Sri Mulyani Prediksi Banyak Negara Resesi di 2023

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap tingkat pertumbuhan ekonomi banyak negara mulai melemah.

oleh Arief Rahman H diperbarui 26 Sep 2022, 17:30 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengikuti rapat dengan Komite IV DPD RI di Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (25/8/2022). Rapat tersebut membahas RUU APBN tahun anggaran 2023. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap tingkat pertumbuhan ekonomi banyak negara mulai melemah. Pelemahan ini terjadi sejak kuartal II 2022.

Atas kondisi demikian, sejumlah negara diprediksi mengalami resesi di 2023. Alasannya, tren pelemahan pertumbuhan ekonomi sejak kuartla II, akan terus terjadi hingga akhir tahun 2022.

"Tren terjadinya peelemahan sudah terlihat mulai Q2 di berbagai negara dan akan semakin dalam pada Q3 dan Q4, sehinga prediksi mengenai pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan termasuk kemungkinan terjadi resesi mulai muncul," ungkapnya dalam konferensi pers APBN KITA, Senin (26/9/2022).

Dalam situasi ekonomi global yang tengah bergejolak sampai Agustus 2022, Indonesia mencatatkan pertumbuhan positif di kuartal II 2022. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,4 persen.

"Kita lihat hampir semua negara kondisi pertumbuhan kuartal II-nya melemah dibanding kuartal I secara sangat ekstrem," ujarnya.

Misalnya, China dan Amerika Serikat yang mengalami koreksi. Ditambah Inggris dan beberpaa negara lainnya yang mengalami koreksi pertumbuhan ekonomi. Tren ini diprediksi masih berlanjut di kuartal III dan Kuartal IV tahun 2022.

 


PDB Indonesia

Pemandangan gedung-gedung bertingkat di Ibukota Jakarta, Sabtu (14/1). Hal tersebut tercermin dari perbaikan harga komoditas di pasar global. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Dari sisi PDB ia mengungkap Indonesia jadi salah satu negara yang telah menyentuh 7,1 persen diatas level sebelum pandemi. Artinya, sudah ada tanda pemulihan dari dampak oandemi Covid-19.

"Negara-negara yang lebih tinggi dari kita hanya China, Vietnam dari ASEAN 6 dan G20. Yang lain juga relatif sudah recover, tapi masih banyak yaang negaranya masih pada level sama atau hanya sedikit lebih baik dari kondisi pra pandemi,"terangnya.

Hal yang lebih buruk dihadapi oleh Meksiko dan Thailand. Dimana posisi PDB nya masih berada di bawah level sebelum pandemi.

"Bahkan Meksiko, Thailand dan Jepang, GDP levelnya hari in masih dibawah pre pandemi level. Artinya GDP sekarang masih lebih rendah dibandingkan tahun 2019 sebelum pandemi terjadi. Jadi artinya mereka sama sekalibelum pulih," ujar dia.

 


Lebih Baik di G20

Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai kalau Indonesia ternyata lebih baik dari negara di ASEAN dan bahkan negara G20 sekalipun. Pernyataan ini berdasarkan prestasi yang dicapai Indonesia pasca pandemi.

Sri Mulyani mengungkap, prestasi itu adalah perolehan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang bisa menyentuh level normal seperti sebelum pandemi. Capaian ini diperoleh pada 2021.

Menurutnya, prestasi ini hanya bisa didapat oleh segelintir negara saja di dunia, salah satunya Indonesia. Dimana, banyak negara G20 dan ASEAN, dan negara lainnya belum mampu memulihkan PDB-nya.

"Kita termasuk negara sedikit negara yang pada tahun 2021 tahun lalu, sudah bisa GDP-nya, ekonominya melewati masa pre-pandemic, yaitu 2019, bahkan pertengahan tahun, itu luar biasa," kata dia dalam Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Tahun 2022, di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Kamis (22/9/2022).

"Banyak negara kalau kita bicara ASEAN, G20, atau negara lain di luar negara G20 atau ASEAN banyak yang bahkan sampai hari ini belum mencapai atau pulih ekonominya melewati kondisi pre pandemic," tambah bendahara negara.

Prestasi ini, menurutnya, tak terlepas dari peran dari Kementerian dan Lembaga, serta para kepala daerah dalam mengelola anggaran yang didapatkannya. Sehingga, mampu mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.

Kebijakan yang diambil saat pandemi Covid-19 adalah banyaknya realokasi anggaran untuk menangani pandemi. Disamping, sambil berusaha untuk memulihkan ekonomi yang sempat terpukul.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya