Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia menyampaikan minat untuk ikut uji klinis vaksin tuberkulosis (TBC) kepada Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF) dan Welcome Trust. Kedua Yayasan filantropi itu telah menerima surat pengajuan tersebut dan mendukung penanganan TB di Indonesia.
President, Global Health of BMGF Trevor Mundel mengatakan pihaknya mendukung penanganan TB di Indonesia dan telah menerima surat dari pemerintah Indonesia terkait rencana Indonesia ikut uji klinis pengembangan vaksin TB.
Advertisement
Sebagai gambaran, BMGF melakukan uji klinis vaksin TB di Afrika dan minat partisipasi yang Indonesa tujukan akan menjadi pertimbangan sendiri untuk cakupannya. Uji klinis ini juga melibatkan fungsi European Medicine Agency (EMA) dan WHO. Rencananya vaksin TB ini akan diproduksi pada 2027.
Minat Indonesia ini dibahas pada bilateral meeting Menkes RI, Selasa (20/9) di sela-sela kunjungan kerja di New York, Amerika Serikat dalam rangkaian UNGA ke-77 dan Global Fund Replenishment Conference.
“Apabila akan dilakukan di Indonesia butuh sejumlah 26.000 orang sampel. Nantinya, akan memerlukan dukungan pemerintah Indonesia terutama koordinasi dengan BPOM,” ujar Mundel, dalam keterangan pers, Minggu (25/9/2022).
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan akan memfasilitasi bilamana diperlukan koordinasi dengan sejumlah pihak termasuk dengan BPOM untuk pelaksanaan uji klinis di Indonesia.
Menurut Menkes upaya ini sejalan dengan transformasi kesehatan yang sedang dibangun di indonesia, khususnya pilar satu dan pilar enam, yaitu transformasi layanan primer berbasis teknologi informasi dan teknologi kesehatan terkini.
“Berbagai agenda transformasi sistem kesehatan itu sedang dilakukan di Indonesia disertai target-target nyata yang telah dicanangkan,” ucap Menkes Budi.
Selanjutnya akan diagendakan diskusi dengan Deputy Director for TB Delivery di BMGF Dr. Daniel Chin.
Komitmen Indonesia Dalam Mencapai Eliminasi TBC 2030
Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin menyampaikan pentingnya komitmen setiap negara untuk mencapai eliminasi TBC di tahun 2030, termasuk Indonesia.
Keberhasilan dalam penanggulangan pandemi COVID-19 melalui testing (skrining pemeriksaan laboratorium) bisa dijadikan tolak ukur bagaimana meningkatkan cakupan pemeriksaan laboratorium TBC.
“Indonesia saat ini juga memegang kepemimpinan pada Presidensi G20 2022. Salah satu hal yang akan dilakukan ialah memberikan sorotan terhadap usaha Indonesia untuk mengakhiri TBC,” ungkap Menkes.
Berdasarkan hasil Side Event Health Working Group G20 pertama tentang TBC dokumen akan dikeluarkan berupa “Call to Action on Financing for TB Response”. Call to Action merupakan panggilan untuk bertindak, berusaha untuk mempromosikan pembiayaan yang memadai dan berkelanjutan untuk respons TBC dan penelitian TBC melalui mekanisme multilateral, bilateral, dan domestik.
Komitmen Indonesia dalam penanggulangan TBC merupakan perwujudan agenda transformasi kesehatan yang tengah Kemkes lakukan. terutama dalam 3 pillar yaitu pilar transformasi layanan primer, bertujuan untuk meningkatkan deteksi melalui testing dan skrining pemeriksaan laboratorium untuk TBC.
Advertisement
Trasnformasi Layanan Rujukan
Pada pilar transformasi layanan rujukan, diwujudkan melalui pengembangan stratifikasi layanan TBC. Sementara pada pilar transformasi teknologi kesehatan, diwujudkan melalui mengintensifkan pelacakan kasus TB, penelitian dan pengembangan TBC, terutama untuk vaksin TBC baru.
Sementara itu, Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan ada tiga langkah penting yang perlu dilakukan untuk mencapai eliminasi TBC, yaitu: pertama, mendesak negara-negara untuk mengintensifkan upaya untuk memulihkan layanan TBC. Kedua, perlu segera meningkatkan investasi untuk meningkatkan akses ke layanan pencegahan dan perawatan TBC. Ketiga, Meningkatkan pembiayaan publik domestik.
Menteri Kesehatan Afrika Selatan Joe Phaahla mengatakan bahwa TBC merupakan major crisis, maka telah dibuat TBC recovery plan sebagai salah satu langkah praktik. French Ambassador for Global Health Stéphanie Seydoux, menekankan akan pentingnya kolaborasi, komitmen, dan waktu dalam penanggulangan TBC.
Diperkirakan ada 824 Penderita TBC di Indonesia
Kasus Tuberculosis (TBC) di Indonesia diduga ada 824 ribu orang. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meminta 90% dari jumlah itu dapat terdeteksi di tahun 2024.
“Saya minta di 2024 dari 824 ribu penderita TBC itu, sebanyak 90% harus sudah terdeteksi. Kita sekarang ingin strategi surveilansnya yang baik dan benar yaitu berdasarkan by name by address, sama seperti kita dapatkan pasien-pasien COVID-19, dan lakukan itu satu setengah tahun dari sekarang. Di awal 2024 kita harus mendapatkan 824 ribu itu,” ujar Menkes Budi dalam sambutannya secara virtual di acara Indonesia Tuberkulosis – International Meeting (INA – TIME) 2022 ke 4 di Bali, Jumat (9/9).
Semua jajaran Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan dapat bekerja sama dengan asosiasi ahli paru untuk bisa mencapai 90% dari 824 ribu penderita TBC. Menkes Budi juga minta untuk fokus dan memprioritaskan pencarian 824 ribu penderita TBC itu dan mengesampingkan hal lain.
“Jangan tergoda melakukan 100 hal kegiatan lintas sektor lintas atau bikin petunjuk teknis, dan segala macam. Bereskan dahulu 824 ribu itu sampai teridentifikasi,” tegas Menkes.
Dikatakan Menkes Budi, Kemenkes sudah membuat protokol yang baru, kerja sama dengan asosiasi-asosiasi dan organisasi profesi. Bahkan, lanjut Menkes Budi, pihaknya sudah mendorong dana Global Fund agar terealisasi lebih cepat.
“Prinsip penyakit menular adalah kita harus tahu di mana mereka dan kita harus selamatkan mereka itu adalah tugas pertama yang paling prioritas,” tambah Menkes.
Selanjutnya, sebagai upaya pencegahan dan pengobatan maka harus lebih cepat mengetahui jenis varian bakteri TBC yang menyerang seseorang. Hal itu bisa dilakukan dengan alat genome sequencing yang terus dikembangkan dan tengah diupayakan pemerintah untuk bisa mendapatkan tempat pilot projectnya alat tersebut.
Advertisement