Sebab bahasa isyarat bukan hanya cara komunikasi tetapi juga penting dalam menciptakan lapangan kerja dan pelatihan kejuruan bagi penyandang disabilitas.

Saat ini sekitar 70 juta orang tuli menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasa pertama mereka, menurut World Federation of the Deaf. Bahasa Isyarat pun akhirnya disebut menjadi identitas bagi komunitas Tuli.

Di Amerika, dan di beberapa bagian Kanada, komunitas Tuli menggunakan Bahasa Isyarat Amerika (ASL). Sedangkan komunitas Tuli di Inggris menggunakan Bahasa Isyarat Inggris (BSL). Diperkirakan ada lebih dari 300 bahasa isyarat yang saat ini digunakan di seluruh dunia. 

Teman tuli menggunakan bahasa isyarat secara aktif. Bahasa ini biasanya digunakan dengan mengombinasikan gerak atau bentuk tangan, tubuh, lengan, serta ekspresi wajah untuk menyampaikan sebuah pesan.

Walaupun membutuhkan waktu yang lama untuk menguasai bahasa ini, tetap sangat menarik untuk dipelajari.

 


Bahasa Isyarat di Indonesia

Lembar panduan Bisindo. (Via: Febriyani Frisca R/Bintang.com)

Di Indonesia, ada dua jenis bahasa isyarat yaitu Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) dan Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI). Bahasa isyarat SIBI biasanya digunakan untuk acara formal dan kenegaraan. Namun masyarakat Tuli umumnya menggunakan Bisindo karena dianggap berasal dari bahasa ibu.

Komisioner Komnas Nasional Disabilitas Rachmita Harahap turut menyampaikan ucapan hari bahasa isyarat hari ini.

"Selamat Hari Bahasa Isyarat Internasional 2022 setiap tanggal 23 September. Undang-Undang No 8 Tahun 2016 pasal 24 tentang Hak Berekspeesi, Berkomunikasi dan Memperoleh Informasi itu artinya Hak akses komunikasi pilihan masyarakat Tuli yang menggunakan Bahasa Isyarat Indonesia, BISINDO," ujarnya, dalam akun instagram @rachmita.harahap.

 


Fakta Lain Bahasa Isyarat

 

Ada beberapa fakta menarik lain terkait bahasa isyarat, dikutip The New York Foundling:

- Di Amerika, saat seseorang mengalami Tuli saat dewasa diberi istilah khusus dalam komunitas Tunarungu. Mereka disebut CODA. Bahasa pertama CODA sering kali adalah ASL, atau bahasa isyarat lainnya, bukan bahasa Inggris atau bahasa lisan.

- Dipercaya ASL berasal dari Perancis. Menurut Institut Nasional untuk Ketulian dan Gangguan Komunikasi Lainnya, itu mungkin berasal dari LSF, atau Langue des Signes Française. Prancis adalah tempat sekolah tunarungu pertama didirikan pada tahun 1760-an.

- Pada 1920-an, tim sepak bola Universitas Gallaudet biasa "berkumpul" untuk membahas permainan berikutnya. Universitas untuk Tunarungu dan orang dengan gangguan pendengaran melakukan ini sehingga tim lain tidak dapat melihat tanda komunikasi mereka — sebuah praktik yang masih digunakan oleh tim sepak bola di mana pun saat ini.

 

 


Setiap Tahun 5 Ribu Bayi Lahir Tuli

- Diperkirakan saat ini lebih dari 80% populasi penyandang Tuli tinggal di negara berkembang, dan secara kolektif menggunakan lebih dari 300 bahasa isyarat yang berbeda, dikutip Jagranjosh.

Di Indonesia sendiri berdasarkan Survei Nasional tahun 1994-1996, masyarakat Indonesia sudah cukup banyak mengalami gangguan pendengaran yakni, 18,5 persen atau 40,5 juta jiwa.

Prevalensi gangguan pendengaran mencapai 16,8 persen atau setara dengan 35,28 juta jiwa. Sedangkan ketulian mencapai 0,4 persen atau 840 ribu jiwa. Setiap tahunnya lebih dari 5 ribu bayi lahir dengan menderita tuli.

- Bahasa isyarat bukan hanya tentang gerakan tangan. Namun, arah telapak tangan dapat mengubah seluruh makna.

Infografis Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya