Liputan6.com, Moskow - Orang-orang Rusia yang mencoba menghindari wajib militer -- terkait mobilisasi parsial -- untuk berperang di Ukraina tampaknya mencoba menyeberangi perbatasan ke Georgia, Kazakhstan dan bahkan Mongolia yang terpencil.
Hal tersebut ditunjukan dalam sebuah tangkapan citra satelit, Senin 26 September 2022.
Advertisement
Video yang diperoleh Maxar Technology yang berbasis di Colorado itu menunjukkan antrean panjang truk kargo dan kendaraan pribadi meninggalkan Rusia, memasuki negara-negara tetangga setelah perintah mobilisasi Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dikutip dari NBC News, Rabu (28/9/2022), penjaga perbatasan Rusia tampaknya tidak berusaha menghentikan mereka.
"Ketika kami mengetahui tentang mobilisasi, kami meninggalkan semuanya di rumah dan pergi dengan mobil," kata Dmitry Kuriliyunok kepada Reuters di Tbilisi, ibu kota Georgia.
Kuriliyunok mengatakan bahwa dia, istrinya, Irina, dan putri mereka yang masih kecil pertama kali berkendara melintasi Rusia selatan dari Krasnodar ke Mineralnye Vody di Kaukasus Utara, pos perhentian bagi banyak orang Rusia yang menyeberang ke Georgia.
Upaya untuk Melarikan Diri
Kuriliyunok yang mencoba kabur dari Rusia sampai menyewa sopir lokal untuk membawa keluarganya melewati pos pemeriksaan perbatasan. Dan setelah 24 jam, mereka tiba di Tbilisi.
"Kami benar-benar menentang perang ini," katanya. "Bagi kami, seperti orang lain, itu menakutkan. Untuk mati dan membunuh orang lain, dan untuk apa? Kami tidak mengerti. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk melarikan diri."
Mereka bukan satu-satunya orang Rusia yang telah melakukan perjalanan keluar Rusia baru-baru ini.
Advertisement
40.000 Warga Behasil Kabur ke Georgia
Sekitar 40.000 orang Rusia telah berlindung di Tbilisi sejak pasukan Putin menginvasi Ukraina pada 24 Februari, demikian menurut statistik pemerintah yang dikutip oleh Reuters.
"Saya datang ke Tbilisi sekitar satu setengah bulan yang lalu karena saya tidak mendukung invasi militer ke Ukraina," kata Ivan Streltsov, seorang cadangan yang bisa saja direkrut secara paksa seandainya dia berada di Rusia, kepada Reuters.
"Saya ikut serta dalam protes ketika operasi militer dimulai," katanya. "Bagi kami sebagai aktivis, segalanya menjadi sangat sulit saat ini. Di tanah air kita sendiri, kita semua diawasi."
Perbatasan Finlandia Dipenuhi WN Rusia yang Menghindari Aturan Wajib Militer
Mobilisasi atau pengerahan warga sipil secara parsial untuk bertempur di Ukraina yang diumumkan Presiden Rusia Vladimir Putin Rabu lalu (21/9) telah memicu eksodus dari mereka yang berusaha menghindari wajib militer.
Ribuan orang melarikan diri dengan mobil, menciptakan antrean panjang lalu lintas yang mencapai berjam-jam, atau bahkan berhari-hari, di beberapa perbatasan, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (27/9/2022).
Antrean panjang terlihat di persimpangan Svetogorsk antara Rusia dan Finlandia Minggu pagi (25/9).
Lainnya membeli tiket pesawat yang sangat jarang ada, dan kalaupun ada harganya sudah melangit, supaya dapat terbang ke luar negeri di tengah beredar luasnya isu tentang penutupan perbatasan.
Putin, dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, mengatakan perintah mobilisasi berlaku untuk tentara cadangan yang baru-baru ini bertugas atau memiliki ketrampilan khusus, tetapi setiap laki-laki di Rusia yang berusia 18-65 tahun dianggap sebagai tentara cadangan, dan keputusan Putin itu membuka pintu perluasan panggilan wajib militer.
Kremlin mengatakan tujuan awal mobilisasi itu adalah menambah sekitar 300.000 tentara ke dalam pasukannya di Ukraina di tengah keterbatasan perlengkapan militer, meningkatnya korban dan melemahnya moral tentara Rusia. Pengerahan tentara cadangan itu menjatuhkan hukuman yang lebih berat terhadap tentara Rusia yang tidak mematuhi perintah perwira, atau meninggalkan pasukan dan menyerah pada musuh.
Advertisement