Liputan6.com, Jakarta - PT Indosat Tbk (ISAT) melakukan penandatanganan perjanjian dengan PT Aplikasinusa Lintasarta terkait penyediaan jaringan Very Small Aperture Terminal (VSAT) pada Desa Non 3T (tertinggal, terdepan dan Terluar), yang disewakan oleh Lintasarta bagi perseroan.
Dalam rangka pemenuhan kewajiban regulasi Perseroan berdasarkan izin-izin Perseroan yang terkait, perseroan mulanya harus membangun jaringan telekomunikasi di 1.023 lokasi untuk mendukung program Non 3T Pemerintah. Di mana 411 lokasi di antaranya memerlukan perangkat dan layanan VSAT.
Advertisement
Namun, karena telah ada perjanjian kerangka antara perseroan dan Lintasarta, perseroan dan Lintasarta menandatangani perubahan terhadap perjanjian kerangka tersebut untuk menambah ketentuan penyediaan perangkat dan layanan VSAT. Transaksi ini berlangsung pada 22 September 2022 senilai Rp 133,58 miliar.
"Kerjasama dengan Lintasarta diharapkan dapat membantu Perseroan memenuhi kewajiban regulasi perseroan berdasarkan izin-izin Perseroan yang terkait,” tulis Direktur Utama Indosat Ooredoo, Vikram Sinha, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (27/9/2022).
Lintasarta sendiri merupakan anak perusahaan dari perseroan yang memiliki kegiatan usaha dalam bidang penyediaan komunikasi data, internet dan IT Services untuk berbagai sektor industri. Dengan kata lain, perseroan adalah pemegang saham mayoritas dari Lintasarta ketika transaksi afiliasi terjadi, sehingga transaksi ini termasuk dalam transaksi afiliasi.
Meneropong Prospek Indosat Ooredoo Hutchison Usai Merger
Sebelumnya, PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) optimistis penggabungan usaha atau merger akan berdampak positif utamanya bagi brand IM3 milik Indosat dan 3 milik Hutchison.
President Director & CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha mengatakan, baik IM3 maupun 3 merupakan dua provider telekomunikasi yang saling melengkapi. Sehingga bergabungnya kedua perusahaan yang menaunginya akan memperkaya dari sisi pengguna.
"Merk IM3 dan 3 sangat saling melengkapi. Jadi, keuntungan pertama yang bisa dirasakan dari merger adalah basis pelanggan kami yang tercatat lebih dari 96 juta pelanggan pada semester I 2022,” kata Vikram dalam paparan publik perseroan, Kamis, 18 Agustus 2022.
Jumlah pelanggan selular itu naik 59,7 persen dibanding semester I 2021 sebesar 60,3 juta pelanggan. Rata-rata pendapatan bulanan per pelanggan (ARPU) untuk pelanggan seluler pada semester I 2022 adalah sebesar Rp 33,5 ribu, turun 1,3 persen dibandingkan semester I 2021.
Dari sisi jaringan, perseroan menargetkan untuk bisa mengintegrasikan 43 ribu jaringan usai merger. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan pelayanan lebih baik bagi pelanggan perseroan.
Director and Chief Regulatory Officer, Muhammad Danny Buldansyah mengatakan, saat ini sudah lebih dari 12 ribu jaringan telah terintegrasi. Sisanya akan dikebut pada akhir tahun ini atau paling lambat kuartal I 2023.
"Kalau dilihat dari plan atau rencana awal ini sebetulnya selesai dalam waktu 2 tahun. Tapi kita melakukan percepatan yang luar biasa sehingga bisa terjadi 12 ribu site sampai saat ini. Dan kami yakin bahwa target kami sampai akhir tahun ini sudah sebagian besar akan terintegrasi pada 2022,” kata dia.
Seiring rampungnya integrasi jaringan, Danny mengatakan, berdampak positif terhadap operasional di mana coverage menjadi lebih luas. Di saat bersamaan, kualitas jaringan juga akan menjadi lebih baik sehingga bisa menciptakan customer experience yang lebih baik.
Advertisement
Biang Kerok Laba Indosat Turun 41,7 Persen pada Semester I 2022
Sebelumnya, PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 50,3 persen menjadi Rp 22,53 triliun dari Rp 14,98 triliun pada semester I 2021. Sayangnya, raihan itu tak berbanding lurus dengan perolehan laba perseroan.
Pada semester I 2022, Indosat mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 41,75 persen menjadi Rp 3,26 triliun dari Rp 5,6 triliun pada semester I 2021. Sehingga laba per saham dasar menjadi Rp 406,57 dari sebelumnya Rp 1.030.
Director & Chief Financial Officer IOH, Nicky Lee menjelaskan, ada beberapa hal yang berkontribusi terhadap laba bersih perseroan pada semester I 2021. Salah satunya penjualan dan sewa menara yang tercatat menyumbang Rp 6,17 triliun. Sementara untuk tahun ini tidak ada transaksi serupa yang dicatatkan, sehingga ada selisih signifikan.
"Jadi ada pendapatan dari jual dan sewa balik menara yang sangat besar, yang hanya terjadi sekali. Dan pada paruh pertama 2022, kami berhasil menyelesaikan aliansi kami membentuk usaha patungan pada bisnis Data Center dengan grup BDX. Sehingga membantu berkontribusi untuk pendapatan," ujar Nicky dalam paparan publik perseroan, Kamis, 18 Agustus 2022.
Kinerja Perseroan
Mengutip laporan keuangan perseroan, pada semester I 2021 Indosat mencatatkan keuntungan dari jual dan sewa menara senilai RP 6,17 triliun, maka pada semester I 2022 perseroan mencatatkan keuntungan yang dialokasikan dengan hilangnya pengendalian atas entitas anak sebesar Rp 3,58 triliun. Dengan asumsi dua transaksi itu tidak terjadi, Nicky mengatakan laba bersih perseroan tercatat masih tumbuh.
"Jika anda kembali melihat jumlah yang sebenarnya, tidak termasuk item yang terjadi satu kali namun signifikan, anda lihat sebenarnya ada pertumbuhan yang cukup baik dari tahun ke tahun,” kata dia.
Adapun laba usaha perseroan pada semester I 2021 tercatat sebesar Rp 7,07 triliun. Dengan asumsi keuntungan jual dan sewa menara sebesar Rp 6,17 triliun tidak dicatatkan, laba usaha akan menjadi Rp 906,53 miliar. Sementara laba usaha pada semester II 20222 tercatat sebesar Rp 6,1 triliun.
Dengan asumsi keuntungan yang diasosiasikan dengan hilangnya pengendalian atas entitas anak sebesar Rp 3,6 triliun tidak dicatatkan, maka laba usaha menjadi Rp 2,52 triliun.
Advertisement