Liputan6.com, Kryvyi- Seorang warga Ukraina penyintas Holocaust, Roman Gerstein, menanggapi invasi Kremlin dengan mengatakan: “Tidak ada Nazi di sini.”
Pendukung Presiden Rusia Vladimir Putin merasa, dugaan Ukraina atas "genosida” terhadap warga berbahasa Rusia di wilayah timur Ukraina setara dengan tindakan Nazi di Jerman. Menurut mereka, dibutuhkan 'de-Nazifikasi' atau proses menghilangkan pengaruh Nazi dari kehidupan masyarakat.
Advertisement
Namun, Gerstein tidak menerima hal itu.
"Saya adalah salah satu dari orang yang dievakuasi dua kali dari Chernobyl," kata Gerstein saat diwawancarai di Kryvyi Rig, Ukraina tengah seperti dikutip dari Japan Times, Selasa (27/9/2022).
Pertama kali Gerstein melarikan diri adalah ketika Nazi menduduki kampung halamannya di Chernobyl pada 1941. Kemudian, katanya, yang kedua adalah 45 tahun setelahnya pada 1986, saat kota itu dilanda insiden nuklir terburuk di dunia.
Saat Gerstein berusia 2 tahun, pada 1939, ayahnya membawa keluarganya ke sebuah kapal menuju Kiev untuk melarikan diri dari Nazi kemudian dilanjutkan ke Tajikistan menggunakan kereta. Lalu, ketika mereka kembali ke Chernobyl, mereka menemukan bahwa komunitas Yahudi sudah tidak ada lagi.
“Mereka kini beristirahat untuk selamanya di bawah tanah. Ada tujuh ratus orang yang terdiri dari wanita, anak-anak, serta orang tua," katanya.
Selain Gerstein, ada Lyubov Petukhova yang sempat melarikan diri bersama keluarganya dari wilayah Vinnytsia ke Uzbekistan.
Petukhoba menuturkan, di desa asalnya di Botvyno, semua orang Yahudi yang tersisa disiksa dan dibunuh.
Gerstein dan Petukhova adalah dua orang yang tersisa dari komunitas Yahudi yang ada di Ukraina yang telah mengalami sejarah pogrom, Holocaust, dan pembersihan komunis.
Membenarkan Invasi Rusia
Orang-orang Yahudi di Ukraina hampir sepenuhnya tersingkir selama Holocaust, di mana Nazi membunuh total 6 juta orang Yahudi Eropa.
Sebuah studi oleh Hebrew University of Jerusalem pada 2019 menyimpulkan bahwa hanya ada sekitar 48.000 – 140.000 orang Yahudi yang tersisa di seluruh negeri.
Seorang penyintas Holocaust lainnya, Felix Mamut, menceritakan kembali bagaimana sebelum Perang Dunia II, keluarga besarnya yang termasuk nenek buyutnya, 16 anaknya, dan cicitnya terbunuh di jurang Babyn Yar, lokasi pembantaian tahun 1941 di mana Nazi mengeksekusi lebih dari 30.000 orang Yahudi.
Antara 1941-1944 sekitar 1,5 juta orang Yahudi Ukraina dibantai, kebanyakan dengan cara ditembak, oleh Nazi yang kadang dibantu oleh klaborator lokal.
“Tetapi, kami tidak tahu jumlah mereka,” kata Anton Drobovych, direktur National Institute of Memory.
Sebaliknya, sekitar 2-3 juta tentara Ukraina yang bertempur, tewas bersama pasukan Tentara Merah saat perang berlangsung.
Menurut Drobovych, tidak masuk akal jika Moskow menyebut Ukraina sebagai negara Nazi. Menrutnya, ini adalah “penulisan ulang sejarah” yang bertujuan untuk menodai ingatan pada korban dan membernarkan invasi yang dilakukan Rusia.
“Hal tersebut sangat ironis, karena setelah Perang Dunia II, orang-orang Yahudi di Uni Soviet—di mana Ukraina adalah bagian dari Soviet—masih harus mengadapi kebijakan anti-smitisme di Uni Soviet,” tambahnya.
