Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Yapit Sapta Putra meminta pengguna kendaraan bermotor mengubah cara berkendaranya di jalan. Hal ini diharapkan dapat mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM).
"Kalau sudah punya beli moda transportasi harus berperilaku eco driving. Bagaimana menjalankan kendaraan bermotor, karena kecenderungan ugal-ugalan main gas. BBM boros," tutur Yapit dalam keterangannya kepada wartawan, Sabtu (24/9/2022).
Baca Juga
Advertisement
Dalam diskusi penyesuaian harga BBM yang diselanggarakan oleh Pandawa Nusantara, Yapit mengajak masyarakat Indonesia dapat menggunakan kendaraan bermotor sesuai dengan kebutuhan saja.
"Jika memang tidak diperlukan dapat menggunakan kendaraan umum atau transportasi berbasis online," jelas dia.
Berdasarkan data, lanjutnya, kendaraan mobil membutuhkan konsumsi BBM jenis Pertalite maksimal 3 liter di Jabodetabek dan sepeda motor di bawah 1 liter per hari. Namun, ada kencederungan panik dalam membeli alias panic buying.
Salah satunya dikarenakan mendengar informasi adanya kenaikan harga BBM. Sementara, hal tersebut dapat diatasi dengan bersikap dewasa dan bijak.
"Kini banyak panic buying. Ada antrean BBM di SPBU, antre semua. Kalau memang punya mobil kecenderungan isi full tank seminggu ya sudah sesuaikan dengan waktu. Jangan ada rumor naik, naik wah langka, panik ikutan antre, itu mengakibatkan antrean terjadi. Sesuaikan kebutuhan saja. Berkendara bijak, melakukan konsumsi BBM bijak," kata Yapit menandaskan.
Inflasi Diramal Tembus 4,6 Persen
Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia memproyeksikan inflasi Indonesia tahun ini akan berada di level 4,6 persen.
Angka inflasi Indonesia ini naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,6 persen akibat adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Terjadi kenaikan harga BBM pada September. Hal ini akan menyebabkan lonjakan tingkat harga pada September, Oktober dan November sehingga inflasi setahun penuh akan menjadi sekitar 4,6 persen,” kata Ekonom Senior ADB Henry Ma melansir Antara di Jakarta, Rabu (22/9/2022).
Henry mengingatkan inflasi masih akan tinggi sampai semester I-2023 yang diperkirakan mencapai 5,5 persen sampai 6 persen akibat kenaikan harga komoditas dan BBM ini.
Tak hanya karena kenaikan harga BBM dan komoditas, inflasi tinggi sepanjang semester I tahun depan juga diakibatkan oleh basis inflasi yang rendah pada periode sama tahun sebelumnya.
Menurutnya, perkembangan inflasi Indonesia sepanjang semester I-2022 masih cukup moderat dan rendah sehingga ini menjadi base year effect terhadap inflasi pada semester I tahun berikutnya.
Meski demikian, Henry mengatakan inflasi akan kembali melandai pada semester II-2023 di kisaran 3,8 persen sehingga sepanjang tahun depan inflasi diperkirakan sebesar 5,1 persen.
“Inflasi diperkirakan rata-rata 5,1 persen pada 2023 yang naik dari proyeksi sebelumnya 3 persen,” tegas Henry.
Baca Juga
Advertisement