Dokter Paru: Pandemi COVID-19 Belum Selesai, Waspada Kita Masih Masa Transisi

Pemerintah dan para pakar masih terus mengkaji kapan pandemi ini selesai. Pasti nanti diumumkan. Namun saat ini masih harus waspada, tetap pakai masker dan prokes, ujar Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto

oleh Fitri Syarifah diperbarui 24 Sep 2022, 16:11 WIB
konferensi pers “Pertemuan Ilmiah Khusus PDPI 2022 in Conjunction withrila The 2nd Indonesian Chronic Lung Disease International Meeting (ICLIME), Sabtu (24/9/2022).

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto menyampaikan bahwa saat ini kasus COVID-19 di Indonesia masih ada sehingga perilaku kewaspadaan sebaiknya masih terus dilakukan.

Selain itu, ia meminta pemerintah agar tidak terburu-buru dalam mengambil kebijakan terkait berakhirnya pandemi.

"Dalam statementnya, WHO menyatakan ada tanda-tanda pandemi akan selesai. Tapi statement ini belum tentu selesai. Saat ini masih masa transisi," kata Agus dalam konferensi pers “Pertemuan Ilmiah Khusus PDPI 2022 in Conjunction withrila The 2nd Indonesian Chronic Lung Disease International Meeting (ICLIME), Sabtu (24/9/2022).

Agus pun mengimbau bagi masyarakat agar tetap berhati-hati pada penularan COVID-19 ini.

"Pemerintah dan para pakar masih terus mengkaji kapan pandemi ini selesai. Pasti nanti diumumkan. Namun saat ini masih harus waspada, tetap pakai masker dan prokes," ujarnya.

Dokter spesialis paru, Heidy Agustin menambahkan, sebagai dokter yang hingga kini masih berpraktik di RS Persahabatan ia melihat pasien COVID-19 masih ada.

"Infeksi COVID-19 itu masih ada. Kami di RS Persahabatan dan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto masih bertemu dnegan pasien COVID-19 sampai saat ini, jadi belum hilang 100 persen," ujarnya.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pandemi COVID-19 akan segera berakhir pada 14 September 2022. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menyebut negaranya sudah bebas pandemi.


Pemerintah Gencarkan Vaksinasi Booster

Sebagai langkah menuju endemi, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mendorong upaya vaksinasi booster sebagai langkah pencegahan COVID-19.

Seperti disampaikan juru Bicara COVID-19 Kementerian Kesehatan, M. Syahril, cakupan vaksinasi booster dosis ketiga atau vaksinasi booster COVID-19 di Indonesia terbilang masih sangat rendah.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per tanggal 15 September 2022 pukul 18.00 WIB, cakupan vaksinasi booster pertama baru mencapai 26,45% persen atau sekitar 62.080.191 orang. Target capaian menurun usai libur lebaran 2022.

“Vaksinasi ketiga meningkat pada awal April, kemudian terjadi penurunan yang tentunya banyak penyebab sehingga capaian vaksinasi booster pertama ini masih landai,” kata Jubir M. Syahril dalam keterangan pers, Jumat (16/9).

Dikatakan Jubir Syahril, saat ini Kementerian Kesehatan telah menyusun sejumlah strategi untuk meningkatkan cakupan vaksinasi booster COVID-19. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada masyarakat. Sebab ada kemungkinan imunitas masyarakat turun di tahun depan.

“Meskipun saat ini persentase kasus harian COVID-19 terus menurun, vaksinasi primer dan booster terus kita gencarkan. Jadi, kalau ada gelombang baru COVID-19 kita lebih siap karena kekebalan tubuh kita masih kuat,” ujar Jubir Syahril.

Jubir Syahril menyebutkan saat ini Kementerian Kesehatan telah mendorong seluruh kepala daerah baik gubernur maupun bupati/walikota untuk terus menjalankan vaksinasi COVID-19 bekerjasama dengan pihak-pihak lainnya.

Menurutnya, akselerasi ini perlu dilakukan agar semakin banyak daerah yang cakupan vaksinasi ketiganya diatas 50%. Karena sejak dimulai pada 22 Januari 2022 lalu, baru ada 3 daerah yang cakupan vaksinasi ketiganya sudah diatas 50%.

Ketiga daerah tersebut yakni Provinsi Bali, DKI Jakarta dan Kepulauan Riau. Bali menempati posisi tertinggi dengan persentase 69,8%, DKI Jakarta dengan 66,0% dan Kepulauan Riau 52,1%.

“Penyediaan sentra-sentra vaksinasi terutama di tempat-tempat publik, perlu kembali digalakkan untuk mendekatkan layanan vaksinasi kepada masyarakat. Saya kira ini bisa kembali menarik minat masyarakat,” ujar Jubir Syahril.

 


Upaya Jemput Bola Vaksinasi

Ia menambahkan Kementerian Kesehatan juga akan menerapkan strategi “jemput bola” guna mendekatkan layanan vaksinasi kepada sasaran terutama kelompok rentan yang kesulitan mengakses sentra vaksinasi.

“Jemput bola ini untuk memudahkan sasaran yang kesulitan mengakses layanan vaksinasi COVID-19. Caranya dengan mendatangi rumah-rumah, pasar maupun tempat publik lainnya. Jadi kita kejar, tidak menunggu mereka datang ke puskesmas atau pusat-pusat layanan vaksinasi, tapi kita jemput bola,” ujar Jubir Syahril.

Terakhir, Jubir Syahril mengimbau kepada masyarakat yang belum melakukan vaksinasi booster di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat guna meningkatkan kekebalan tubuh. Vaksinasi booster terbukti mampu meningkatkan kekebalan tubuh seseorang hingga 4-6 kali lipat, sehingga mampu mencegah risiko terburuk dari infeksi COVID-19.

“Untuk yang belum booster saran saya terus dilanjutkan, karena itu memberikan proteksi yang baik untuk kita, sasaran yang dibooster terbukti secara ilmiah kadar antibodinya jauh lebih tinggi dibandingkan yang belum dibooster, ini penting untuk melindungi orang sekitar terutama orang tua kita,” pungkasnya.


Menunggu Kebijakan WHO

Direktur Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Widyawati mengungkapkan bahwa saat ini belum ada pernyataan dari WHO terkat kebijakan resmi endemi. Artinya masyarakat masih perlu menunggu.

“Terkait dengan endemi, kita ikuti saja karena memang belum ada kebijakan resmi yang keluar. Ini baru berita saja, belum ada kebijakan resmi bahwa ini sudah endemi atau apa.”

“Tapi tetap protokol kesehatan harus kencang, jaga jarak, cuci tangan, hidup sehat. Itu yang harus kita terapkan sampai sekarang, jangan lalai untuk memakai masker,” pungkasnya.

 

Infografis Ramai-Ramai Cabut Aturan Pembatasan Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya