Liputan6.com, Jakarta - Ratu kecantikan Myanmar, Han Lay, yang berlindung di Thailand setelah mengkritik junta militer yang berkuasa di negara asalnya, kini bisa bernapas lumayan lega. Lay mengatakan pada CNN, seperti dilansir Selasa (27/9/2022), bahwa ia sekarang "aman" di tangan pejabat PBB setelah menghadapi ancaman deportasi.
Han terancam dikirim kembali ke Myanmar setelah pejabat Thailand menghentikannya di Bandara Internasional Suvarnabhumi di Bangkok pada Rabu, 21 September 2022, karena paspornya bermasalah. Ia telah berada dalam limbo sejak itu, tapi sekarang telah mendapat status pengungsi dan akan mencari suaka di Kanada.
Baca Juga
Advertisement
"Saya aman dengan UNHCR (badan PBB untuk pengungsi) sekarang. Mereka mengusahakan yang terbaik untuk saya. Tapi, saya tidak bisa mengatakan apa-apa lagi untuk saat ini sampai proses dengan UNHCR dan pejabat imigrasi Thailand selesai," katanya.
Han, yang dihentikan di bandara setelah kembali dari perjalanan ke Vietnam, menambahkan bahwa ia senang berada di Thailand dan ingin tetap tinggal di negara itu. "Ini sudah seperti rumah kedua saya," katanya.
Sebuah sumber keamanan mengatakan pada Bangkok Post bahwa pemilik nama asli Thaw Nandar Aung ini akan meninggalkan Thailand dengan penerbangan Korean Air KE652 pada Selasa (27/9/2022). Miss Grand International Myanmar 2020 akan singgah di Bandara Incheon Korea Selatan untuk transit cepat.
Ia kemudian meneruskan perjalanan dengan penerbangan KE073 menuju Toronto, Kanada pada Selasa malam. Melansir Thai BPS World, Mayor Jenderal Pol Archayon Kraithong, juru bicara biro imigrasi Thailand, sebelumnya mengatakan bahwa Han Lay tidak memiliki paspor atau dokumen resmi apapun yang setara dengan paspor.
Pidato Kontroversi
Semula beredar kabar bahwa Han Lay ditolak masuk ke Thailand karena diduga jadi buronan Interpol. Tapi, terungkap kemudian bahwa junta di Myanmar telah mencabut paspornya, lapor Bangkok Post.
Itu diyakini sebagai pembalasan atas pidato kontroversi Han selama kontes Miss Grand International 2020 yang diadakan di Bangkok, Maret tahun lalu. Sebagaimana diketahui, Han telah menyerukan bantuan mendesak bagi rakyat Myanmar dalam sebuah pidato menyentuh yang menarik perhatian publik internasional.
Saat itu, organisasi Miss Grand International mengatur agar Han tinggal di Thailand selama tiga bulan untuk memastikan keselamatannya daripada kembali ke Myanmar. Terkait kondisi terkini Han tertahan di bandara, organisasi kontes kecantikan itu dan para aktivis telah mendesak pihak berwenang Thailand untuk tidak mendeportasi perempuan berusia 23 tahun tersebut kembali ke negaranya.
Han ditolak masuk Biro Imigrasi Thailand, meski ia telah berlindung di negara itu selama setahun terakhir. Dalam sebuah unggahan di halaman Facebook-nya, Jumat, 23 September 2022, Han mengatakan, ia takut polisi Myanmar akan datang dan menjemputnya di bandara.
Advertisement
Inisiasi Menggalang Dana
Han Lay dan manajernya mengatakan bahwa ia adalah subjek pemberitahuan merah Interpol, tingkat kewaspadaan tertinggi bagi seorang individu. Polisi Thailand dan Biro Imigrasi negara itu telah menolak berkomentar terkait hal tersebut.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan bahwa kebijakannya tidak untuk mengonfirmasi kasus individu. Phil Robertson dari Human Rights Watch mengatakan di Twitter bahwa pemerintah Thailand dipimpin Aung San Suu Kyi.
"Saya ingin mengatakan dari sini pada dunia: tolong dukung rakyat Myanmar," katanya kepada outlet berita lokal. "Begitu banyak orang meninggal di Myanmar oleh senjata militer. Tolong selamatkan kami."
Myanmar telah berada dalam kekacauan sejak kudeta tahun lalu, dengan junta berjuang memadamkan perlawanan terhadap kekuasaannya. Sebuah tindakan keras militer terhadap perbedaan pendapat telah menyebabkan lebih dari 2.300 warga sipil tewas, menurut kelompok pemantau lokal. Junta menyebutkan jumlah korban sipil hampir 3.900 orang.
Sementara, panggung Miss Miss Grand International bukan tempat pertama Han berusaha meningkatkan kesadaran tentang kekerasan di Myanmar. Dalam unggahan di akun Instagram-nya, ia juga sempat membagikan insiasi penggalangan dana untuk Gerakan Pembangkangan Sipil Myanmar, Civil Disobedience Movement (CDM), yang memimpin protes tanpa kekerasan terhadap pemerintahan militer.
Angkat Suara
Han Lay juga berbagi penghormatan pada mereka yang meninggal dunia, dan mengunggah informasi tentang penangkapan demonstran, termasuk beberapa rekan mahasiswa satu almamater di Universitas Yangon. Menurut laporan Thai PBS World, Han Lay adalah seorang mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Yangon di Myanmar.
Ia juga dikenal sebagai model profesional dan atlet basket, serta menguasai Bahasa Inggris dan Mandarin. Selama mengikuti Miss Grand International 2020, Han kerap berbicara untuk orang-orang Myanmar melalui media sosial dan menyerukan bantuan pada komunitas internasional.
Dalam kompetisi itu, Han mengenakan kostum nasional Myanmar bertajuk "Goddess of Peace" atau Dewi Perdamaian. Lewat busana itu, ia berharap Dewi Perdamaian dapat membantu negara itu mengakhiri krisis.
Dalam unggahan di Instagram pada 29 Maret 2021, Han memperlihatkan potretnya bersama Presiden Miss Grand International, Nawat Itsaragrisil, dan mengucapkan terima kasih atas keramahannya. Wanita asal Myanmar itu merujuk pada kesempatan untuk mengemukakan situasi di negaranya di ajang tersebut.
Advertisement