Advertisement
Putin Lebih Buruk Dari Hitler
Felix Mamut, mengingat dengan jelas era penganiayaan Soviet.
Ia mengingat bagaimana dirinya terancam oleh gerakan pembersihan anti-Yahudi, dan karenanya ia kembali tergesa-gesa ke Ukraina, kata Mamut.
Gerstein juga ingat jelas bagaimana saudara laki-laki dan perempuannya dilarang mengikuti pendidikan tinggi karena nama mereka meskipun nilai akademis mereka sangat baik.
Namun, sejak Ukraina merdeka, situasinya membaik, katanya.
“Selama era Soviet, diskriminasi sangat besar, tetapi kemudian itu tidak ada lagi,” kata Gerstein.
“Anda hanya perlu melihat siapa presiden kami untuk memahaminya,” tambahnya, merujuk Presiden Volodymyr Zelensky.
“Tidak ada Nazi di Ukraina,” Lyubov Petukhova menegaskan.
Sementara itu, Gerstein mengecam Putin sebagai “Nazi”, yang bahkan lebih buruk dari Hitler.
Setelah tujuh bulan invasi Rusia ke Ukraina, Putin dikenal dengan citranya yang seperti itu.
Ditambah dengan ditemukannya kuburan massal di Bucha, Irpin, dan Izyum Liron Ederi bahkan membuat perbandingan antara kekejaman Rusia dan Holocaust.
Mirip Concentration Camps Milik Nazi
Berbicara soal Putin atas invasi Rusia terhadap Ukraina, otoritas di Ukraina beberapa waktu lalu melakukan pencarian terhadap para korban pembantaian invasi Rusia di hutan yang berlokasi dengan Bucha. Beberapa jenazah ditemukan dengan posisi tangan terikat di punggung.
Menurut laporan AP News, Selasa (14/6/2022), para pekerja memakai baju hazmat dan masker ketika mereka menggali jenazah-jenazah di tanah hutan, serta menandai tiap sesi dengan tanda-tanda bernomor di permukaan. Jenazah-jenazah yang ditemukan itu ditutupi kain dan tanah, serta mengundang lalat.
Kepala polisi regional Kiev, Andriy Nebytov, berkata para korban disiksa.
"Tangan-tangan diikat di punggung dengan lakban menunjukkan bahwa orang-orang itu ditahan untuk waktu yang lama dan (musuh) mencoba mendapatkan informasi dari mereka," ucap Andriy Nebytov.
Pada Senin (13/6), Nebytov berkata menemukan jenazah tujuh orang warga sipil. Dua jenazah dalam posisi tangan terikat dan ada luka tembakan di lutut dan kepala.
Sejak mundurnya pasukan Rusia dari wilayah tersebut di akhir Maret 2022, pihak berwajib di Ukraina berkata telah menemukan 1.316 jenazah. Banyak di antara mereka ada di kuburan massal di hutan.
12 Ribu Korban
Kepolisian Ukraina melaksanakan investigasi atas tewasnya 12 ribu orang Ukraina sejak Rusia menyerang pada 24 Februari 2022.
Kepala kepolisian nasional Ukraina, Igor Klimenko, berkata bahwa investigasi kriminal dilakukan untuk para korban, termasuk bagi para korban yang ditemukan di kuburan massal. Klimenko mengungkap pembunuhan massal juga dilakukan oleh penembak jitu yang menembak dari tank dan kendaraan lapis baja.
Korban ditemukan terbaring di jalanan, rumah, serta kuburan massal. Namun, Klimenko tidak menyebut spesifik dari 12 ribu itu ada berapa yang dari sipil dan militer.
Presiden Ukraina Volodymr Zelensky yang merupakan orang Yahudi dan kehilangan keluarga pada saat Holocaust berkata tindakan Rusia mirip dengan aksi Nazi.
"Mengapa ini terjadi di 2022? Ini bukan 1940-an. Bagaimana bisa pembunuhan massal, penyiksaan, kota-kota terbakar, dan filtration camps yang didirikan oleh militer Rusia di daerah yang dijajah mirip concentration camps milik Nazi malah jadi nyata?" ujar Presiden Zelensky.
Advertisement