Raja Charles III, Pemimpin Monarki Inggris yang Dikenal Tertarik Islam dan Dukung Umat Muslim

Raja Charles III punya ketertarikan dengan Islam. Ia pernah mencoba belajar bahasa Arab supaya bisa membaca Al-Qur'an, seperti terungkap dalam buku berjudul 'Charles At Seventy: Thoughts, Hopes and Dreams'.

Oleh ABC Australia diperbarui 26 Sep 2022, 07:30 WIB
Charles III akan secara resmi diproklamasikan sebagai raja pada upacara bersejarah di Istana St James, Sabtu pagi, 10 September 2022 waktu setempat (Instagram @theroyalfamily)

, Melbourne - Raja Charles III kini telah menjadi pemimpin monarki Inggris, menggantikan Ratu Elizabeth II yang mangkat 8 September 2022.

Naiknya Raja Charles III ke takhta artinya ia tidak bisa lagi bisa bicara dan beropini secara bebas. Tapi satu yang perlu diingat, ia punya pandangannya sendiri soal Islam.

"Islam adalah penjaga salah satu warisan terbesar dari kebijaksanaan dan pengetahuan spiritual yang tersedia bagi umat manusia," katanya saat masih menjadi pangeran dalam pidato tentang Islam dan lingkungan di Oxford University tahun 2010 mengutip laporan ABC Australia, Minggu (25/9/2022). 

Raja Charles III memang punya ketertarikan dengan Islam, dan pernah mencoba belajar bahasa Arab supaya bisa membaca Al-Qur'an, seperti yang terungkap dalam buku berjudul 'Charles At Seventy: Thoughts, Hopes and Dreams'.

Sebagai anggota pelindung Pusat Studi Islam Oxford University, ia juga pernah berpidato soal hubungan dunia Islam dan Barat pada tahun 1993.

"Saya percaya dengan sepenuh hati, hubungan antara dua dunia ini kini menjadi lebih penting daripada sebelumnya, karena tingkat kesalahpahaman antara dunia Islam dan Barat sangat tinggi," katanya.

"Kebutuhan keduanya untuk hidup dan bekerja sama di dunia, yang semakin saling bergantung satu sama lain, tidaklah pernah sebesar ini."Pada tahun 2020, Raja Charles III mengunjungi Palestina untuk pertama kalinya, dan menunjukkan dukungannya kepada warga Palestina agar mereka bisa "bebas, mendapat keadilan dan kesetaraan."

Dia juga pernah secara terbuka menyampaikan ketidaksetujuannya dengan larangan penggunaan burqa di Eropa.

Lalu apa artinya semua ini bagi warga Muslim dunia, terutama setelah ia menjadi Raja Inggris?

 

 


Raja Diharapkan Jadi

Raja Charles III. (Foto: Carl de Souza/Pool via AP)

Dalam khotbah Jumat di Masjid Cambridge, setelah Ratu Elizabeth II meninggal, Abdal Hakim Murad, cendekiawan muslim Inggris, mengatakan Raja Charles pantas mendapat pujian atas upayanya untuk mendorong "rekonsiliasi."

"Di zaman ketika kesalahpahaman tentang agama Muslim ada di mana-mana, kita menyambut fakta kalau ia tercatat punya simpati terhadap Islam, ia banyak membuat pernyataan yang mendukung hubungan baik antaragama, rasa hormat, dan rasa saling pengertian yang lebih baik," kata Abdal Hakim Murad,

"Penting bagi umat Islam untuk mengapresiasi bagaimana keindahan agama mereka dipahami oleh tokoh-tokoh penting di Inggris."

Raja Charles berkuasa tepat saat ada penelitian yang menunjukkan bahwa Muslim adalah kelompok "yang paling tidak disukai" kedua di Inggris setelah "Gypsy dan pelancong Irlandia."

Survei yang dilakukan University of Birmingham mengatakan hampir 26 persen orang Inggris menilai negatif warga Muslim.

Zara Mohammed, sekretaris jenderal dari Muslim Council of Britain, mengatakan monarki Inggris memiliki peran penting dalam menantang narasi negatif soal Islam dengan menawarkan lebih banyak pesan soal persatuan dan inklusivitas.

"Kami juga berharap Raja akan membangun warisannya sendiri sebagai Pangeran Wales, sesuai keinginannya untuk menjadi pembela agama, dan terus memperjuangkan hak kelompok-kelompok agama untuk menjalankan ajarannya secara bebas di Inggris," kata Zara.

"Selain itu, kami berharap ia melanjutkan keterlibatannya secara konstruktif organisasi yang dipimpin Muslim dan komunitas Muslim di seluruh Inggris."


Raja Tak Bisa Jadi Advokat

Upacara proklamasi Raja Charles III sebagai penguasa Britania Raya. Raja Charles III didampingi Ratu Camilla dan Pangeran William. Dok: YouTube/The Royal Family

Di Australia, ada pandangan yang beragam tentang monarki dan apa arti pengangkatan Raja Charles bagi komunitas Muslim.

Adel Salman, presiden Islamic Council of Victoria, mengatakan dia menyambut baik tokoh masyarakat yang tertarik dengan Muslim dan Islam. Ia mengatakan akan selalu mendiskusikan agama dengan mereka sepenuh hati.

"Ini akan sangat bagus untuk membangun dan meningkatkan hubungan dan persepsi monarki di antara banyak komunitas di Inggris dan di seluruh dunia," kata Salman.

"Tapi … [Raja Charles III] tidak bisa mengambil posisi politik karena itu bukan perannya."

 


Berharap Raja Baru Bersikap Netral

Raja Charles III (kanan) dan Permaisuri Camilla saat upacara proklamasi bersama Dewan Aksesi di Istana St. James, London, Inggris, Sabtu (10/9/2022). Pada acara itu, Raja Charles III menyampaikan pidato di hadapan sejumlah pejabat, termasuk mantan perdana menteri. (Victoria Jones/Pool Photo via AP)

Musawer Ahmad Bajwa, anggota Muslim Youth Australia, berharap agar Raja baru bersikap "netral" dalam urusan politik, sehingga tidak "menimbulkan kontroversi dan konflik."

"Bahkan jika Raja Charles pernah menyuarakan pendapatnya di masa lalu untuk segala macam tujuan atau saat melakukan kegiatan amal, sekarang dia adalah Raja … banyak yang menuntut agar dia bersikap netral terhadap semua orang," katanya.

Tapi Musawer mengatakan dia optimistis Raja Charles III akan bisa mengikuti jejak mendiang ibunya dalam mempromosikan kebebasan semua agama.

Mungkin saatnya umat Muslim ingat kata-kata Raja Charles III sendiri soal rekonsiliasi.

"Dunia Islam dan Barat tidak bisa lagi terpisah dari upaya bersama untuk memecahkan masalah yang kita hadapi bersama-sama," kata Charles dalam pidatonya tahun 1993.

Infografis 8 Urutan Pewaris Takhta Kerajaan Inggris Setelah Raja Charles III. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya