Liputan6.com, Jakarta Jantung telah menjadi salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia. Menjaga jantung pun jadi kewajiban yang harus dilakukan jikalau Anda memang ingin hidup sehat dan panjang umur hingga kelak.
Namun, beberapa orang termasuk Anda mungkin belum mengetahui bagaimana cara menjaga jantung agar senantiasa sehat. Lalu sebenarnya apa sih yang perlu dilakukan untuk membuat jantung sehat?
Advertisement
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan kardiovaskular dari RS EMC Pulomas, Didi Kurniadhi mengungkapkan bahwa cara paling mudah untuk menjaga jantung agar tetap sehat adalah dengan melakukan skrining faktor risiko.
"Kalau kita ketemu misalnya, 'Oh ternyata kolesterol saya tinggi, ternyata ayah saya menderita jantung koroner di usia muda'. Kemudian ternyata badan saya termasuk sedentary life, jadi jarang aktivitas fisik, makan tinggi lemak, maka kita masuk dalam kelompok berisiko," ujar Didi dalam acara Healthy Monday bersama Liputan6.com dan EMC Healthcare ditulis Selasa, (27/9/2022).
"Nah, orang-orang yang mempunyai faktor risiko ini harus melakukan penanganan dari sedini mungkin. Jadi jangan nunggu nanti keburu sakit. Kontrol faktor risiko tersebut sebaik mungkin dan sesuai dengan target," tambahnya.
Didi menjelaskan, mengontrol faktor risiko tersebut menjadi upaya pencegahan utama dari terjadinya penyakit jantung. Terlebih, saat sudah memahami apa yang jadi faktor risiko, Anda kemungkinan besar jadi lebih paham hal apa yang harus dilakukan setelahnya untuk mencegah agar tidak terkena penyakit jantung.
Misalnya, merokok jadi salah satu faktor risiko penyakit jantung. Maka, untuk menjaga jantung agar tetap sehat, merokok perlu untuk dihindari.
Memahami Faktor Risiko Penyakit Jantung
Dalam kesempatan yang sama, turut hadir dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan kardiologi intervensi, Aron Husink. Aron menjelaskan, penyakit jantung merupakan penyakit yang irreversible atau tidak bisa diubah.
"Tentu kita enggak mau itu (penyakit jantung) terjadi, karena sekali terjadi, enggak bisa di reversible. Jadi lebih baik mencegah daripada mengobati," ujar Aron.
"Rajin-rajin untuk mengecek apakah kita punya faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan kita mengalami penyempitan pembuluh darah jantung koroner," tambahnya.
Aron menjelaskan, faktor risikonya adalah keturunan atau genetik, kebiasaan merokok, kolesterol tinggi, diabetes, atau hipertensi. Apabila ada, pasien diwajibkan untuk mengobati atau menghindari faktor risiko tersebut secara baik.
"Itu semua apabila ada harus diobati dengan baik. Agar supaya tidak masuk ke kondisi irreversible yaitu kondisi penyakit jantung koroner," kata Aron.
Advertisement
Kalau Sudah Terkena, Harus Gimana?
Lebih lanjut Aron mengungkapkan bahwa bila sudah terkena penyakit jantung, maka pasien bukan berarti diam dan tidak melakukan apapun. Hal tersebut lantaran penyakit jantung dapat naik level ke tingkat yang lebih tinggi sehingga perlu dicegah.
"Nah kalau memang beberapa orang terlanjur punya, sudah ada penyempitan, bukan berarti kita enggak bisa ngapa-ngapain lagi. Kalau kita biarkan, akan masuk ke kondisi yang lebih berat lagi yaitu gagal jantung, lemah jantung," kata Aron.
Sehingga menurut Aron, jikalau memang penyakit jantung sudah terdeteksi sejak awal, maka pasien dianjurkan untuk rajin memeriksakan diri dan minum obat sesuai dengan anjuran dokter.
Saat faktor risiko pasien pun sudah terkontrol dan tindakan perbaikan untuk jantung sudah dilakukan, sebaiknya pasien juga harus tetap menghindari untuk berpikir bahwa dirinya sudah bebas.
"Apakah kita bisa bebas? Berhenti minum obat? Tentunya tidak, karena faktor-faktor yang membuat kita mengalami penyempitan pembuluh darah, dinding pembuluh darah kita yang bertahun-tahun rusak itu meski sudah dibuka dan mengalir kembali, dindingnya tetap tidak bagus," kata Aron.
Mengenali Tanda Awal Penyakit Jantung
Selanjutnya, Didi mengungkapkan bahwa penyakit jantung juga sebenarnya memiliki tanda awal yang dapat disadari oleh pasiennya. Menurut Didi, ada tanda khas dari serangan jantung. Biasanya tanda tersebut adalah nyeri pada bagian dada.
"Paling khas itu biasanya nyeri dada, rasa seperti tertimpa beban berat. Bisa disertai dengan rasa yang menjalar ke rahang, ke bahu sampai keringat dingin. Itu kalau keluhan yang typical," ujar Didi.
"Tapi sekali lagi, keluhan itu seringkali subjektif. Jadi ada orang yang mungkin ambang rangsangnya lebih sensitif, ada orang yang kurang sensitif. Kemudian juga ada beberapa penyakit tertentu yang bisa memengaruhi rasa sakit dari gejala itu sendiri," tambahnya.
Saat Anda sudah mulai merasakan adanya gejala-gejala yang merujuk pada penyakit jantung, maka Didi menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
"Nanti dokterlah yang akan menilai, melakukan assesment apakah ini betul serangan jantung atau tidak, karena gejala penyakit lain juga kadang-kadang bisa overlapping juga dengan serangan jantung," kata Didi.
Advertisement