Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Vito Damay menerangkan terkait kateterisasi jantung. Menurut dia, kateterisasi jantung adalah hal yang berbeda dengan pasang ring jantung.
Kateterisasi jantung adalah teknologi terkini untuk mengetahui letak dan keparahan penyumbatan pembuluh darah jantung.
Advertisement
Penyumbatan pembuluh darah sendiri bisa terjadi karena kejadian pembekuan darah yang tiba-tiba atau mendadak yang juga disebut sebagai serangan jantung. Selain itu, penyumbatan juga bisa terjadi akibat penyempitan pembuluh darah yang bisa terjadi dalam waktu lama.
“Orang-orang mungkin enggak sadar ketika mereka makan makanan berlemak tinggi, digoreng, enggak langsung ada tuh sakit kepala dan pegal di tengkuk,” kata Vito dalam video yang dibagikan kepada Health Liputan6.com belum lama ini.
“Tapi itu akan tumbuh menjadi plak penyempitan di pembuluh darah yang sewaktu-waktu ketika ada penyumbatan mendadak itu menjadi serangan jantung,” tambahnya dalam video yang juga diunggah di saluran Youtube pribadinya, DRV Channel.
Kejadian ini sering dikatakan dengan kejadian tiba-tiba pingsan saat beraktivitas, tiba-tiba sakit dada dan harus dilarikan ke UGD.
Jika sudah begini, maka bisa terjadi kardiomiopati, lemah jantung, gagal jantung, sesak napas. Hal ini terjadi karena penyempitan pembuluh darah mengurangi oksigen yang mengalir ke otot jantung.
“Nah kateterisasi jantung ini merupakan salah satu metode untuk menilai apakah benar ada penyempitan di pembuluh darah jantung.”
Tak Semua Orang Harus Kateterisasi Jantung
Vito menambahkan, tak semua orang yang memiliki masalah jantung harus menjalani penanganan dengan kateterisasi jantung.
“Tidak semua orang harus dikateter, ada yang enggak perlu dikateter. Lihat dulu kondisi pasiennya seperti apa, misalnya kalau sesak napas, sesaknya sudah lama atau bagaimana, periksa dulu fisiknya.”
Pemeriksaan fisik jantung dilakukan dengan pemeriksaan nadi, tekanan darah, oksigen, kemampuan napas pasien, dan keluhannya. Setiap pasien akan memiliki kasus penyakit yang berbeda.
Setelah pemeriksaan, maka dapat ditentukan penanganan yang paling tepat untuk pasien. Dan tentu penanganannya tak selalu kateter.
Meski begitu, ada pula saat-saat di mana pasien harus segera kateterisasi jantung. Kateterisasi jantung dilakukan untuk mengetahui penyumbatan jantungnya bagaimana, di mana, dan apa bisa ditolong dengan cepat atau tidak.
“Semakin lama menunda tindakan medis, semakin membahayakan nyawa pasien. Semakin lama, penyumbatan semakin berat akibatnya semakin banyak jantung yang rusak dan semakin sulit untuk diselamatkan.”
Advertisement
Relatif Aman
Tindakan kateterisasi jantung memiliki risiko tersendiri, lanjut Vito. Namun, risikonya semakin kecil seiring berkembangnya teknologi.
Kateterisasi jantung dilakukan dengan memasukkan pipa elastik kecil ke dalam pembuluh darah. Bisa melalui tangan, pangkal paha atau kaki.
“Memang umumnya sekarang lewat tangan dulu, kalau enggak bisa baru melalui pangkal paha karena posisi anatomi seseorang dan yang lain itu berbeda-beda.”
Pada saat kateter dimasukkan, maka dokter akan memasukkan zat kontras atau zat tinta yang mewarnai pembuluh darah jantung. Zat ini bersifat kental sehingga membuat ginjal harus bekerja lebih berat.
“Tapi tenang saja kalau ginjal Anda kuat dan baik maka sebenarnya enggak apa-apa. Ketika Anda akan kateterisasi jantung biasanya dicek dulu ginjalnya bagaimana. Kecuali kalau keadaannya mengancam nyawa kita bisa skip dulu pemeriksaan ginjal, tapi umumnya dicek dulu.”
Seiring perkembangan teknologi, kateterisasi jantung saat ini relatif aman dibanding dulu.
“Karena kecanggihan teknologi sekarang (kateterisasi) memang sudah sangat aman dibandingkan dulu ketika metode ini pertama kali dilakukan. Relatif aman karena dia hanya mendiagnosis, di mana penyempitan dan seberapa berat penyempitannya.”
Ring Jantung
Setelah melakukan kateterisasi baru lah bisa ditentukan terkait pemasangan ring jantung.
“Ring itu seperti metal, metal ini untuk membuka penyumbatan pembuluh darah jantung. Kalau Anda pernah lihat per kecil dalam pulpen nah bentuknya kira-kira mirip seperti itu.”
Ketika ring dimasukkan, setelah sampai di titik penyumbatan maka ring dikembangkan dengan balon khusus. Setelah itu, ring dapat membuka sempurna dan membuat pembuluh darah mengalir lagi secara lancar.
“Balonnya tidak di tempatkan di pembuluh darah, balonnya ditarik keluar lagi, yang ditinggal itu ringnya.”
“Ini memang proses invasif tapi tanpa pembedahan. Jelas tidak dibelek, justru dengan kateterisasi ini mirip dengan pemasangan infus. Masuk ke pembuluh darah, dari pembuluh darah tersebut lah ring bisa dihantarkan masuk.”
Luka yang dihasilkan dari pemasangan ring juga sangat kecil layaknya luka bekas pemasangan infus.
Setelah pemasangan ring, bukan berarti pasien dapat melanjutkan kebiasaan hidup tak sehat seperti makan sembarangan.
“Justru setelah pasang ring, ini kesempatan kedua, setelah pemasangan ring Anda memiliki kesempatan untuk menjaga kesehatan jantung. Ini perlu disertai dengan cek ulang atau evaluasi dengan dokter,” katanya.
Advertisement