Liputan6.com, Jakarta - Usaha menumbuhkan minat baca sejak masih anak-anak konsisten diterapkan oleh Taman Bacaan Pelangi. Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan ini fokus mengembangkan kebiasaan membaca anak dan peningkatan kemampuan literasi anak melalui pendirian perpustakaan-perpustakaan sekolah berkonsep ramah anak di daerah-daerah terpencil di Indonesia Timur.
Yang terbaru, mereka menjalin kerja sama multi pihak untuk membuka 56 perpustakaan ramah anak di sekolah-sekolah dasar di Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ke-56 perpustakaan sekolah tersebut diresmikan dalam kurun waktu dua minggu mulai dari 19 September 2022 sampai 5 Oktober 2022.
Sebanyak 6.300 anak di Kabupaten Nagekeo kini bisa menikmati perpustakaan ramah anak baru di sekolah mereka. "Ini adalah pertama kalinya Taman Bacaan Pelangi menerapkan model kemitraan multi pihak di mana semua pihak memberikan kontribusi finansial. Kami percaya bahwa model seperti ini merupakan sebuah praktik baik perpustakaan berkelanjutan," ucap pendiri Taman Bacaan Pelangi, Nila Tanzil, dalam webinar konferensi pers Kerjasama Multipihak Wujudkan Sekolah di Kabupaten Nagekeo, NTT, Selasa (27/9/2022).
Baca Juga
Advertisement
"Kami berharap ke-56 perpustakaan ramah anak ini bisa jadi contoh yang dapat diterapkan pula oleh sekolah-sekolah dasar lainnya, baik di Kabupaten Nagekeo maupun daerah-daerah lain di Indonesia," tambah Nila.
Mereka yang terlibat adalah Room to Read, Pemerintah Kabupaten Nagekeo, terutama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, pihak sekolah, orangtua siswa, dan masyarakat desa. "Selain pendirian perpustakaan di sekolah-sekolah, sebanyak 567 guru maupun kepala sekolah di 56 sekolah dasar tersebut juga mendapatkan pelatihan-pelatihan tentang sistem pengelolaan perpustakaan dan berbagai program literasi pengembangan kebiasaan membaca anak," imbuh dia.
Data Statistik Pendidikan 2019-2020 yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi menunjukkan bahwa jumlah perpustakaan sekolah masih belum merata. Dari 148.673 sekolah dasar, lebih dari 50.341 sekolah dasar belum memiliki perpustakaan dan mayoritas berada di wilayah Indonesia Timur.
Kemampuan Literasi Anak
Ke-56 perpustakaan ramah anak tersebut tersebar di sekolah-sekolah dasar di enam kecamatan Nagekeo terletak di Kecamatan Aesesa, Aesesa Selatan, Boawae, Mauponggo, Nangaroro, Keo Tengah, dan Wolowae. Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Don berterima kasih atas kontribusi dan kepedulian Taman Bacaan Pelangi dan Room to Read terhadap peningkatan minat baca anak-anak di daerah Nagekeo. Ia meyakini keberadan perpustakaan itu akan berdampak positif terhadap kemampuan literasi anak-anak di Nagekeo.
"Kami juga mengapresiasi pihak sekolah, orangtua siswa, dan masyarakat desa atas kerja samanya yang luar biasa. Semua ini kita lakukan demi peningkatan kualitas pendidikan anak-anak dan masa depan mereka karena pendidikan adalah salah satu prioritas tertinggi Kabupaten Nageke," jelas Bupati Nagekeo.
Director of Strategic Expansion Room to Read, Joel Bacha mengaku bangga dengan perkembangan yang dicapai di Nagekeo. Pihaknya sudah bermitra dengan Taman Bacaan Pelangi sejak 2014.
"Wilayah Indonesia Timur memiliki berbagai keunikan tersendiri. Kami senang atas terjalinnya kerja sama multi pihak ini demi demi peningkatan literasi anak-anak di Kabupaten Nagekeo, dan semoga bisa memberi banyak manfaat," lanjutnya.
Advertisement
205 Perpustakaan Ramah Anak
Dengan peresmian puluhan perpustakaan di Nagekeo ini, Taman Bacaan Pelangi telah mendirikan 205 perpustakaan ramah anak yang tersebar di 19 pulau di Indonesia Timur. Perpustakaan berperan penting dalam mengembangkan minat baca, kemampuan literasi, maupun perkembangan karakter anak.
Di samping itu, anak menjadi kreatif, mampu berimajinasi, berempati, dan berani bermimpi besar. "Oleh sebab itu, Taman Bacaan Pelangi berkomitmen untuk terus mendirikan perpustakaan-perpustakaan berkonsep ramah anak di Indonesia, terutama di daerah-daerah pelosok Indonesia Timur, serta meningkatkan kapasitas guru-guru di berbagai pelosok Indonesia," ujar Nila.
Taman Bacaan Pelangi tak bisa dilepaskan dari sosok Nila Tanzil. Alumnus Universitas Katolik Parahyangan itu sudah merintis taman bacaan tersebut sejak Desember 2009 setelah mendapat ide saat menunggu kelahiran anak pertamanya.
Ia rela meninggalkan kariernya di dunia korporasi pada 2013 untuk fokus mengembangkan Taman Bacaan Pelangi. Sebelumnya, Nila bekerja di berbagai perusahaan multi nasional di Indonesia dan Singapura.
Transformasi Taman Bacaan
Nila juga merupakan seorang penulis. Ia telah menerbitkan tiga buku, yaitu Lembar-Lembar Pelangi (2016), The Art of Giving Back (2018), dan Teman Baru Epi (2018). Bukunya yang berjudul Teman Baru Epi terpilih mewakili Indonesia dan masuk ke dalam daftar buku PBB – SDG Book Club. Buku ini merupakan buku cerita anak pertama di Indonesia yang mengangkat topik pengungsi.
Pandemi Covid-19 turut memengaruhi operasional Taman Bacaan Pelangi. Di awal pandemi, ia dan tim tak bisa membuka tempat yang jadi sumber pengetahuan anak-anak dengan alasan kesehatan dan keamanan bersama.
Sambil mengamati situasi, ia berinisiatif mentransformasi taman bacaan jadi lebih dari sekadar tempat meminjam buku. Kepada Liputan6.com, Senin, 12 April 2021, Nila menuturkan bahwa sejak April 2020, pihaknya mulai menggalang dana untuk mendukung program terbaru bertajuk "Paket Belajar."
Sebulan setelahnya, yaitu pada Mei 2020, ia dan jejaringnya mulai mengeksekusi rencana tersebut. "Paket Belajar ini adalah program yang dibuat untuk membantu anak-anak di daerah-daerah terpencil yang terkendala sinyal internet," kata ibu satu anak itu.
Advertisement