Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) mendukung rencana pemerintah yang akan membeli komoditas hasil panen dari petani, seperti cabai, kedelai, dan bawang merah melalui BUMN dengan alokasi anggaran Rp100 triliun per tahun.
Advertisement
"Kami pedagang pasar mendukung rencana mulia pemerintah yang akan membeli komoditas hasil panen dari petani, melalui penugasan BUMN sebesar Rp100 triliun per tahun," Kata Ketua Umum APPSI, Sudaryono di Jakarta, Jumat (23/9/2022).
Sudaryono menjelaskan, jika rencana tersebut terealisasi, maka hal tersebut dapat menyelamatkan nasib para petani yang kerap mendapatkan harga murah ketika panen raya tiba.
"Selain itu, juga bisa menjaga stok pangan di pasar dan pedagang pasar juga bisa menjual hasil pertanian tersebut kepada masyarakat dengan harga yang stabil. Artinya jika rencana itu direalisasikan maka akan menyelamatkan nasib petani dan pedagang pasar," Jelasnya.
Lebih lanjut, Sudaryono memaparkan, tiga komoditas pangan yakni cabai, kedelai, dan bawang merah harus diselamatkan oleh pemerintah. Sebab, luas panen pertanian untuk tiga komoditas tersebut di Indonesia sudah jauh berkurang menjadi 200 ribu ton dari sebelumnya 1,5 juta ton.
"Jadi memang sudah sepatutnya pemerintah memikirkan komoditas pangan tersebut untuk jangka waktu yang panjang. Selain karena luas panennya yang sudah mulai terbatas, hasil pertaniannya yang tidak banyak melimpah juga akan mempengaruhi harga di pasar. Itu adalah salah satu cara untuk menyelamatkan petani, pedagang dan masyarakat dari ketersediaan barang dan harga yang tidak stabil," Imbuhnya.
Seperti diketahui, sebelumnya Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengusulkan agar pemerintah membeli komoditas hasil panen dari petani, seperti cabai, kedelai, dan bawang merah. Caranya dengan melakukan penugasan kepada BUMN dan mengalokasikan Rp100 triliun per tahun.
"Yang menjadi masalah krusial bagi petani saat ini adalah harga komoditas yang mereka produksi dibanderol dengan harga murah, terutama saat musim panen," kata Zulhas dalam keterangannya, Senin (19/9/2022).
Dalam rapat kabinet yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Negara, beberapa hari lalu, Zulhas mengatakan, Alih-alih panen itu menguntungkan petani, mereka malah mengalami kerugian. Sebab, petani harus menjual hasil penen mereka dengan harga murah.
"Ini terjadi karena faktor permainan tengkulak, spekulan dan lain-lain," timpalnya.
Di sisi lain, kata dia, saat harga hasil panen mereka tinggi, konsumen justru yang giliran menjerit sehingga produk pangan dari petani tetap kurang laku di pasaran. "Karena itu, pembelian hasil pangan oleh pemerintah mendesak dilakukan untuk menjaga harga baik dari sisi petani maupun konsumen," papar Mendag.
Lebih Efektif dari Subsidi BBM
Gayung bersambut, Presiden Jokowi setuju bahwa pemerintah akan membeli hasil produksi petani saat harga komoditas yang mereka panen mengalami penurunan di bawah Harga Eceran Tertinggi atau HET.
"Jadi, petani hanya fokus pada masalah produksi, tak memikirkan lagi masalah pemasaran produk mereka pascapanen," ujar Presiden.
Upaya yang berpihak kepada kepentingan petani ini sudah dilakukan 50 tahun yang lalu, pada era Orde Baru. Lebih jauh Zulhas mengusulkan kepada Presiden Jokowi untuk mengalokasikan Rp100 triliun per tahun dan memberikan penugasan kepada BUMN untuk menyerap hasil produksi pangan dari petani.
"Dari pada APBN digelontorkan untuk subsidi BBM sebesar Rp500 triliun, lebih baik digunakan untuk membeli komoditas hasil produksi petani. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani," papar dia.
Advertisement