Berkreasi dengan <i>Polymer Clay</i>

Dari tanah liat plastik ini dapat dihasilkan boneka animasi, sampel produk, maket, lukisan relief, hingga pernak-pernik dapur. Selain kerajinan, polymer clay bisa dijadikan bisnis.

oleh Liputan6 diperbarui 07 Mar 2003, 19:38 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Hiasan boneka, bunga, liontin, dan bingkai dengan warna-warni cerah menghiasi sejumlah gerai di Ibu Kota. Sepintas, barang-barang kerajinan tangan itu tampak dibuat dari tanah liat. Tapi, jika diteliti lebih jauh, bahan dasarnya ternyata berasal dari tanah liat sintetis yang lebih dikenal dengan nama polymer clay.

Memang sejak dipasarkan setahun silam, permintaan yang datang ke distributor tunggal Polymer Clay di Indonesia meningkat pesat. Apalagi promosi yang dilakukan perusahaan yang berkantor di Jalan H.R Rasuna Said Kav X-0 Lantai 10, Suite 1002, ini lumayan gencar. Ambil contoh, selain memasarkan produknya di toko mainan anak-anak, tanah liat plastik ini juga diperkenalkan pada pelajar sekolah dasar di Jakarta melalui pelajaran prakarya. Untuk lebih mengakrabkan polymer clay, Haryono, sang distributor, juga menyediakan pelatihan bagi para peminat.

Selain untuk kerajinan, sejumlah orang mencium bisnis menggiurkan di balik utak-atik bahan buatan Korea yang diklaim ramah lingkungan ini. Sebab, bahan yang kenyal seperti lilin malam ini dapat direkayasa ke berbagai bentuk. Dari segi keahlian, para pembuat polymer clay bisa mengasah kreativitas, memadukan warna, mereka-reka bentuk, dan juga melatih syaraf motorik. "Menurut saya ini bisnis yang menjanjikan karena [termasuk] barang baru di Indonesia," kata Indra, pemilik kafe yang hobi berkreasi dengan polymer clay. Sebab, kata dia, barang yang dihasilkan bisa dijual.

Apalagi, harga bahan baku maupun biaya kursus umumnya diakui para peminat pelatihan relatif murah. Bahkan, seorang peserta sengaja datang dari Surabaya, Jawa Timur, untuk belajar sekaligus bersiap membuka usaha serupa di Kota Pahlawan itu. Dia yakin bisa sukses di bisnis yang bermula dari hobi ini.

Polymer clay pertama kali ditemukan pada 1930 di Jerman. Semula barang ini dikenal sebagai satu produk plastik bernama polyvinyl chloride atau PVC yang dicampur warna dan bahan kimia lainnya sehingga tidak keras. Kekenyalannya mirip lilin malam dan baru mengeras jika dipanaskan. Pada awalnya, penggunaannya hanya terbatas pada kerajinan tangan yang gampang.

Proses pembuatannya juga tak serumit membuat keramik. Tepatnya, seperti membuat kue. Harus membuat adonan, mencetak, dan membakar di oven rumah tangga. Nah, pada saat membuat adonan itulah, kreasi bentuk dan warna bisa ditumpahkan tuntas. Selanjutnya tinggal memanggang. Soal waktu tergantung bahan yang dipakai. Yang pasti jika terlalu cepat dikeluarkan dari oven, bahannya akan lembek. Sebaliknya, jika terlalu lama dipanggang akan mempengaruhi warna dan menyisakan bau yang tidak sedap.

Proses belajar yang mudah membuat kelas polymer clay ini laris manis diserbu peminat. Mulai dari anak-anak hingga nenek-nenek. Namun, para ibu rumah tangga tercatat paling banyak mengisi waktu senggang dengan membuat berbagai barang dari tanah liat plastik ini.(TNA/Tim Usaha Anda)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya