Liputan6.com, Jakarta - Maulid nabi atau kelahiran Nabi Muhammad SAW diiringi dengan berbagai peristiwa penting. Salah satunya yakni serangan pasukan Abrahah, yang membuat tahun itu disebut sebagai tahun Gajah.
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Jika dikonversikan ke kalender Masehi, maka tahun tersebut 570 M, beberapa lainnya menyebut 571 M.
Tahun kelahiran Nabi disebut tahun gajah karena pasukan yang dipimpin Abrahah adalah pasukan Gajah. Diyakini, Abrahah berasal dari Yaman, yang kala itu merupakan wilayah taklukan Habsyah (Ethiopia).
Alkisah, Abrahah iri dengan status Ka'bah yang jadi tujuan ibadah haji. Itu sebab, dia kemudian mendirikan al-Qullais di Shan’a, Yaman untuk menandingi Ka'bah. Bukannya direspons dengan baik, masyarakat justru banyak mencela.
Baca Juga
Advertisement
Karena itu, dia makin marah dan bertekad menghancurkan Ka'bah. Abrahan kemudian memimpin pasukan gajah dengan kekuatan spektakuler.
Di Yaman, dia sempat dihentikan oleh tetua dan bangsawan dan orang-orangnya. Namun, dengan mudah mereka ditaklukannya.
Begitu pula dalam perjalanan, banyak pemuka suku atau bani yang hendak menghentikannya. Namun, semuanya tak kuasa melawan kekuatan besar pasukan Abrahah.
Sesampai di batas kota, Abrahah menyuruh pasukannya merampas harta Bani Quraisy, termasuk ratusan unta milik kakek Abdul Muthalib. Belakangan, setelah bertemu langsung dan melewati lobi-lobi penting, harta tersebut dikembalikan.
Abrahah berkilah, dia tak hendak bertempur. Tujuannya yakni untuk menghancurkan Ka'bah.
Sadar kekuatan Suku Arab tak sebanding dengan pasukan Abrahah, Abdul Muthalib memerintahkan agar seluruh penduduk Makkah mengungsi ke perbukitan. Ka'bah diserahkan kepada kehendak Allah SWT.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Burung Ababil Hancurkan Pasukan Gajah Abrahah
Di pengungsian itu, mereka berdoa agar Allah SWT mengalahkan tentara Abrahah. Sebab, saat itu tiada kekuatan lain yang bisa menandingi pasukan gajah Abrahah.
Dalam berbagai riwayat, Abdul Muhtallib memegangi rantai pintu Ka’bah sembari bersenandung:
لَاهُمَّ إِنَّ الْعَبْدَ يَمْنَعُ - رَحْلَهُ فَامْنَعْ حِلَالَكْ
لَا يَغْلِبَنَّ صَلِيبُهُمْ - وَمِحَالُهُمْ غَدْوًا مِحَالَكْ
إِنْ كَنْتَ تَارِكَهُمْ وَ - قِبْلتَنَا فَأَمْرٌ مَا بَدَا لَكْ
Artinya, “Bukan mereka, sesungguhnya ada hamba yang mencegah untanya, maka cegahlah tanah suci-Mu. Salib dan tipu daya mereka tidak dapat mengalahkan tipu daya-Mu esok. Jika Engkau hendak membiarkan mereka dan kiblat kami, perintahkanlah yang semestinya Engkau perintahkan.”
Lalu, Abdul Muthallib melepaskan mata rantai pintu Ka’bah dan ikut naik ke puncak gunung bersama orang Quraisy lainnya. Tatkala pasukan Abrahah sampai, hampir menyentuh Ka’bah, tiba-tiba pasukan gajah yang mereka bawa mogok tak mau maju.
Ketika dipaksa, gajah-gajah perkasa itu tak bergeming. Gajah itu selalu mundur dan tampak ingin kembali ke arah Yaman.
Detik-detik berikutnya adalah kehancuran pasukan Abrahah. Allah SWT mengutus burung-burung Ababil dari arah laut yang bentuknya seperti burung layang-layang hitam dan burung jalak.
Masing-masing dari mereka membawa tiga butir batu kecil seukuran biji kacang, dua batu di kaki dan satu di paruh.
Siapapun yang terkena batu itu langsung binasa. Pasukan Abrahah segera hancur, binasa oleh batu-batu kecil yang menimpanya. Peristiwa ini diabadikan dalam al-Qur’an surat Al-Fîl.
Menurut riwayat paling sahih, peristiwa ini terjadi pada Muharram, bertepatan dengan Februari tahun 570 M. Tepat setelah 50 hari setelah itu, lahir Nabi Muhammad SAW.
Advertisement