Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan kerja sama ekonomi yang komprehensif dengan sejumlah negara, termasuk aktif menjajaki Preferential Trade Agreements (PTA) dengan pasar non-tradisional. Salah satu negara potensial yang dibidik adalah Afrika Selatan.
“Dapat dikatakan bahwa saat ini kedua negara sedang menjajaki PTA yang bertujuan untuk membuka peluang pasar. PTA merupakan upaya penguatan industri manufaktur kedua negara, khususnya di sektor peralatan militer, produk makanan olahan, dan pertanian,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, dikutip Senin (26/9/2022).
Advertisement
Pada Kamis (22/9/2022), Menperin Agus mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu dengan Minister of Trade, Industry and Competition Afrika Selatan Ebrahim Patel di sela-sela kegiatan Trade, Industry, and Investment Ministerial Meeting (TIIMM) dalam rangkaian agenda Presidensi G20 Indonesia di Bali.
Pada pertemuan tersebut, Menko Airlangga menyampaikan bahwa transisi energi menuju rendah karbon merupakan aspek penting untuk mencapai ketahanan iklim yang mendukung lingkungan hidup dan penciptaan lapangan pekerjaan.
“Upaya transisi energi Indonesia menuju ramah lingkungan dilakukan melalui berbagai kebijakan nasional seperti penggunaan kendaraan berbasis listrik dengan mendukung pengembangan baterai EV yang didukung oleh bahan baku seperti Nikel yang dimiliki Indonesia,” tuturnya.
Afrika Selatan sendiri memiliki kerja sama Just Energy Transition Partnership dengan Prancis, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat.
Pengalaman tersebut dapat dipelajari dan best practice bagi Indonesia dalam menemukan model yang sesuai untuk menangani isu perubahan iklim di Indonesia.
“Pertemuan ini dalam rangka menjajaki peluang yang dapat dikerjasamakan secara konkret antara kedua negara, khususnya di bidang-bidang yang menjadi perhatian dan potensi bersama,” ujar Ebrahim Patel.
Ekspor
Menperin menambahkan, Indonesia dan Afrika Selatan sama-sama kaya akan produk mineral dan logam mulia.
“Kami mencoba untuk secara moderat menerapkan kontrol terhadap ekspor, terutama ekspor bahan baku, dengan harapan dapat mendorong hilirisasi produk mineral tersebut menjadi produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi,” paparnya.
Melalui kebijakan hilirisasi nikel misalnya, telah berhasil mendorong tumbuhnya smelter berbasis nikel, yang menghasilkan produk NPI/FeNi sehingga meningkatkan kapasitas dalam pengembangan industri stainless steel.
“Enam tahun lalu, ekspor kita dari nikel hanya USD1,1 miliar. Sedangkan, di tahun 2021 sudah mencapai USD20,9 miliar. Lompatan nilai tambahnya hingga 19 kali,” ungkap Agus.
Selain kerja sama energi dan pertambangan, juga disinggung potensi kerja sama halal dan industri otomotif beserta komponennya.
Pada pertemuan tersebut, kedua pihak sepakat untuk berbagi pengalaman dan menciptakan peluang kerja sama serta melanjutkan komunikasi secara reguler. Dilakukan juga work with local industry agar tercipta nilai investasi yang seimbang.
Investasi Afrika Selatan di Indonesia selama tahun 2021 sebesar USD1,46 juta dengan total 14 proyek. Sementara itu, total perdagangan nonmigas Indonesia dengan Afrika Selatan pada tahun 2021 mencapai USD2,8 miliar atau meningkat 122% dibandingkan tahun 2020 (USD1,3 miliar).
Advertisement
Indonesia dan Afrika Selatan Janjian Bangun Industri Hijau Rendah Karbon
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menyampaikan transisi energi menuju rendah karbon merupakan aspek penting untuk mencapai ketahanan iklim. Hal ini mendukung lingkungan hidup dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan.
Saat ini, Afrika Selatan memiliki kerja sama Just Energy Transition Partnership dengan Prancis, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat. Pengalaman tersebut dapat dipelajari dan best practice bagi Indonesia dalam menemukan model yang sesuai untuk menangani isu perubahan iklim di Indonesia.
Hal itu disampaikan Menko Airlangga Hartarto dalam kegiatan G20 Trade, Industry, and Investment Ministerial Meeting bertemu dengan Minister of Trade, Industry and Competition Afrika Selatan Ebrahim Patel, Jumat (23/9/2022).
“Teknologi seperti Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) termasuk mekanisme pendanaannya perlu didorong dan memberikan dampak signifikan bagi kedua negara,” kata Menko Airlangga.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Ebrahim Patel yakni Duta Besar Afrika Selatan untuk WTO, mengatakan pertemuan ini dalam rangka menjajaki peluang yang dapat dikerjasamakan secara konkret antara kedua negara, khususnya di bidang-bidang yang menjadi perhatian dan potensi bersama.
Dalam pertemuan keduanya telah membahas berbagai aspek kerjasama yang potensial termasuk minerba dan upaya melepas ketergantungan pada fossil fuel sesuai kesepakatan global dalam rangka pengurangan emisi gas buang guna mengurangi dampak perubahan iklim.