Liputan6.com, Tehran - Republik Islam Iran sedang mencekam karena demo besar-besaran. Rakyat Iran, terutama para wanita, protes atas kematian wanita berusia 22 tahun bernama Mahsa Amini.
Hingga Jumat (23/6/2022), AP News melaporkan setidaknya 26 orang tewas. Para wanita Iran dengan berani membuka hijab mereka di tempat umum sebagai bentuk protes.
Baca Juga
Advertisement
Polisi moral juga menjadi sasaran protes. Sebab, mereka menangkap Mahsa Amini karena masalah hijab.
Berikut kronologi kasus Mahsa Amini seperti dirangkum berbagai sumber:
13 September 2022: Salah Pakai Hijab
Berdasarkan laporan AP News, Mahsa Amini ditangkap pada 13 September di Tehran. Ia sebetulnya bukan orang Tehran, tetapi hanya berkunjung dari daerah Kurdi di barat Iran.
Alasan ia ditangkap polisi moral adalah karena tidak memakai hijab dengan benar. Sesuai ketentuan yang berlaku di Iran.
16 September 2022: Nyawa Melayang
Mahsa Amini kolaps ketika berada di kantor polisi. Tiga hari kemudian ia dinyatakan meninggal dunia.
Polisi membantah melakukan kekerasan pada Mahsa Amini. Penyebab kematian wanita itu disebut karena masalah jantung.
Namun, Amnesty Iran berkata kematian Mahsa Amini mencurigakan. Mereka meminta adanya investigasi kriminal bagi para polisi moral.
"Semua agen dan penjabat yang bertanggung jawab harus menghadapi keadilan," tulis Amnesty Iran di Twitter. Protes masyarakat pun dimulai.
17 September 2022: Pemakaman
Al Arabiya melaporkan Mahsa Amini dimakamkan pada Sabtu, 17 September 2022. Demo juga pecah di hari pemakaman itu.
Para pendemo berkumpul di di Saqez, kota tempat tinggal Mahsa Amini. Mereka memberikan kecaman kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khomenei.
18 September 2022: Presiden Iran Telepon Keluarga Korban
Pada Minggu (18/9), Presiden Iran Ebrahim Raisi telah menelepon keluarga Mahsa Amini. Menurut laporan situs Iran International, pihak pemerintah berjanji akan menuntaskan kasus ini.
"Anak perempuanmu dan semua gadis Iran adalah anak-anak saya juga, dan perasaan terhadap insiden ini seperti kehilangan anak-anak tersayang saya," ujarnya.
19 September 2022: Keterangan Polisi vs. Ayah Korban
Ayah dari korban, Amjad Amini, mengaku putrinya dipukuli saat di mobil polisi. Hal itu berbeda dari keterangan polisi yang berkata Mahsa Amini meninggal akibat masalah jantung.
"Tidak jelas bagaimana ia dipukuli. Para wanita yang berada di ambulans berkata ia dipukul di kepala," ujar Amjad Amini kepada media Kurdi, Rudaw.
Amjad Amini juga menegaskan bahwa kabar di televisi Iran bahwa putrinya kolaps karena penyakit adalah kabar bohong.
Demo Besar
Sebelumnya dilaporkan, kondisi di Republik Islam Iran masih mencekam. Rakyat dari berbagai daerah terus berdemo usai kematian wanita muda bernama Mahsa Amini. Ia meninggal setelah ditangkap polisi moral karena perkara pemakaian hijab yang benar.
Dilaporan AP News, Jumat (23/9/2022), angka kematian disebut mencapai 26 orang. Jumlah itu berdasarkan laporan saluran TV milik pemerintah Iran.
"Sayangnya, 26 orang dan petugas kepolisian yang hadir di TKP kehilangan nyawa," ujar seorang pembawa berita.
Belum ada statistik kematian resmi dari pemerintah. Namun, AP News menyebut korban tewas sudah mencapai 11 orang pada Kamis (22/9).
Protes Hijab
Pemerintah Iran telah memblokir WhatsApp dan Instagram setelah protes meluas. Namun, banyak video viral di Twitter menampilkan protes para wanita Iran.
Salah satu video yang viral di Twitter berasal dari pengguna bernama Alireza Nader. Video itu menampilkan seorang wanita yang menari di dekat api unggun. Rambutnya bebas tanpa hijab.
"Inilah Iran yang sebenarnya. Wajib hijab bukan budaya kita," ujarnya.
Penulis Harry Potter, JK Rowling, juga masih terus menyuarakan dukungan kepada wanita Iran. Dukungan serupa turut diberikan oleh penulis The Handmaid's Tale, Margaret Atwood.
Melalui Twitternya, JK Rowling meminta dunia ingat nama Mahsa Amini.
"Seluruh dunia perlu terus menyebut namanya. #MahsaAmini meninggal pada usia 22 saat ditangkap polisi karena ia melanggar regulasi hijab. Solidaritas untuk seluruh rakyat Iran yang sedang protes," tulis JKR.
Advertisement
Sanksi AS
Amerika Serikat pada Kamis (22/9) menjatuhkan sanksi pada polisi Iran dan menyebutnya telah melakukan pelecehan dan kekerasan terhadap wanita Iran.
Selain itu AS juga menyebut polisi Iran melanggar hak-hak pengunjuk rasa damai, kata Departemen Keuangan AS, seperti dikutip dari laman India Today, Jumat (23/9/2022).
Dilaporkan VOA Indonesia, Kamis (22/9/2022), video warganet yang diposting di media sosial tampak menunjukkan protes-protes anti-pemerintah terbaru yang berlangsung di berbagai daerah pada hari Selasa. Ini lonjakan besar dari awalnya sedikit provinsi yang terlihat dalam video protes di media sosial dalam empat hari sebelumnya.
VOA tidak dapat memverifikasi secara independen protes-protes selama hampir sepekan itu karena dilarang melaporkan di dalam Iran.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan pemerintah tidak terkejut protes-protes berkobar di Iran terkait kematian Amini yang ditahan polisi moral negara itu pekan lalu.
Sullivan mengatakan, “Kami tidak terkejut melihat orang-orang dari semua lapisan masyarakat keluar di Iran untuk menentang keras hal itu dan mengatakan ini bukanlah masyarakat yang mereka inginkan. Ini tidak konsisten dengan kewajiban negara manapun di bawah Deklarasi HAM Universal PBB. Dan ini adalah sesuatu yang akan ditentang keras dan tegas oleh AS, sebagaimana yang saya lakukan sebelumnya dan kembali saya lakukan sekarang.”
Kecaman Dunia
Pada Selasa (20/9), menghadapi kecaman internasional karena kematian seorang perempuan yang ditangkap polisi moral. Kematian perempuan muda bernama Mahsa Amini itu telah memicu demonstrasi selama tiga hari, termasuk bentrokan dengan pasukan keamanan di ibu kota Teheran dan kerusuhan lain yang menewaskan sedikitnya tiga orang.
Kantor PBB Urusan Hak Asasi Manusia menyerukan penyelidikan atas kematian Amini.
Amerika Serikat, yang tengah berupaya menghidupkan kembali kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan Iran, meminta pemerintah negara itu untuk mengakhiri “penganiayaan sistemik” terhadap kaum perempuan.
Italia juga menyampaikan kecaman keras atas kematian Amini.
Di sisi lain, para pejabat Iran menolak kritik yang dilontarkan oleh dunia internasional dan menyebutnya sebagai langkah bermuatan politik, dan menuduh negara-negara asing – yang tidak disebut namanya – mengobarkan kerusuhan.
Secara terpisah, seorang pejabat Iran mengatakan tiga orang tewas dibunuh kelompok bersenjata – yang juga tidak disebut namanya – di wilayah Kurdi, di mana demonstrasi tersebut berawal. Laporan tersebut merupakan konfirmasi pertama tentang kematian terkait demonstrasi dan kerusuhan pasca meninggalnya Amini.
Sementara kantor berita semi-resmi Iran, Fars, pada Senin (19/9) lalu, melaporkan kelompok-kelompok kecil demonstran kembali berkumpul di pusat kota Teheran, meneriakkan “matilah diktator!” Massa yang berjumlah sekitar 300 orang itu juga merusak rambu-rambu jalan.
Gubernur Teheran, Mohsen Mansouri, menuduh kedutaan-kedutaan asing telah memprovokasi demonstrasi itu, dan mengatakan tiga warga asing telah ditangkap. Ia tidak merinci kewarganegaraan dari ketiga orang yang ditangkap itu.
Advertisement